1.

2.9K 242 35
                                    

Pernah dengar cinta tak harus memiliki? Yah, itu adalah sebuah ungkapan yang diucapkan oleh seseorang yang sudah putus asa karna tak mampu berjuang lagi untuk cintanya

Tapi apa ungkapan yang cocok untuk seseorang yang bahkan tak ingin berjuang untuk cintanya?

Ini lah yang saat ini New alami. New mencintai seseorang, tapi sejak awal ia menyukai orang itu, tak pernah sedetikpun New berharap untuk memiliki cintanya itu atau berjuang untuk cintanya

New menyukai ini, menyukai dimana hati nya bergetar hanya karna mendengar namanya saja tanpa mengharapkan sesuatu yang lebih dari orang itu

New ingin menyimpan perasaan nya ini untuk dirinya saja. Cukup seperti ini saja, New sudah sangat bahagia

Seperti saat ini, hanya dengan melihat Tay-- seseorang yang New sukai tertawa karna mendapatkan nilai sempurna di pelajaran matematika saja New sudah sangat bahagia

New diam-diam mengulum senyumnya. Inilah salah satu alasan New menyukai Tay. Tay selalu bisa membuat siapa saja yang ada di sekitarnya tersenyum bahagia, itu adalah hal yang tak di miliki orang lain-- bahkan dirinya

"New! Liat! Nilai aku seratus! Paling besar di kelas! Wohoooo!! Gak sia-sia aku nyontek catetan rumus kemaren!" Tay yang kini duduk di sebelah New tersenyum lebar

"Oh ya? Dan kamu bangga dapet nilai seratus dari hasil nyontek?"

Tay mengangguk dengan penuh semangat "Bangga lah! Nyontek juga perlu ketrampilan New. Gak semua orang bisa lakuin"

New yang mendengar itu pun tertawa "Iya, kamu bener. Dan aku salah satu orang yang gak punya ketrampilan itu"

Tay melihat ke arah New dan mencubit pipi New "Mau les privat sama aku gak? Aku bisa ajarin trik-trik membuat contekan dan nyontek"

New memukul tangan Tay yang sedang mencubit pipi nya pelan "Tay, kebiasaan banget sih cubit-cubit"

Tay menyengir lebar "Abis kamu gemesin. Pipi kamu tuh kayak jajanan Bakpao"

"Aku gak tau harus seneng atau marah sekarang" balas New

Tay tertawa "Eh, kantin kuy? Aku yang traktir karna aku dapet nilai paling besar di kelas!"

New ikut tertawa "Harusnya kamu traktir sekelas kalau kamu sebangga itu"

"Andai saldo ATM aku seperempat dari saldonya Rafatar, mungkin aku traktir mereka semua" jawab Tay

New tertawa "Terserah kamu deh"

"Yaudah ayo! Kamu mau apa? Bakso atau pentol?"

"Itu sama aja Tay" balas New

"Beda New, bakso pakai kuah, pentol gak pakai kuah"

New tertawa "yaudah bakso"

"Yaudah ayo!" Tay menarik tangan New hingga New berdiri dari kursinya

"Minum nya apa? Nutrisari atau pop ice?"

"Nutrisari, Tay" jawab New sambil berjalan mengikuti langkah Tay yang begitu besar

"Pop ice lebih enak New! Apalagi yang rasa bubble bubble itu!"

"Bubblegums?"

"Nah itu! Itu aja ya? Biar sekalian pesen nya" balas Tay

New menghela nafasnya dan mengangguk "Trus kenapa tadi kamu nanya ke aku mau minum apa?"

"Gabut aja sih" jawab Tay sekenanya

New menggeleng heran dengan sikap Tay

Ini juga yang menjadi alasan New menyukai Tay. Tay banyak bicara dan mampu membangkitkan suasana. Sangat berbanding terbalik dengan New yang tak banyak bicara dan lebih memilih diam, termasuk tentang perasaan nya

Blue Rose | Short Story  | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang