1. Awal Dari Segalanya
Ada beberapa hal di dunia ini yang terpaksa harus disadari bahwa keberadaannya bukanlah ditakdirkan untuk kita miliki. Entah itu materi berlimpah, jabatan tinggi, fisik sempurna, atau ... cinta yang bersambut.
Dulu Nara merasa memiliki segalanya. Orang tuanya memberikan ia dan dua saudaranya kelimpahan materi serta kasih sayang. Menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga besar membuatnya selalu dimanjakan. Apa pun yang ia mau bisa didapatkan dengan mudah. Fisik? Nara nggak mau sombong, tapi orang-orang bilang ia cantik dan imut. Teman-temannya bilang, ia beruntung jadi putri seorang Iqbal Barachandra yang katanya memiliki gen sempurna. Dan ya, Nara memang beruntung. Makanya chanel Youtube-nya ia beri nama Princess Barachandra.
Soal Youtube, Nara juga beruntung. Chanel bertema food review yang ia mulai geluti sejak dua tahun lalu itu, kini telah mendapatkan lebih dari dua juta subscriber, bahkan menyaingi subscriber punya Rafael Pradipta, sepupunya yang aktor sekaligus penyanyi itu. Ia yang sejak kecil memang hobi makan, memanfaatkannya dengan menjadi food vloger. Dan tanpa disangka, jutaan orang menyukai kontennya. Dari Youtube, Nara bisa membeli apa pun dengan uangnya sendiri membuat jatah jajan dari Ayah menumpuk di rekeningnya.
Tapi anggapan bahwa Nara bisa mendapatkan segalanya, ternyata salah. Karena ketika pertama kalinya ia jatuh cinta, harus dibarengi dengan patah hati untuk pertama kali pula. Padahal ia sudah berjuang mati-matian, sampai nggak peduli dengan prinsip 'cewek tuh kodratnya dikejar, bukan ngejar', tapi pada akhirnya ia malah ditinggalkan tanpa sepatah kata pamit pun. Nara patah hati, nelangsa dan merasa dunianya runtuh. Oke, yang terakhir terdengar sedikit lebai, tapi memang itu yang Nara rasakan.
Dan setelah semua hari-hari berat yang Nara lalui selama lima bulan ini, Randi menawarinya datang lagi ke Hiphope? Yang benar saja!
"Mau ke sana, Ra? Kakak temenin."
"Enggak!" Nara meletakkan ponsel yang layarnya masih menampilkan chatroom dengan Randi, kemudian menoleh ke arah Berlin. "Kasihan iman Nara yang susah payah ditempa kalau ketemu si rambut uban itu lagi."
Berlin terkekeh sambil mengerling. "Emang iman kamu sekarang udah beneran kuat?"
Nara mengangguk, lalu meringis. "Dua puluh lima persen."
Berlin, istri Rafa itu tertawa lebar. "Masih lemah, itu."
"Makanya itu." Nara cemberut sambil menangkup kedua pipi. "Sampai gendut gini usaha buat move on, seenaknya Kak Randi nawarin buat ke Hiphope lagi. Nggak wooh keren emang adiknya Dit—rambut uban itu." Nara berdecak. "Nggak boleh sebut nama, nggak boleh sebut nama!"
"Nama siapa yang nggak boleh disebut?"
Suara itu membuat Nara dan Berlin menoleh ke arah pintu ruang tengah, di mana seorang laki-laki tinggi dengan muka baby face muncul. Siapa lagi kalau bukan Rafael Pradipta, sepupu jauh Nara? Aktor yang kini mulai fokus membagi waktu dengan mengurusi perusahaan Galang Pradipta itu langsung mendekat dan mencium Berlin. Tepat di bibir! Nara memelotot dibuatnya.
"Bang Rafa tuh nggak boleh kayak gitu!"
"Dih, emang kenapa?" Rafa menoleh dengan senyum mengejek. "Berlin kan istri Abang sendiri. Halal seratus persen dan terdaftar di MUI."
"Emangnya aku daging?" protes Berlin.
"Lho, emang enggak?" Rafa menaikturunkan kedua alisnya. "Bukannya kamu emang daging? Apalagi bagian dari kamu ada yang mengandung lemak bervitamin, yang suka aku pegang tiap mal—"
"ABANG!" Nara yang tidak tahan lagi, menjerit kesal sambil melempar bantal ke arah sepupunya itu.
"Ups, lupa kalau ada anak kecil." Rafa malah tertawa keras saat Nara melemparinya lagi.
"Nara udah gede, ya. Udah dua puluh satu!"
"Oh udah gede?" Rafa manggut-manggut. "Berarti nggak masalah dong kita lanjutin bahasan soal perdagingan itu?"
"Lanjutin aja sendiri!" Nara bangkit, masih menatap kesal ke arah Rafa. "Nara pulang, bye!"
Dengan bibir maju, Nara melangkah keluar dari rumah Rafa yang juga merupakan rumah Om Galang, omnya itu. Memang gila abangnya itu. Oh tidak, semua laki-laki di keluarga ini juga. Tidak Om Galang, tidak Om Ken, tidak Ayah, Bang Gio—abang kandungnya—, dan sekarang Rafa, semua suka sekali PDA atau mempertontonkan kemesraan di depan umum. Mereka tidak toleransi kepada jomlo macam Nara.
Ya mau bagaimana lagi? Hampir umur dua puluh satu, Nara belum pernah punya pacar. Para laki-laki di keluarganya kan overprotektif semua. Bukan cuma mereka, tapi sahabat-sahabat Bang Gio juga ikut-ikutan. Mereka bersikap seolah ia adalah adik kandung mereka sendiri. Tapi memang sih, Nara juga menganggap saudara, mengingat mereka semua tumbuh bersama dari kecil.
Dulu saat SMA Nara pernah punya gebetan. Hampir jadian, kalau saja abang kandung sekaligus para abang jadi-jadiannya tidak berulah. Entah apa yang mereka lakukan sampai gebetan Nara menjauh, bahkan terkesan menghindar. Tapi yang pasti, beberapa minggu kemudian Nara tahu kalau laki-laki itu anak dari musuh bisnis Ayah.
Dan karena sama sekali belum punya mantan, Nara jadi kesal sendiri kalau para laki-laki overprotektif itu mengumbar kemesraan dengan istri mereka, do depannya. Nara kan juga pengin. Setidaknya merasakan dici—
Nara berhenti di depan pintu pagar rumahnya, beberapa meter dari rumah Rafa. Tiba-tiba ia teringat tentang sebuah kejadian yang ia alami, tiga tahun lalu. Saat ia ... dicium paksa oleh seseorang.
Dan orang itu adalah si rambut uban.
Atau Ardito Wisanggeni.
Orang yang kemudian ia kejar-kejar selama dua tahun ini.
***
Hai gaees, ini cuma preview ya. Cerita ini sudah tersedia dalam bentuk PDF. Kalian bisa mendapatkannya gratis jika membeli buku novel To Reveal It yang sedang open PO tanggal 10 Oktober - 5 November 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Balik Arah (END)
ContoDua tahun bukan waktu yang singkat buat Kinara Aldia untuk mengejar dan mengharap perhatian seorang Ardito Wisanggeni. Berbagai upaya ia lakukan, mulai dari masuk dan berbaur dengan dunia Dito, hingga menawarkan sebuah pertemanan yang nanti mungkin...