Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah lama setelah semuanya terjadi, diam-diam dalam ramainya siang serta heningnya malam justru menguarkan rasa rindu. Perihal rasa memang tidak akan pernah ada habisnya, bahkan perihal hidup dan mati juga tidak pernah menentu. Satu dari ribuan bahkan milyaran nyawa di tarik paksa oleh tuhan untuk menyerah. Tidak dipungkiri, takdir dibuat sedemikian parahnya, sehingga si pemeran utama dalam kehidupan tidak dapat mengubah apapun bahkan untuk sekedar marah pun tidak diperkenankan.
Kala itu, terjadi kekacuan yang tidak pernah tau dan dapat diprediksi sebelumnya, banyak luka-luka yang muncul tanpa sengaja, menyebabkan satu jiwa yang direnggut paksa sebab tiap tutur kata dan bungkamnya yang tidak henti jua menerikan kata tolong.
Gama Pramudya, siswa di salah satu sekolah ternama yang ada di ibu kota. Gama kala itu adalah seorang siswa yang memang mengabdikan sebagian masa remajanya sebagai ketua Osis.
Gama berusia delapan belas tahun, seseorang yang aktif di organisasi serta di sekolah. Gama merupakan murid yang dikenali oleh banyak siswa dan siswi, Mungkin ada satu atau dua manusia yang tidak mengenali dirinya, meningat betapa banyaknya populasi siswa. Namun, manisnya rupa Gama tidak akan mudah hilang dari ingatan hingga akan terus berkesan. Singkatnya begitu menengani siapa itu sosok Gama Pramudya.
Gama seorang anak tunggal, Ayahnya seorang Dosen di salah satu universitas ternama serta ibunya yang merupakan seorang guru di sekolah dasar. Memiliki Kedua orang tua yang paham mengenai ranah nilai dan pelajaran tak ayal dia selalu dituntut untuk menjadi seseorang dengan angka-angka sempurna. Tetapi, dia ingin dikenal sebagai Gama yang apa adanya tanpa rentetan angka yang menekannya.
Untuk itu, biar saya ceritakan kisah singkatnya seperti apa Gama Pramudya dan bagaimana kisah kami yang tidak pernah bisa berlanjut. Sebab, Gama tidak akan pernah bisa menceritakan kisahnya. Dia sudah hilang dari ranah pandang manusia.
