PENSIL KERAMAT

5 1 0
                                    

Seharian ini di sekolah entah kenapa terasa sangat sepi bagi arka, karena dari tadi pagi sampai hampir mau jam pulang kayla hanyalah diam.

Eh, bukan jadi pendiam lebih tepatnya diam hanya kepada arka. Walaupun awalnya bercanda sama rania ataupun aiden dan bima. Namun setelah arka gabung, kayla seketika menjadi diam. Bahkan jika arka terus mencoba mengajak bicara, kayla malah menghindar.

Hal itu membuat arka tertekan. Bagaimana bisa minta maaf kalau kayla terus saja menghindar, dan sebenarnya kemarin arka menyadari kayla tidak mungkin sengaja mengotori seragamnya, lagian seragam kayla juga kotor.

Arka juga tidak sepenuhnya marah, ia tahu kalau saja ia tidak mengganggu kayla di kantin pasti seragamnya masih bersih. Hanya saja ia ingin mengompori kayla agar mau minta maaf, namun kejadiaanya malah lebih parah ketika bu nina masuk dan memperkeruh suasana.

Arka sadar bahwa kejadian kemarin sungguh kelewatan, wajar saja kalau kayla menghindar. Akan tetapi, mengapa menghindarnya kayla membuat hari-harinya seperti ada yang kurang.

"ARKA! Kenapa kamu menggambarnya pakai bolpoin!" Tegur guru tua yang agak pendek. Pak komar berhasil membuyarkan lamunan arka

Matanya memang fokus menggambar rangka tulang manusia namun pikirannya entah buyar kemana-mana.

"Saya nggak punya pensil pak." Jawab arka.
"Pinjam kan bisa?"
"Ini kan mau pulang pak, nanti aja saya salin lagi dirumah."
"Eh enak aja kamu. Pokoknya kalian boleh pulang kalau udah gambar! walaupun gambarnya belum selesai." Tegas pak komar menjelaskan kepada semua siswa.

"Den pinjam dong." Arka merebut pensil aiden secara paksa.
"Weh apaan sih lu gue aja pinjam bima. Lu juga tadi kenapa nolak ditawaran bima? Udah bagus dipinjemin." Aiden merebut pensilnya kembali.

Arka bahkan tidak sadar kenapa menolak tawaran bima. Sebenarnya ada apa dengan arka?

"Bim masih ada pensil nggak?." Tanya arka kepada bima yang duduk tepat dibelakangnya
"Yaelah telat tong. Udah dipinjam nino tuh." kata bima menunjuk nino yang ada sebrangnya.

Arka mendengus kesal. Betapa bodohnya ia tidak mengambil pensil yang dicolong adiknya terus menerus. Dan lebih parahnya pensil itu hanya satu-satunya yang dimiliki arka.

"Den bentar doang, lagian lu kan udah setengah tinggal nungguin jam pulang kan? Nanti pulang gue ongkosin deh." Ucap arka kembali merebut pensil aiden.

Namun aiden sigap menariknya kembali
"Anjay ganggu aja lu. Sana pinjem anak cewek, gue yakin mereka pasti punya banyak."

Bangku arka cukup dikelilingi cowok dan bangku cewek cukup jauh, tidak mungkin juga arka teriak. Satu-satunya anak cewek terdekat hanyalah kayla dan rania tapi keadaan seperti ini apa mereka mau pinjamin satu pensil ke arka?

Tapi mau tidak mau arka harus bertindak, karena ia tahu pak komar adalah salah satu guru yang tidak main-main dengan ucapannya.

Arka mengkode rio temannya yang duduk tepat dibelakang bangkunya kayla untuk berpindah sebentar ke bangkunya.
Pada saat pak komar sedang meneliti siswa dibangku depan, dengan sangat hati-hati arka dan rio berpindah posisi.

Kini arka sudah berada tepat dibangku rio. Namun seketika ia jadi ragu untuk berbicara dengan kayla. Alhasil rania yang dicolek.

"Ran pinjem pensil dong." bisik arka membuat kayla dan rania terkejut.

Kayla tidak menengok ke belakang namun ia tahu si musuh besar kini sedang berada tepat dibelakangnya.

"Lu kenapa bisa disini?" Tanggap rania refleks dengan lantang.
"Anjay bisa pelan gak sih lu. Dasar towak!"
Teguran arka seketika membuat rania refleks membengkam mulut dengan tangannya.

You Are AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang