Soobin mematung di tempatnya berdiri, wajahnya melongo kecil begitu melihat sebuah mobil sedan yang tidak asing lagi di matanya itu sudah terparkir dengan cantik di depan pintu kantornya.
Ini sudah dua minggu sejak terakhir kali Yeonjun mengirim orang untuk menjemputnya, dan sudah berkali-kali ia katakan jika Soobin tidak mau dijemput seperti ini lagi. Namun tampaknya peringatan tersebut hanya masuk di kuping kanan dan keluar di kuping kirinya.
Pernah suatu hari, Soobin nekat kabur dari jemputan itu, namun sayang sekali dirinya harus tertangkap di tengah jalan ketika hampir sampai di halte bus. Yeonjun seperti menaruh banyak mata di sekitarnya yang siap untuk melacak keberadaan lelaki itu. Tidak ada cara yang bagus untuk kabur sama sekali.
Soobin mengehela nafasnya panjang. Pria itu berjalan keluar dengan langkah berat sambil menunduk, mencoba menghindari tatapan dari beberapa pekerja di sana. Ia malu sekali jujur, Soobin sampai ditanyai ini dan itu karena selalu dijemput dengan mobil mewah yang mencolok.
"Hati-hati." Soobin menoleh ketika ada yang menahan tubuhnya ketika akan menabrak pintu kaca, memang ini salahnya yang berjalan sambil menunduk, dia jadi tidak memperhatikan hal di sekitarnya.
"Terima kasih...."
"Mobilnya ada di depan, Tuan."
Pria yang tadi menahan Soobin dengan sangat sopan menunjuk ke pintu keluar, mempersilahkan Soobin untuk jalan lebih dulu di depannya.
Tapi tidak seperti sebelumnya, Yeonjun tidak lagi mengirim enam orang sekaligus untuk menjemput Soobin. Hanya ada sekitar satu atau dua pria yang akan menjemputnya setiap hari, dan itu memang pilihan yang lebih baik meski Soobin tetap saja tidak mau menerimanya.
"Apa hari ini kau akan mengantarku langsung ke rumah lagi?" tanya Soobin. Ia teringat jika beberapa hari belakangan orang suruhan Yeonjun selalu mengantarnya langsung ke rumah, dia tidak setiap hari bertemu Yeonjun karena alasan sibuk dengan pekerjaan. Entahlah, lagi pula Soobin tidak terlalu memperdulikannya juga.
"Atau kita pergi ke kantor dan bertemu Yeonjun? Apa pekerjaannya masih sepadat kemarin?"
Lalu kenapa sekarang kau bertanya jika memang tidak perduli?
Soobin sendiri tidak paham, tapi yang pasti dirinya sangat penasaran dan ingin tahu apa yang tengah dilakukan oleh Yeonjun. Pria itu tampaknya sibuk sekali.
"Ya, hari ini kau bisa bertemu dengannya."
Entah ada angin apa, tiba-tiba Soobin melonjak senang hingga sedikit mengejutkan pria di sebelahnya. Buru-buru ia mengubah ekspresinya menjadi datar agar tidak disalahpahami dan mengangguk dengan kaku.
"Oh, begitu," sahutnya acuh tak acuh.
Kali ini aku akan memarahinya di depan wajahnya secara langsung! Senyuman licik di wajah Soobin tidak bisa ia sembunyikan dengan baik, saat ini di pikirannya sudah tersusun banyak sekali rencana jahat. Soobin tidak sabar untuk melampiaskan segala kekesalannya pada Yeonjun karena tidak pernah mau mendengarkan peringatannya.
Begitu niatnya.
Beberapa saat kemudian, ketika mobil sudah berhenti di depan kantor Yeonjun, tiba-tiba saja mulut Soobin menjadi kelu. Jantungnya berdegup cukup cepat, seperti pertama kali ia datang ke tempat ini. Mata Soobin mengintip ke jendela mobil dan melihat bagaimana kesibukan yang ada di sana, tanpa sengaja pupilnya menangkap sosok Yeonjun yang baru keluar dari gedung dan berjalan agak tergesa ke arahnya. Pria itu hanya sendirian, cukup aneh untuk posisi seorang direktur tidak diikuti oleh bawahannya. Kemana sekretarisnya itu?
"Soobin-ah," panggil Yeonjun dengan wajah sumringah ketika membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
"Um ya, halo...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guarantee
FanfictionYeonbin | (18+) bxb content. *** Soobin yang hidupnya selama ini selalu damai dan tentram, berada di keluarga yang mampu serta mempunyai lingkungan hidup yang cukup baik, tiba-tiba saja mendapatkan kejutan di umurnya yang sudah menginjak kepala dua...