|| Asmaraloka Sang Letnan : 28 ||

2.8K 300 24
                                    

"Nan!!! "

Syila sambil membuka matanya dengan lebar. Keringat mengalir deras di sekitar wajahnya. Nafasnya tersengal-sengal. Netra matanya mengamati sekitar.

"Syukurlah, kamu sudah sadar, nak.. "

Syila menatap ke sumber suara. Riyanti berdiri tegap di ambang pintu dengan pakaian cokelat kebanggaannya. Di belakangnya, sang kakak berdiri sambil mengikuti langkah sang bunda.

"Bun, mas Andra mana? Tadi, aku ketemu dia.. "

Riyanti memandang sang putra. Lalu, duduk di samping ranjang pasien. Diusapnya pucuk hijab sang anak dengan lembut. "Sayang, Istighfar.."

Syila menggelengkan kepala. "Gak, bun!! Tadi, aku beneran ketemu sama mas Andra!! Bang, mas Andra sudah ketemu kan?!! Tadi, aku ketemu mas Andra, bang!! "

Arfan hanya diam. Tangannya melepas baret hijau yang berada di kepalanya. Lalu, dia berjalan ke arah berlawanan kasur pasien.

"Dek, abang tahu.. adek sedih. Tapi, abang mohon, ingat mereka.. Mereka membutuhkanmu saat ini" ucap Arfan seraya mengusap perut buncitnya.

"Tadi, aku beneran liat mas Andra.. aku-- aku gak bo-ong! "

Syila menundukkan kepala seraya menghapus air matanya. Tangannya mengusap perutnya. "Maafin bunda, sayang.. "

Kepalanya mendongak. "Jadi, mas Andra.. belum ketemu? " tanyanya dengan sendu. Ibu dan anak itu menggeleng dengan kompak.

"Berarti itu mimpi.. " gumamnya dengan nada lirih.

Air matanya kembali mengalir. Netra matanya menatap kosong ke depan. "Sayang, kamu yang sabar, ya! Bunda dan kakakmu akan selalu di samping kamu.. "

Syila mendongak. "Bisa tinggalin aku? Aku mau sendiri.. " ucapnya dengan pelan. Riyanti memeluk erat sang anak. Kepalanya mengangguk pelan.

"Pesan bunda hanya satu, jangan terlalu banyak pikiran, ya? Kata dokter, kondisi si kembar drop karena ibunya terlalu stres.. Kamu sayang sama cucu bunda kan? Jadi, ikuti kata dokter, ya? Bunda mohon.. "

Dia mengangguk singkat seraya tersenyum samar. "Iya, bun.. "

Empers Of Heart

Syila memejamkan mata. Bibirnya melengkung ke atas. Kemudian, dia membuka matanya. Melihat seberapa indahnya ciptaan Sang Pencipta dari atas balkon.

Tangannya mengusap perut buncit nya. Bagaimanapun juga, dia tidak ingin terlalu berlarut dalam kesedihan. Dia tidak mau, jika itu akan berdampak kepada kedua buah hatinya.

Dia tahu, jika semua itu telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzd miliknya. Jadi, apapun yang terjadi, dia akan mencoba ikhlas.

Hingga Iris matanya berhenti menatap sepasang pasutri yang saling bermesraan di kursi taman. Terlihat, sang pria mengusap lembut kedua pipi kekasihnya.

Kedua matanya berkaca-kaca. Air matanya kembali keluar dengan deras. Kepalanya mendongak menatap langit yang cerah.

Dulu, dia menangis karena merindukan Raihan. Tapi sekarang, dia merindukan Andra. Pria yang selama ini selalu memberikan cinta kepadanya tanpa ada sedikit pun kekerasan. Pria yang selama ini selalu bersabar atas semua sikapnya.

Dia sangat rindu dengan Andra.

"Nan, Nan gak kangen sama aku? Nan gak pengen peluk aku sama mereka? " tanyanya seraya mengusap perut buncitnya. Dengan cepat, dia menghapus matanya.

Asmaraloka Sang Letnan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang