part 16

1K 109 19
                                    

Semenjak apple hamil dan krist yang selalu menemui apple kerumahnya singto menjadi tak tenang, singto takut krist akan kembali lagi pada apple, apa lagi ada anaknya didalam perut apple.

Singto memutuskan berhenti bekerja, ia sekarang sudah tak lagi bekerja dikantor godt, singto ingin memperhatikan krist lebih baik lagi, singto takut jika ia sibuk bekerja krist semakin dekat dengan apple. Walaupun alasan krist selalu menemui apple karna anak yang dikandung apple, tetap saja singto harus waspada.

**
Singto melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor krist, ia memang ingin menemui krist dan mengajak krist makan siang bersama.

Saat singto membuka pintu ruangan, ia terkejut saat melihat krist tengah mengusap perut apple. Krist yang melihat kedatangan singto langsung menjauhkan tangannya.

"Sing...maafkan aku, semua tidak seperti yang kamu lihat" ucap krist.

Singto mencoba untuk tetap tenang, jika ia menanggapi ini dengan emosi bisa saja apple yang menang.

"Aku hanya ingin mengajak phi makan siang" ucap singto.

"Apple, sebaiknya kamu pulang sekarang" ucap krist.

"Aku ikut makan siang" ucap apple.

"Jangan membuat singto semakin salah paham!!" Ucap krist marah.

"Apa yang salah dari apa yang kamu lakukan tadi? Kamu hanya memegang perut ku, kenapa dia harus salah paham?" Ucap apple.

"Apple, cukup. Sebaiknya kamu pulang sekarang!" Ucap krist.

Apple mendengus kesal, dan beranjak pergi dari ruangan krist, sebelum ia benar-benar keluar, apple menatap tajam pada singto.

Singto masih terdiam di tempatnya berdiri sejak tadi, kakinya terasa berat untuk melangkah mendekati krist.

"Sayang, kemarilah. Tadi tak seperti yang kamu lihat. Apple mengatakan jika dia mengidam dan dia ingin aku mengusap perutnya" ucap krist.

Singto berjalan mendekat kearah krist, dan memeluk erat tubuh krist.

"Jujur saja aku tak kuat, phi. Sampai kapan aku harus berbagi suami seperti ini" ucap singto.

"Aku seutuhnya hanya milik kamu, aku memperhatikan anaknya bukan ibunya" ucap krist.

"Tetap saja, phi setiap hari bertemu dengannya" ucap singto.

"Aku akan mengatakan pada apple untuk tidak menemui ku setiap hari, kamu ke sini ingin mengajak ku makan bersama 'kan? Sekarang ayo kita pergi" ucap krist


**
Krist melajukan mobilnya mencari restoran terdekat, saat dipertengahan jalan singto menyuruh krist berhenti, singto melihat toko buah, singto keluar  sendiri dari mobil dan membeli beberapa buah.

Setelah tiba di restoran, singto memesan banyak makanan pedas.

"Apa itu tak terlalu banyak? Nanti kamu sakit perut" ucap krist.

"Tidak, aku ingin memakan semuanya" ucap singto.

"Tapi semuanya pedas" ucap krist khawatir.

"Aku ingin phi" ucap singto.

"B-baiklah" ucap krist.

Singto memakan makanannya dengan lahap, tanpa merasa kepedasan sedikit pun, krist sedikit heran melihatnya.

"Kamu terlihat semakin gemuk" ucap krist sehingga membuat singto berhenti mengunyah makanannya.

"Phi mengejek ku gemuk?!" Ucap singto marah.

"Tidak, tapi benar.. pipi mu terlihat lebih bulat dari biasanya" ucap krist.

"Apa aku jelek sekarang?" Ucap singto.

"T-tidak, maafkan aku" ucap krist.

"Phi mengejek aku jelek 'kan!!" Ucap singto marah.

"Tidak, kamu tetap cantik" ucap krist.

"Bohong!"

"Sumpah.. aku tak bohong. Lanjutkan makan mu, sing" ucap krist.

"Aku sudah tak selera makan, nanti aku semakin gemuk" ucap singto

"Aku suka kamu gemuk, tak perlu khawatir" ucap krist.

"Aku ingin pulang" ucap singto sembari beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan krist sendiri.

Krist membayar makanan mereka, lalu menyusul singto.

Krist mencari singto entah kemana pria itu menghilang, krist melihat orang tengah berkumpul, seperti ada sesuatu terjadi.

"Ada apa?" Tanya krist pada salah satu orang disana.

"Ada orang pingsan"

Krist berjalan mendekati kerumunan dan melihat orang pingsan yang di maksud.

"Singto" ucap krist terkejut.

"Ini suami saya, saya akan membawanya ke rumah sakit sekarang" ucap krist yang panik melihat singto pingsan.

Krist langsung menggendong tubuh singto dan berlari membawa singto ke mobil. Krist melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia benar benar takut melihat singto yang tak sadarkan diri saat ini.

"Dokterr! Dokter!!"teriak krist panik

Krist berteriak seperti orang kesetanan, ia menggendong tubuh singto yang terkulai lemah.

Padahal singto hanya pingsan bukan ditabrak atau apalah itu, tapi krist tampak sangat panik.

"Selamat tuan, suami anda sedang hamil 2 bulan sekarang" ucap dokter yang memeriksa keadaan singto.

"Huh? B-benarkah, dok? Apa dia pingsan tadi bukan karna penyakit lain?" Ucap krist.

"Bukan, suami anda hanya kelelahan, usia kandungannya masih sangat muda, sebaiknya lebih banyak beristirahat dirumah" ucap dokter.

"Iya, dok. Apa sebaiknya suami saya dirawat inap disini?" Ucap krist

"Tidak perlu phi, aku baik-baik saja" itu singto yang berbicara. Singto baru tersadar dari pingsannya dan mendengar semua pembicaraan krist dan dokter tadi.

"Aku hanya lelah, kenapa harus dirawat inap, dirumah juga bisa beristirahat nanti" ucap singto lagi.

Singto hendak bangkit dari tidurnya, tapi krist menahannya.

"Jangan banyak bergerak kamu masih lemah" ucap krist.

"Aku baik-baik saja" ucap singto.

"Sebaiknya anda beristirahat dulu, saya permisi" ucap dokter.

"Aku ingin pulang phi, aku mual mencium bau obat disini" ucap singto.

"Baiklah, ayo pulang" ucap krist.

Krist membantu singto untuk duduk, ia ingin menggendong singto tapi singto menolak, memangnya singto kenapa? Sampai harus digendong.
.
.
.
.
.
.
.

Sejak pulang dari rumah sakit krist semakin over protective, mereka bahkan tidur dikamar tamu dilantai bawah, karna krist tak ingin singto kelelahan jika harus naik turun tangga.

"Kamu mengidam apa, sing? Katakan pada ku, aku akan mencarikannya nanti" ucap krist pada singto.

"Aku tak ingin apa-apa, phi. Aku hanya ingin phi diam dan tidur disampingku" ucap singto.

Krist ikut merebahkan tubuhnya disamping singto dan memeluk erat tubuh singto.

Apa krist akan punya dua bayi sekarang? Apa krist mampu untuk membesarkan mereka nanti? Ini bukan masalah uang untuk memberi anak-anaknya makan, tapi masalah mendidik anaknya kelak. Bukankah tugas orang tua bukan hanya memberi makan anak, tapi juga mengajari anak berbagai hal. Krist menjadi takut, takut tak bisa mendidik anak-anaknya.

Krist bergelut dengan pikirannya sendiri saat ini sedangkan singto sudah tertidur pulas.













Tbc.

Maaf Untuk Itu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang