Demam

1 0 0
                                    

20 menit berlalu sejak Jeno berada di kamar Valerie, tubuh gadis itu demam. Jeno pikir orang seperti Valerie tidak bisa sakit, tapi ternyata Valerie tetaplah manusia biasa. Ya, tentu saja. Valeri memang bukan manusia dengan kekuatan super power. Hanya saja sedikit aneh, melihat orang yang biasanya ceria tiba-tiba sakit.

"Mau kukupaskan jeruk?" Tanya Jeno.

"Tidak, mulutku pahit Jen."

Jeno menghembuskan napasnya, "Tetap saja harus dipaksakan makan sesuatu, perutmu kosong."

Valerie menggelengkan kepalanya.

"Dulu aku juga pernah sakit dan mulutku terasa pahit untuk menelan sesuatu yang masuk kemulut. Ibuku memberiku jus buah dan itu rasanya tidak pahit dimulut. Mau jus buah?" Tawar Jeno.

"Aku tidak nafsu, aku mau tidur."

"Bagaimana kau bisa tidur dengan perut kosong. Oh, ayolah... Kau mau sembuh tidak?"

Valerie mengangguk-anggukkan kepalanya, gadis itu tidak memiliki banyak tenaga untuk bicara.

"Kalau gitu mau yaa aku buatkan jus buah?"

Valerie kembali menanggukkan kepalanya, "Buat dimana?"

"Tentu saja dapurmu."

Jeno melangkahkan kakinya menuju dapur. Jeno mendapati ada Ibunya Valerie didapur, sedang memotong-motong wortel.

"Eh, Jeno... Bagaimana? Valerie mau makan?" Tanya Ibu Valerie dengan ramah.

"Tidak, tapi tadi aku menawarinya jus buah... Dan Valerie mau."

"Kalau begitu, kau yang buatkan ya. Itu buahnya ambil di kulkas."

Jeno hanya membalas dengan anggukkan kepala dan kemudian berjalan menuju kulkas, terdapat banyak buah-buahan di kulkas. Jeno mengambil buah mangga, karena dulu Ibunya juga membuatkan jus mangga untuknya saat sedang sakit dan tidak mau makan.

"Ceritakan pada Ibu dong, bagaimana kalian bisa bertemu dan pacaran seperti sekarang?" Tanya Ibu Valerie pada Jeno dengan antusias.

Jeno awalnya sedikit terkejut dengan pertanyaan Ibu Valerie, tapi akhirnya tetap saja tidak ada pilihan lain. Jeno tetap menceritakannya. Mulai dari pertemuan pertama mereka di perpustakaan kampus sampai hal apa yang pertama kali Valerie ucapkan pada laki-laki itupun Jeno ceritakan. Reaksi Ibunya Valerie pun begitu antusias, beliau terus mencecar Jeno dengan banyak pertanyaan sampai membuat Jeno sedikit kebingungan menjawab pertanyaannya. Sekarang Jeno mengerti, Valerie mirip dengan Ibunya.

"Jusnya sudah jadi, aku ke kamar dulu ya, emmm..."

"—Ibu, panggil saja aku Ibu. Teman-teman Valerie juga memanggilku Ibu."

"Baik, Ibu... Aku ke kamar Valerie dulu ya."

Ibunya Valerie tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Jeno mendapati Valerie sedang tidur, wajah gadis itu sedikit merah. Bibirnya juga pucat. Padahal kemarin itu tidak sampai kehujanan yang benar-benar membuat basah kuyup. Tapi Valerie sampai demam seperti ini. Mungkin karena Valerie kedinginan.

Jeno menaruh segelas jus yang ia bawa ke atas meja kecil yang ada disamping tempat tidur. Tangannya terulur mengusap kening Valerie, "Panas sekali."

"Val, bangun..."

Tidak ada respon dari Valerie.

"Val, bangun sebentar ya... Jusnya diminum dulu."

Valerie membuka matanya perlahan, ia benar-benar tidak bertenaga sekarang. Valerie juga bingung kenapa dia bisa sakit. Padahal Valerie juga pernah hujan-hujanan tapi tidak pernah sampai sakit seperti ini.

"Aku membuatkan jus mangga, diminum dulu nanti baru tidur lagi." Ucap Jeno, lembut.

Jeno membantu Valerie untuk duduk, Valerie kemudian minum jus mangga tersebut sedikit demi sedikit sampai habis. Benar apa yang dikatakan Jeno, jusnya tidak terasa pahit. Setelah minum jus, perut Valerie jadi terasa lebih baik karena sudah terisi sesuatu.

Setelah selesai minum jus, Valerie kembali tidur.

Jeno melirik jam tangan yang ia pakai, "Val, aku pulang ya..."

Valerie hanya mengangguk sebagai jawaban.

[ANOTHER WORLD]

Jeno berjalan menuju lorong rumah sakit, ia harus menemani Neneknya yang sedang sakit. Entah kenapa raut wajahnya tampak tidak begitu senang, tidak seperti biasanya.

Dilihatnya Nenek sedang merajut, tangan Nenek terlihat begitu telaten.

"Cucuku akhirnya datang," Ucap Nenek, wajahnya terlihat senang melihat kedatangan Cucu kesayangannya itu.

Jeno hanya membalas dengan senyuman.

Jeno mendudukkan bokongnya di kursi. Kemudian matanya sibuk menulusuri ruangan. Netranya kemudian tertuju pada Nenek yang tengah fokus dengan rajutannya. Nenek memang suka merajut, dulu Nenek sering membuatkan sweater untuk Jeno. Hasil rajutan Nenek tidak pernah mengecewakan, Jeno selalu suka.

"Bagaimana harimu?" Tanya Nenek.

Jeno menaikkan sebelah alisnya, ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ada rasa yang begitu hangat. Entah kenapa... Ini yang selalu Jeno dambakan. "Cukup baik, Nek."

"Syukurlah... Aku harap Cucuku selalu bahagia."

Jeno hanya menanggapi ucapan Nenek dengan sebuah dehaman.

Jeno sebenarnya sudah tidak sabar ingin bertemu kedua orang tuanya. Sebenarnya kapan orang tuanya itu akan kembali. Jeno benar-benar rindu dan ingin memeluk mereka.

"Kau tau Nek, kau tidak pernah seperti itu padaku sebelumnya." Ucap Jeno, tiba-tiba.

Nenek tampak bingung dengan apa yang dikatakan cucunya itu, "Maksudmu bagaimana Jen?"

"Maksudku, Nenek terlihat begitu perduli padaku."

Nenek tertawa, "Aku selalu perduli dan sayang pada Cucuku. Kau Cucuku satu-satunya. Jangan bercanda Jen, bahkan dulu Nenek selalu membuatkan baju hasil rajutan Nenek untukmu, kau tau itu karena apa? Karena Nenek sangat menyayangimu, Jen."

Jeno hanya menaikkan bahunya, "Entahlah, aku tidak tau. Karena yang merasakan bukan aku."

"—tapi setidaknya aku senang karena sekarang aku merasakannya." Sambung Jeno.

"Kau kenapa? Kamu aneh, kamu selalu merasakan kasih sayang Nenek tapi kenapa tiba-tiba mengatakan hal seperti itu? Nenek sedih."

"Ah tidak, sepertinya hari ini aku hanya sedikit lelah saja."

"Kalau begitu pulang kerumah, dan istirahat. Tidak perlu menjenguk Nenek setiap hari, Nenek baik-baik saja." Ucap Nenek, tersenyum.

"Boleh?"

Nenek mengangguk.

Jeno kemudian bersiap-siap untuk pulang. Nenek merasa sedikit kebingungan. Pasalnya, Cucunya itu tidak pernah bersikap seperti itu. Terlebih saat Nenek menyuruhnya pulang, Jeno bahkan langsung pergi begitu saja. Ini aneh. Seperti bukan Cucunya, Nenek benar-benar bingung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang