Di hari berikutnya Soobin masih juga terlihat memikirkan sesuatu. Hampir seharian penuh pria itu habiskan dengan melamun di depan meja kantornya, beberapa kali ia ditegur namun tetap saja Soobin masih belum bisa membuat dirinya lebih fokus untuk mengerjakan pekerjaannya.
Dia tampak sedikit frustasi. Padahal Soobin pikir setelah berbicara dengan Beomgyu juga Hueningkai semuanya akan jadi lebih mudah baginya untuk menerima, seperti biasa jika ia punya masalah pasti akan langsung bercerita pada mereka, tetapi nyatanya beban di otaknya kini justru bertambah karena ada banyak akar baru di pikirannya.
"Soobin-ah, apa kau sakit?" Ini kesekian kalinya ada orang yang menegur Soobin. Pria itu membalas dengan tersenyum seadanya.
"Ah maaf, aku akan lebih fokus lagi."
"Tidak, tidak." Orang itu menggeleng cepat ketika melihat Soobin baru saja akan kembali melanjutkan pekerjaannya. "Lebih baik kau pulang cepat hari ini."
"Tapi---"
"Aku tidak mau kau pingsan jika memaksakan diri terus seperti ini, Soobin-ssi."
Soobin hanya bisa tersenyum getir. Jika dalam kurun waktu satu minggu ke depan dia masih belum bisa mengembalikan kinerjanya seperti sekarang, sudah dapat dipastikan ia akan langsung dipecat saat itu juga.
"Aku tidak apa-apa."
"Aku yang akan kena masalah jika kau kenapa-napa, Soobin," kata orang itu membalas dengan cepat membuat Soobin merasa terheran-heran.
Dengan dahi yang mengernyit ia bertanya, "tapi kenapa?"
Tampaknya orang di samping meja kerja Soobin ini tidak mau menjawab pertanyaannya barusan. Tanpa bisa dicegah wanita itu justru segera bangkit dan keluar menghampiri ruang pimpinan. Selang beberapa menit ia kembali keluar dan langsung menghampiri Soobin.
"Kau boleh pulang."
"Apa?" Wajah Soobin tidak bisa menahan keterkejutannya ketika mendengar hal tersebut. "Masih ada satu jam lagi sebelum jam enam malam."
Wanita itu menggeleng pelan. "Tidak apa, kepala divisi sudah menyuruhmu untuk pulang sekarang. Apa kau mau melawannya?"
Tentu saja tidak.
Dengan berat hati Soobin pun mau tidak mau akhirnya mematikan komputer dan segera merapihkan barang-barangnya. Di dalam hati ia meringis, memikirkan apakah ini adalah tanda bahwa sebentar lagi dirinya akan dipecat makanya kepala divisi pun menyuruhnya untuk pulang? Jika memang benar begitu, maka ia harus siap mencari pekerjaan baru lagi. Padahal Soobin sudah nyaman bekerja di kantor ini.
Tidak, tidak, ah! Kenapa berpikiran buruk sampai sejauh itu? Tidak mungkin mereka memecatku sekarang!
Soobin mencoba memberikan dukungan pada dirinya sendiri sambil menepuk-nepuk pelan kedua pipinya yang putih tersebut.
Ia terus melakukan hal tersebut, berbicara pada dirinya sendiri sambil menepuk pipinya beberapa saat sampai tanpa sadar sudah ada beberapa orang berbaju serba hitam yang berdiri di dekatnya.
Seperti sudah menunggu kehadirannya, mereka menoleh begitu melihat Soobin yang tengah berdiri di depan gedung kantor dengan tas kerja yang tersampir di bahunya. Mereka tampak menyeramkan bagi Soobin karena bertubuh besar dan memakai pakaian serba hitam.
Soobin jadi ingat awal dimana pertama kali ia melihat orang-orang semacam ini berdiri di depan gerbang rumahnya untuk mengirimkan tuntutan.
Apakah mereka datang untuk menangkapku? Mereka mau menagih semua hutang itu di sini?! Teriakan kepanikan Soobin di dalam hati dapat terlihat jelas dari ekspresi di wajahnya. Dirinya berharap bahwa mereka semua bukanlah orang yang memang datang untuk mencarinya. Soobin tidak punya uang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Guarantee
FanfictionYeonbin | (18+) bxb content. *** Soobin yang hidupnya selama ini selalu damai dan tentram, berada di keluarga yang mampu serta mempunyai lingkungan hidup yang cukup baik, tiba-tiba saja mendapatkan kejutan di umurnya yang sudah menginjak kepala dua...