3.

1.5K 207 19
                                    

Sudah dua minggu berlalu sejak hari itu. Hari dimana Tay membaca buku diary New. Dan sejak saat itu juga New merasa Tay benar-benar menjauhi nya

Tay menjaga jarak dengan New di sekolah, bahkan di luar sekolah

Sejak hari itu juga, New selalu berangkat sendirian. Kadang ia di antar oleh sopir kadang juga New harus naik angkot karna ia hanya memiliki satu sopir dan itu adalah sopir ayahnya

Di sekolah pun Tay tak duduk sebangku dengan New lagi. Mulai saat itu teman sebangku New berubah-ubah

Tapi New tak apa. New sudah mulai terbiasa. Memang sejak awal ini salahnya dan New menyadari itu

New menatap Tay yang kini duduk bersama teman wanitanya- Lily

Tay terlihat sangat dekat dengan Lily dan New berpikir Lily sangat cocok dengan Tay

Lily adalah gadis yang ceria, sama seperti Tay. Ia juga sangat cantik dan pintar

Dari awal New memang tak berharap apapun tentang cintanya. Dari awal New memang tak pernah berpikiran untuk bisa bersama Tay, jadi saat melihat Tay dekat dengan wanita seperti sekarang, New tak merasakan sakit

Tapi itu bukan berarti New tak merasakan sakit sama sekali

New merasa sakit, dan sesak di dadanya. Tapi bukan karna kenyataan Tay yang sekarang dekat dengan wanita. New sakit karna kenyataan ia kehilangan sahabatnya. New sakit karna Tay menjauhinya disaat New hanya memiliki Tay disisinya selama ini

***

New berjalan di koridor sekolah yang sudah cukup sepi sambil menunduk, menatap setiap langkah yang ia buat

"Ly, kamu mau aku anter pulang?"

"Gak usah Tay, aku udah di jemput sopir. Btw, makasih ya. Sampai jumpa besok"

Sebuah suara membuat New mendongak, menatap lurus ke depannya

Dan ternyata New benar. Itu suara Tay

New tau saat ini Tay sedang berusaha menunjukkan kepada New bahwa ia masih normal. Ia menyukai wanita dan ada orang lain yang mau dengannya selain New

New bisa melihat itu dari raut wajah Tay

New mengepalkan tangannya. New muak. New muak dengan Tay yang terus saja menjauhi nya tanpa ada penjelasan tentang sikapnya itu

New tau jika itu memang salahnya. Tapi New tak mau masalah ini jadi panjang atau menjadi semakin besar nantinya

New sudah cukup bersabar selama dua Minggu ini. Dan New lelah

New berlari ke arah Tay yang kini berjalan di depannya

New menarik tangan Tay hingga tubuh Tay berbalik, menatap New

"Tay, tunggu" ujar New yang kini terengah-engah

Tay menaikkan satu alisnya "Kenapa?"

New menatap Tay sebentar dan berusaha mengatur nafasnya "Kita perlu bicara"

"Bicara tentang apa? Aku rasa gak ada yang perlu aku bicarain sama kamu"

New menggeleng "ada"

"Apa?"

"Tentang sikap kamu ke aku" ujar New akhirnya

"Sikap aku ke kamu?"

New mengangguk "Tay.. kamu kenapa? Kenapa kamu ngejauhin aku? Aku ada salah ke kamu? Atau-- itu karna buku diary itu?"

Tay diam

"Tay, ayo jawab. Kenapa kamu diem?" New mengguncang tangan Tay yang masih ia genggam

"Kalau ia memang kenapa?"

Blue Rose | Short Story  | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang