Sore Hari Bersama Louis

235 10 3
                                    

Louis keluar dari gedung sekolah sambil ngeliatin langit. Biar ala-alaannya dia gitulohhh, anggun-anggun estetik.

Dia baru aja selesai ekskul dance, dan dari kejauhan ada rombongan kakak kelas ekskul dance. Salah satu diantara mereka, ada Steven si bucin mampus yang sibuk mandangin doi sekaligus pacar darenya.

Steven sendiri baru sadar kalau dia belum bicara apa-apa ke Louis soal dare itu. Terakhir mereka interaksi langsung dan berdua pun sewaktu Louis sakit, tepatnya seminggu lalu, setelahnya Steven gak berani sama sekali untuk mendekat. Melihat bagaimana rumah Louis, para pengawalnya yang kayak udah mau bunuh Steven, barang-barang mahal yang dipake Louis, mobil mewah yang mungkin harganya lebih mahal dibanding harga dua ginjal, gaya-gaya Louis yang wah banget, anggunnya, kalemnya, lembutnya, ngebuat Steven rasanya agak ciut.

Tapi apakah seorang Steven Yuno bakalan nyerah gitu aja?

Ya enggak dong, dia cuman menggalau beberapa hari, habis itu kembali nyari kesempatan dari waktu penilaian gabungan di lapangan volly. Tapi sayangnya gak ketemu waktu yang pas. Pokoknya hari ini harus bisa ngobrol bareng Louis.

Begitu kembali mau melirik Louis, pemuda kecil dan manis itu sudah menghilang entah kemana. Membuat Steven bingung setengah mati.

Karena sore ini udah gak terlalu terik, Louis berencana jalan-jalan santuy. Pemuda itu jalan keluar dari gerbang sekolah sendirian. 

Sebenarnya Louis tuh punya bodyguard dan supir pribadi yang bakalan selalu ngantarin dia kemana-mana. Tinggal ditelpon atau biasanya juga bakalan datang sendiri tanpa dipanggil. Tapi hari ini dia malah pengen pulang naik bis. Cuman pengen jalan-jalan seperti yang biasa dilakuin sama Nico Patrick kalau gabut.

Anyway, Louis juga bukan anak manja kok, dan mau berhenti dianggap anak manja sama orang-orang. Jadi dia ngabarin supirnya gak usah jemput dengan alasan kerja tugas kelompok di rumah teman. Tapi baru aja dia belok di ujung, Louis udah papasan dengan kelompok preman SMA lain yang lagi nongkrong di lorong samping sekolah.

"Woi..." Teriak salah satu dari tiga preman itu ke Louis tapi gak dipedulikan. Louis terus jalan lurus kayak gak denger apa-apa, yah anggap aja setan kan ya. Ngeliat itu, anak-anak sok jago ini langsung ngikutin dia. Lalu ngehadang jalan di depannya.

"Wah wah.. anak SMA Haihua nih.. pasti duitnya banyak. Heh kerdil, kalo lo mau lewat sini ada aturannya.." Ucap salah satu preman yang memperhatikan seragam Louis.

Preman yang lain ikut menyahut, "Uang lo, barang mahal lo, mari sini semuanya!"

Louis melirik mereka dengan muka julid dan sengaja disombongkan, "Oh sorry, gue lagi gak kepengen donasi buat fakir miskin hari ini" Jawab Louis dengan tenang alias julid.

"Bangsat! Diajak bicara baik-baik malah ngelunjak, gue ya bonyok lu!" Preman yang tadi menggertak malah ngamuk kayak banteng yang disodorin kain merah. Kerah seragam Louis dia tarik pake satu tangan sementara tangan lainnya dikepal siap-siap ngehantam muka Louis.

Tapi belum juga preman itu mulai nonjok, udah ada ransel merah yang terlempar ke mukanya dengan tidak estetik. Kerah seragam Louis terlepas dari cengkraman preman tadi. Dia mundur sedikit, trus noleh ke belakang.

Steven sang bucin datang menyelamatkan.

Steven lari ke depannya lalu nonjok muka preman yang tadi ngancam Louis. Ngebuat yang ditonjok jatuh ke tanah dengan tidak estetik.

"Sok pahlawan ya! Sini maju lo" Dua preman yang belum kena hantam maju ngegertak.

"Hayuk.." Ujar Steven dengan cengiran tengil khasnya.

Gak pake basa basi, kaki Steven langsung nendang perut salah satu preman sementara tangannya ngeraih kerah baju preman yang satunya, ditarik sampe mukanya nyium tanah air.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang