Enam

50 17 8
                                    

YG MASIH KESAL DENGAN PART SEBELUMNYA =

****

Ibarat pisau yang terus menerus diasah dan menjadi tajam. Kita juga sama sebagai manusia yang terus menerus diberi ujian, dan pada akhirnya menjadi kuat.”

- Pohon 2021

****

Kondisi Kean dan Lana semakin melemah, mereka kini dibiarkan tergeletak di lantai begitu saja setelah para polisi dengan kejam dan puas menyiksa mereka.

Tubuh mereka sangat lemah. Pandangan mereka mulai kabur-kabur. Sekujur tubuh mereka sangat sakit, air mata mereka rasanya sudah habis, mereka hanya bisa menangis dalam diam, berharap sebuah keberuntungan akan datang pada mereka.

Tiba-tiba saja Lana menatap Kean dengan sangat tajam. Matanya merah menyala, wajah dan rahangnya menegas.

Karena posisi mereka kini tak begitu jauh, dengan cepat Lana pun mencoba menggerakkan kedua kakinya untuk menendang tubuh Kean. Ternyata kini gadis itu sangat membenci Kean. Bahkan, dia ingin membunuh laki-laki gagap itu detik ini juga.

"Dasar lo laki-laki bejat!" teriak Lana yang sudah mulai kehilangan suara.

"Lo ... lo ternyata jahat!!"

"Jahat! Jahat!"

"Gue salah apasih sama lo, hah?!"

Lana terus menerus mencoba menendang tubuh Kean dengan kedua kakinya, ia nampak kesusahan bergerak karena tangannya masih di borgol. Begitu juga dengan Kean yang tak bisa berbuat apa-apa selain hanya menatap Lana dengan tatapan lemah dan lesu.

Berkali-kali Kean menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Tetapi tetap saja, Lana tak memperdulikan hal itu, dia terus saja sibuk mencoba menendang tubuh Kean dengan sangat kuat. Gadis itu benar-benar sudah sangat membenci Kean.

"Tega lo!"

"Brengsek!"

"Bajingan!!!"

"Keparat!"

"Tai!"

Lana kembali menangis dan berteriak sejadi-jadinya, dia sangat geram dan kesal terhadap Kean. Karena tak cukup menendang tubuh Kean seterusnya, dia akhirnya meluapkan amarahnya dengan cara menabrakkan jidatnya ke lantai dalam berkali-kali. Dia sangat kesal, marah, jengkel, dan geram. Emosi telah menguasai dirinya saat ini.

"ARGHHH!"

"KENAPA INI TERJADI SAMA GUE!"

"APA SALAH GUE KE ELO BANGSAT!"

"KENAPA LO JAHAT BANGET SAMA GUE, HAH?!"

"LO PUNYA DENDAM TERSEMBUNYI SAMA GUE HAH?! SAMPAI-SAMPAI LO TEGA LAKUIN HAL ITU KE GUE?!"

"JAWAB!!"

"JAWAB!!"

"JAWAB GAGAP!"

Napas Lana tersengal-sengal, dia tak mampu berteriak-teriak lagi karena kini suaranya benar-benar sudah habis. Lagi pula dirinya sudah sangat lelah terus menerus berteriak dan menangis.

Ya, dia sangat lelah, dia sudah menyerah dengan semua ini, dan akhirnya dia hanya bisa menangis kecil sambil terisak. Dia juga mencoba mengatur napasnya agar normal kembali.

Ternyata gelengan kepala Kean sedari tadi tidaklah berguna. Ingin rasanya dia menjelaskan secara jelas kepada Lana tentang apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua.

Ingin rasanya dia membela dirinya, berteriak, dan menangis sejadi-jadinya.

Namun apalah daya, dia sudah terlalu lemah saat ini. Dengan kondisinya yang mendadak bisu dan tubuhnya yang sudah setengah nyawa tak bisa membantunya kembali bangkit.

Pohon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang