BRAK!
Suara gebrakan meja terdengar begitu kencang hingga memenuhi keheningan di ruangan itu. Yeonjun, seseorang yang baru saja membuat suara ricuh di sore hari yang cerah ini, terlihat sangat marah begitu ia selesai membaca baris demi baris tulisan di lembaran kertas pada dokumen yang baru saja diserahkan kepadanya.
"Keparat mana yang sudah berani mencuri uangku sebanyak itu? Apa dia gila?" tanya Yeonjun yang emosi sambil memijat pelipisnya. Lelaki itu pun langsung bangkit dari kursi kebanggaannya, berjalan melewati salah satu anak buahnya yang masih setia berdiri di depan meja sembari menundukkan kepala saking takutnya melihat bos di perusahaan tersebut kini tengah mengamuk.
Bagaimana bisa Yeonjun tidak mengamuk jika uangnya baru saja dicuri dalam jumlah yang tidak sedikit, bahkan bisa dibilang sangat banyak. Baru saja ia mencoba untuk mempercayai perusahaan lain dan membuat kontrak kerja sama, siapa sangka jika dananya akan digelapkan oleh pihak satunya hingga perusahaan milik Yeonjun harus menerima kesialan. Dia sama sekali tidak bisa membiarkan hal ini lewat begitu saja, pria itu menginginkan uangnya kembali.
"Aku akan memberi pelajaran pada mereka semua, aku akan menuntut mereka sekarang juga," final Yeonjun yang terdengar tidak mau menerima bantahan apapun lagi. Belum sempat ia mendengar persetujuan, pria itu sudah lebih dulu pergi meninggalkan ruangan pribadinya untuk turun ke kafetaria di lantai dua. Dia butuh sesuatu yang manis untuk menyegarkan otaknya yang rasanya akan meledak sebentar lagi.
Sebenarnya bisa saja Yeonjun melepaskan uang yang sudah digelapkan tersebut, hanya saja dia sudah belajar untuk tidak membiarkan hal seperti ini dilewatkan begitu saja jika tidak ingin terulang kembali. Setidaknya ia ingin melihat pelaku penggelapan dana menerima hukuman atas perlakuannya meski uangnya pun kemungkinan tidak akan kembali seutuhnya.
Jika ditanya sebesar apa kekayaan lelaki itu, tidak perlu diragukan lagi. Sejak ia memegang perusahaan dan menjadi direktur utama, dirinya sudah bisa menjalankan semuanya dengan baik bahkan di minggu pertamanya. Banyak kenaikan pesat yang begitu melonjak hingga akhirnya bisa membawanya sampai ke sini. Siapa yang dulu meragukan kesuksesan dirinya di masa depan? Orang itu pasti akan sangat menyesal sudah mengatakan hal tersebut, karena pada kenyataannya Yeonjun sampai detik ini bisa hidup dengan sangat layak.
"Tolong carikan aku informasi mengenai perusahaan keluarga ini," ujar Yeonjun yang berbicara lewat telepon di tangan kiri, sedangkan di tangan kanannya sudah ada segelas iced vanilla latte.
"Jangan lewatkan sedikit pun informasi soal mereka, aku ingin ikut untuk mengurus semuanya bahkan hingga ke penerusnya sekali pun," katanya kembali memberikan perintah pada seseorang di sebrang telepon lalu mematikan sambungannya.
Tidak butuh waktu yang lama untuk dirinya segera mendapatkan notifikasi email dari sekretarisnya tersebut. Dengan sedikit terburu ia langsung membuka laptop dan membaca isi berkas yang diterimanya. Dahi pria itu mengernyit ketika membaca satu nama yang tertera dalam daftar, ia mencoba untuk memeriksa sekali lagi untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Beberapa menit setelah selesai membaca semua berkas berisi biodata mengenai pemilik perusahaan yang telah merugikannya tersebut, Yeonjun pun langsung mendial satu nomor paling atas yang memang sudah bekerja bersamanya selama dua tahun ini. Salah satu orang terdekat yang sudah menjadi seseorang yang paling ia percaya.
"Kau tidak mengirim berkas yang salah, bukan?" tanya Yeonjun tanpa menyapa atau basa-basi terlebih dahulu. "Benar ini data pemilik perusahaan itu?"
Sekretarisnya di sana mengangguk secara reflek meski Yeonjun tak mungkin dapat melihatnya. "Iya, itu data yang benar, Pak," jawabnya singkat namun tegas membuat Yeonjun langsung mendesah pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guarantee
FanfictionYeonbin | (18+) bxb content. *** Soobin yang hidupnya selama ini selalu damai dan tentram, berada di keluarga yang mampu serta mempunyai lingkungan hidup yang cukup baik, tiba-tiba saja mendapatkan kejutan di umurnya yang sudah menginjak kepala dua...