Rupanya saya sudah sampai pada penghujung cerita, ceritanya sudah berlalu begitu pula pahitnya. Tidak ada lagi hal yang bisa saya ceritakan mengenai sosok Gama Pramudya.
Kala itu, setelah keluar dari ruang operasi Gama tidak sadarkan diri serta koma. Setelah jeda satu minggu pelaku penusukan serta pemukul Gama di tangkap dan menjalani hukuman, Gama Masih terbaring menutup mata.
Dua minggu setelahnya, Gama membuka mata tetapi tidak banyak percakapan yang kami lakukan.
"Maaf ya, aku baru bisa melihat kamu."
"Gama, berhenti meminta maaf. Kamu harus sembuh dan sehat nanti aku akan temani kamu jalan dari sekolah menuju rumah. Kita akan mengalahkan romantisnya Romeo dan Juliet."
"Zanna, janji satu hal padaku ya?"
Rasanya saya ingin menangis, janji dari Gama selalu membuat saya ingin menangis karena saya benar-benar takut kehilangan Gama.
"Janji untuk?"
"Untuk bahagia selalu, jangan lupa tersenyum Zanna. Kamu tidak boleh tertidur saat menaiki Bus ya, aku takut tidak bisa menemani kamu." Gama menangkat jari kelingkingnya dan dengan senang hati saya sambut, Namun ketika jari itu bertaut Gama justru menghembuskan nafasnya untuk terakhir kali.
Hari itu, Gama Pramudya resmi berpulang, sudah tiada dan sudah membumi.
Setelah pemakaman yang dilakukan serta berbagai hal lainnya, Ibu dan Ayah Gama merencanakan kepulangannya ke Jogja dimana orang tua mereka berada. Ternyata kepulangan Gama memberikan kosong dan hampa yang begitu nyata.
Kita bahkan belum sempat menikmati masa remaja yang begitu menyenangkan, belum sempat merasakan kencan luar biasa yang dirasakan banyak orang.
Nyatanya, tuhan lebih menyayangi Gama Pramudya sehingga membuatnya harus berpulang.
"Gama, aku ingin bertanya apa disana kamu sehat? Apa kamu bisa merasakan betapa indahnya disana. Aku merindukanmu, sangat. Tapi, kamu jangan khawatir. Aku bahagia jika kamu bahagia, untuk kotak musiknya sudah aku simpan rapi dan selalu aku putar. Aku izin pamit ya, nanti aku datang lagi. Selamat beristirahat dengan tenang Gama Pramudya."
Saya memeluk Nisan Gama dengan erat lalu mengecup Nisannya, saya bangkit berdiri bersama Ibu serta Ayahnya. Kami bangkit bersama meninggalkan rumah tempat Gama tinggal kini, esok dan selamanya.
Gama Pramudya, Selamat berpulang.
■■■■
─selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramudya
Novela JuvenilHanya sepenggal kisah hidup Gama Pramudya, dengan bumbu manis dari Zanna Mahira. © LEEHCJN, 2021