Terkadang, tidak hanya kedua orangtua saja yang menjadi beban hidup kita. Tapi adik-adik kita, kakak-kakak kita, dan parahnya, seluruh anggota keluarga besar yang juga mencakup adik-kakak dan orangtua dari masing-masing orangtua kita.
Ketika satu orang yang tengah berjuang untuk hidup mandiri dan bebas dari tekanan berat, malah ditekan oleh banyak pihak. Rasanya, benar-benar tak menyenangkan.
Biasanya ini terjadi ketika satu orang dalam keluarga begitu sukses dalam hal finansial. Atau bisa dibilang, lebih makmur dari pada anggota keluarga lainnya. Sedangkan yang lainnya biasa saja, atau malah hidup pas-pasan dan terlilit banyak hutang.
Pertama-pertama yang jadi beban utama adalah orangtua, yang tidak bisa mandiri dan membangun usaha sendiri. Atau gagal dalam mendidik anak-anak lainnya, sehingga menjadi parasit dalam keluarga.
Keluarga akan selalu mengalami krisis keuangan dan mudah meledak marah karena alasan-alasan yang dibuat dan dipertahankan sendiri.
Kita akan dirongrong oleh permintaan orangtua akan ini dan itu. Mulai meminta uang untuk biaya keseharian. Membayar hutang. Membayar tagihan rumah sakit. Membayar gengsi. Sampai harus juga membayar adik-adik dan kakak-kakak lainnya, yang butuh biaya sekolah sampai membangun rumah.
Jika kita sangat kaya raya dan begitu sukses. Mungkin gangguan semacam itu, bisa cukup mudah diatasi. Walau tentu saja jelas tak menyenangkan dan mengganggu.
Apalagi di saat kita tengah fokus terhadap sesuatu. Baik pekerjaan, deadline ini dan itu, proyek yang harus segera diselesaikan, dan banyak lainnya, yang membutuhkan kosentrasi dan ketenangan tingkat tinggi.
Keluarga jauh, dari orangtua dan anggota keluarga lainnya, bisa menjadi masalah dan beban.
Semua orang mendadak menganggap kita ini tabungan bersama. Bank umum keluarga. Dan semua masalah keuangan akan lari ke kita.
Beban membayar sekolah ditimpakan ke kita. Saudara lainnya meminjam uang untuk berobat. Lainnya lagi, membangun rumah atau usaha. Dan lainnya lagi, meminjam uang untuk menikah. Lainnya lagi, meminjam uang untuk membayar hutang.
Dan terus seperti itu selama bertahun-tahun dan tak ada perubahan yang berarti.
Hal semacam itu tak hanya mengganggu, tapi juga membuat marah, jengkel, dan malas. Apalagi ditambah bumbu drama persaingan, saling menjelekkan, perubatan warisan, dan beberapa anggota keluarga memiliki kehidupan buruk dan tak bertanggungjawab.
Semua perkataan, curhatan masalah, dan kemelut dalam keluarga besar akan mengarah ke kita. Mana yang benar dan salah, kita tak benar-benar tahu. Semua masalah itu, ujung-ujungnya akan mengarah ke uang.
Meminta uang. Meminjam uang. Dan terus seperti itu.
Saat orangtua tidak bisa mendidik, memberi contoh, mengatur, dan tegas terhadap anak-anaknya. Maka, yang akan muncul adalah serangkaian beban.
Dan beban itu akan dipikul oleh satu atau dua anak yang berhasil keluar dari kegagalan pola asuh orangtua.
Ada yang terjebak dalam moralitas hubungan sedarah dan akhirnya benar-benar terbebani. Yang lainnnya tidak peduli, masa bodoh, dan menjauh dari keluarga besar yang bermasalah.
Mereka yang sudah lebih dulu sukses dan mengamankan diri, tak akan terlalu berat dalam menghadapi tekanan demi tekanan setiap anggota keluarga yang menjadi beban.
Tapi bagi mereka yang baru membangun, belum mencapai titik kepastian atau kestabilan ekonomi, dan bahkan belum menikah dan masih mencoba menyisihkan uang untuk membangun rumah dan usaha. Tiba-tiba saja seluruh anggota keluarga seolah menuntut bantuan dan jatah dari hasil kerja keras kita. Rasanya, benar-benar sangat berat dan menjadi beban yang bisa saja menghancurkan.
Uang yang disisihkan untuk membeli rumah pada akhirnya terpakai untuk membayar sekolah adik, membayar hutang orangtua, dan habis untuk segala jenis permintaan dari keluarga. Terlebih jika setiap anggota keluarga berusaha meminjam uang ke kita. Yang terjadi benar-benar bisa menghancurkan.
Sebanyak apa pun gaji kita. Atau sebanyak apa pun hasil dari usaha kita jika nyaris setiap waktu kita diganggu masalah konflik internal keluarga dan masalah keuangan bersama. Maka hidup tak akan tenang.
Apalagi jika kita sudah menikah dan melihat kenyataan bahwa anggota keluarga kita sendiri adalah beban. Dan anggota keluarga pasangan juga beban. Maka yang terjadi adalah rangkaian beban yang tiada akhir.
Kita harus menanggung beban dan masalah dari dua keluarga besar secara terus-menerus. Lalu, kapan kita bisa maju? Kapan kita akan memiliki rumah sendiri? Kapan kita akan tenang dalam mengembangkan usaha?
Keluarga kita sendiri sudah tak beres dan benar-benar mengganggu. Ditambah keluarga pasangan tak jauh beda. Hidup akan benar-benar melelahkan dan tak nyaman.
Dari meminjam uang, meminta uang, tiba-tiba datang ke rumah dengan raut memelas dengan alasan ini dan itu. Atau, banyak dari anggota keluarga, entah itu paman, bibi, atau ponakan, datang ke rumah meminta untuk dicarikan pekerjaan. Tapi, setelah diberi pekerjaan, mereka berlagak sesukanya. Tak ada rasa syukur dan berterimakasih.
Baru bekerja tidak sampai sebulan sudah keluar karena alasan sepele dan tidak betah. Lalu tinggal di tempat kita selama berbulan-bulan, dan kita yang menanggungnya.
Selain beban meminjam uang. Ini adalah salah satu beban yang sangat tak menyenangkan dan kalau bisa, jangan pernah ada dalam kehidupan kita.
Saat banyak anggota keluarga tidak jelas, tak bijak, dan tak mau bertanggungjawab terhadap kehidupannya sendiri. Maka, banyak masalah akan muncul dan itu akan menjadi tambahan beban baru untuk kita.
Masalah adik-kakak akan menjadi tanggungjawab kita karena orangtua gagal mendidik atau membiayai mereka. Begitu juga dengan kedua orangtua yang tak bertanggungjawab, tak bisa diberi tahu dan diarahkan, hidup seenaknya sendiri, tak mampu menyelesaikan masalah tapi malah menambah masalah, dan sekian banyak kegagalan lainnya. Itu juga akan jadi beban kita.
Belum lagi, anggota keluarga lainnya, yang menganggap kita jauh lebih sukses dan mampu. Akan berbondong-bondong meminta bantuan ke kita. Jika kita tidak siap dan tidak tegas, maka nasib kita bisa akan jauh lebih buruk.
Hidup kita tak akan tenang dan keuangan kita akan selalu terganggu.
Beberapa orang bahkan sampai gagal melanjutkan usahanya dan sampai usia tua tak mampu memiliki rumah sendiri. Walau gaji yang dimilikinya begitu besar. Tapi karena habis untuk mengurusi anggota keluarga lainnya. Yang terjadi hanyalah penyesalan di usia lanjut. Saat anak-anaknya sendiri harus diperhatikan dan kesehatannya pun mulai memburuk.
Cara terbaik untuk mengatasi kengerian serangkaian beban yang bisa menjerumuskan kita ke masalah berat ini, dengan cara, mempertegas diri sendiri dan anggota keluarga lainnya.
Tak perlu merasa bersalah. Bantu sebisanya. Dan, jika nantinya sudah keterlaluan, kita bisa lepas tangan.
Dengan begitu, baik orangtua dan anggota keluarga lainnya akan segan dengan kita. Akan berpikir beberapa kali untuk sekedar meminjam uang atau menghubungi kita.
Jika kita tidak tegas terhadap posisi kita sendiri dan seluruh anggota keluarga yang ada. Maka, mereka akan begitu nyaman menjadi parasit. Kita yang akan mengering, sekarat, dan mati.
Setidaknya kita sudah membantu mereka. Apakah mereka mau membantu diri mereka sendiri atau tidak, itu urusan mereka sendiri.
Kita sudah memberi kesempatan mereka untuk berubah dan terlepas dari beban utama masalah mereka. Tapi jika itu tak dimanfaatkan, mereka masih saja seperti dulu, pemalas, sesukanya, dan tak mau berubah ke arah yang baik. Maka, kita bisa dengan bebas meninggalkan mereka. Menjauh. Dan tidak peduli.
Untuk apa terus terikat dengan beban yang selalu menjadi beban?
Jika ada salah satu anggota keluarga begitu nyaman menjadi beban keluarga. Tidak bisa diarahkan. Tidak mau bergerak maju. Maka tinggalkan saja. Biarkan mereka mengurus diri sendiri.
Kita, hanya perlu fokus mengurusi masalah-masalah diri kita sendiri yang tak kalah banyaknya. Dan mulai sekarang, ucaplah selamat tinggal kepada setiap anggota keluarga yang telah dan akan mungkin menjadi beban kehidupan kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI DAN PSIKOTERAPI 3
Non-FictionSERI PSIKOLOGI DAN PSIKOTERAPI lebih mengarah pada pencarian bentuk terapi yang cenderung egois dan mana suka. Jadi, inti dari seri ini, apa pun asalkan bisa membuat kita tenang, bahagia, dan terkurangi beban kejiwaan kita adalah terapi. Psikoterapi...