Tujuh

47 18 3
                                    

Flashback dulu ya kalau lupa alur tinggal baca ulang, HEHE

Happy reading kiyowo👽

****

“Tak akan ada yang baik-baik saja dengan kata kehilangan.”

- Pohon 2021

****


Flashback on

Sang raja siang perlahan mulai lenyap dari permukaan langit. Awan abu-abu pun mulai berdatangan. Langit yang asalnya berwarna oranye kini mulai berubah menjadi warna hitam, namun tak begitu terlalu gelap.

Rupanya hari sudah semakin petang, bahkan bisa dibilang sudah termasuk fase awal di malam hari.

Terlihat seorang anak laki-laki tampan berusia kurang lebih 5 tahun tengah duduk sembari merangkul lututnya, lalu bersandar di bawah naungan sebuah pohon.

Anak itu menangis tersengguk, tubuhnya sangat lemas tak bertenaga.

Sorot matanya sangat lelah, wajahnya sangat letih dan lesu. Gigi-giginya bergetar dengan kompak, pertanda bahwa dia tengah sangat menggigil kedinginan, diselimuti oleh angin petang yang sangat menyeruak ke dalam tubuhnya.

"Ma...,"

"Ma...," lirihnya kecil.

Anak laki-laki itu hanya seorang diri. Sedari tadi dia hanya bisa memanggil kata 'mama' dan menangis tanpa henti-hentinya. Dia sudah beberapa kali berteriak memanggil-manggil mamanya, namun nihil selalu tidak ada jawaban. Sampai rasanya saat ini suaranya seakan-akan mau habis, dan tenggorokannya mulai terasa sakit.

"Ma...,"

"Mama...,"

"Kean mau Mama...."

Tak salah lagi anak laki-laki tampan dan lucu itu bernama Kean. Lebih tepatnya, Kean Adlanna. Dan saat ini anak itu tengah dilanda ketakutan yang sangat besar.

Bagaimana tidak takut, saat ini dia sedang berada di tengah-tengah hutan yang sangat sepi dan gelap. Seorang diri dan hanya ditemani oleh hilir semilir angin petang yang mulai menyelimuti tubuhnya, serta sebuah pohon rindang yang kini tengah ia sandari.

Sedari tadi anak itu terus saja sibuk memanggil-manggil mamanya. Sepertinya, sudah lama dia melakukan hal itu, sekitar 5 jam yang lalu dia berteriak-teriak memanggil sang ibu tanpa henti.

Tanpa minum ataupun makan, anak itu sangat merasa haus dan kelaparan. Tenggorokannya sudah sangat amat kering dan sakit. Namun dia tetap terus berusaha meneriaki dan menyebut kata 'mama' berulangkali tanpa menyerah.

Namun saat ini suaranya bagaikan sudah benar-benar habis. Tak mampu lagi mengeluarkan sepatah kata pun.

Tiba-tiba saat anak itu mencoba mengeluarkan suaranya lagi, dia malah terbatuk-batuk, dan mengeluarkan segumpal darah dari mulutnya.

Anak itu kembali menangis, menangis tanpa suara. Berharap kali ini Tuhan menolong dirinya yang sedang berada di ujung tanduk.

Akhirnya dia pun menyerah, mengalah dengan keadaan yang terjadi pada dirinya.

Tak lama kemudian pandangannya pun mulai kabur-kabur dan menggelap. Detik berikutnya mata anak itu mulai tertutup dengan rapat. Anak itu berhasil tak sadarkan diri dalam detik itu juga.


****



"Istri saya mana?!" tanya Manov dengan napas yang tersengal-sengal, wajah cemas dan paniknya itu kini sudah dibanjiri oleh keringat dingin.

Pohon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang