5. Kucing Liar

507 93 0
                                    

Sebenarnya cerita ini pernah publish tahun 2021 lalu, tapi cuma preview aja (4 bab pertama). Sudah ready PDF juga dengan harga 30k berisi 396 halaman. Tapi mulai hari ini, 19 November 2023, aku akan publish cerita ini sampai tamat versi Wattpad. Jadi yang belum beli pdfnya dan ingin baca gratis, bisa mulai baca yaa. Syaratnya mudah, yaitu tinggal vote dan komen. Okay? Thank you ♡

*

5. Kucing Liar

Setelah Nara menangis waktu itu, akhirnya Dito membiarkannya pergi. Dan ia kira laki-laki itu tidak akan menemuinya lagi. Tapi ternyata perkiraannya salah. Hari-hari berikutnya Dito selalu menemuinya, entah di kampus, di Louvre atau di galeri.

Yang paling parah adalah saat ini, di mana Dito menghampiri tempat syuting setelah Nara sempat membuat story Instagram berisi foto selfie di mana ia berada di sebuah kedai bubur. Dan yang paling membuat Nara kesal, karena Doni membujuknya untuk ikut Dito. Nara jadi makin yakin kalau Doni memang sudah move on darinya.

"Jangan cemberut mulu. Kebablasan nggak bisa senyum lagi, mampus!"

Nara yang dari tadi menolak untuk menatap ke arah sebelah, makin memgerucutkan bibirnya. "Nggak ada sejarahnya orang kebablasan cemberut. Dikiranya Nara bego, apa?"

"Emang lo pinter?"

Mau tak mau akhirnya Nara menoleh. Ditatapnya Dito yang sedang mengemudi itu, dengan kesal. "Dito, gelut aja, yuk."

Dito tertawa keras, terlihat sangat terhibur dengan wajah imut yang berusaha dibuat galak itu. "Dicubit pipinya aja mewek, sok-sokan ngajakin gelut."

Nara memajukan badan dan mendengus tepat di depan wajah Dito. "Rambut uban ngeselin!"

Dito menyeringai. "Ngeselin gini juga lo bucin."

"Itu dulu." Nara mengangkat dagu dengan percaya diri. "Sekarang Nara udah move on."

"Oh ya?" Tepat mobil berhenti, sehingga kini Dito bisa menatap Nara sepenuhnya. Senyum miringnya terbit, dan di mata Nara, itu terlihat seperti ejekan. "Berapa persen move on-nya?"

"Banyak!" Nara spontan mundur saat Dito mendekatkan wajah. "Ih jauh-jauh!"

"Kenapa?" Wajah Dito makin dekat. "Gugup? Deg-degan? Panas?" Kepala belakang Nara sudah menempel di sandaran kursi, dan Dito makin menyeringai. "Yakin, udah move on?"

Nara memilih tidak menjawab. Posisi ini membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Apalagi, ini adalah pertama kalinya Dito membuat keintiman seperti ini, setelah dua tahun perjuangan Nara mengejar cinta laki-laki itu. Dan ia merasa kurang nyaman, karena jantungnya seperti mau berteleportasi.

"D-dito."

Dito mengangkat kedua alis, seolah menunggu apa pun yang ingin ditanyakan oleh Nara.

"Waktu ngilang itu, Dito pernah kecelakaan, ya?"

Sejujurnya, ini yang ingin ditanyakan Nara sejak Dito melambaikan tangan dan tersenyum kepadanya dari balik ruang kerja. Dan wajah Dito yang seperti kaget dan mematung, membuat Nara menarik kesimpulan.

"Tuh kan!" Nara langsung mendorong Dito menjauh. Dadanya terasa lega karena tidak dihadapkan wajah Dito lagi. "Bener tebakan Nara sejak kemarin. Dito tuh berubah jadi nyamperin Nara, suka chat Nara, terus suka sentuh Nara kayak om-om mesum, pasti karena ada yang nggak beres. Bener, kan? Dito kecelakaan terus otaknya geser, kan?"

Nara bertepuk tangan heboh, merasa begitu hebat karena telah menyimpulkan sesuatu yang membuatnya penasaran selama ini. Karena perubahan Dito ini sangat kentara sekali.

Dulu, mana mau Dito mendekatinya duluan? Dekat-dekat Nara juga terlihat tidak suka, walaupun tidak mengusir. Senyum pun jarang, apalagi tertawa karena merasa terhibur. Biasanya Dito tertawa kepada Nara itu karena ingin mengejek.  Jadi Nara sangat penasaran kenapa sikap Dito bisa berubah seperti ini.

"Jangan didiemin, Dito. Nanti tambah geser, lho. Ke rumah sakit aja, yuk? Nanti Nara telepon Bang Dave biar kepala Dito di-CT scan. Ya ya ya?"

Dito yang sedari tadi melongo, kini memelotot. "Kepala lo yang harus di-scan, goblok!"

Setelahnya, Dito langsung keluar sambil membanting pintu mobil. Nara terbengong-bengong melihat laki-laki itu mengumpat sambil berjalan cepat, masuk ke bengkel Hiphope. 

Sedetik kemudian senyum Nara merekah. Kalau Dito masuk lebih dulu, artinya ia punya kesempatan untuk melarikan diri. Sebenarnya ia tidak ingin munafik. Dekat-dekat dan dicari oleh Dito memang membuatnya senang, tapi ia tidak ingin jatuh ke lubang yang sama lagi. Ia ingin menuruti para abangnya untuk melupakan perasaannya kepada Dito. Lagipula, ia berjanji kepada Bang Gio untuk tidak mengejar-ngejar lagi, jika laki-laki itu menyakitinya.

Tapi rencana tinggal rencana, karena baru beberapa langkah Nara berjalan menjauhi halaman Hiphope, tiba-tiba terasa ada tarikan kuat di kerah kemeja. Dan pelakunya adalah Ardito Wisanggeni si rambut uban itu.

"Dito, lepasin!" Nara berseru karena Dito membuatnya berjalan mundur, masih dengan kerah ditarik. "Nara bukan kucing!"

"Nggak usah pikun!" Dito balas berteriak. "Lo emang kucing, kucing liarnya gue!"

***

Magelang, 20 November 2023

Balik Arah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang