TUJUH

2.7K 237 61
                                        

Happy Reading 💃
.
.
.
.
.

Malam semakin gelap dan kelam,suasana begitu hening, hewan-hewan malam yang biasa nya berkeliaran seperti enggan meninggalkan sarang mereka untuk malam ini.

Seekor kucing mengeong sangat nyaring memecah keheningan ditengah hutan yang didalam nya berdiri sebuah bangunan megah bewarna hitam dan merah.

Mata bulat kucing tersebut menatap tajam bangunan didepannya seolah dapat menembus dinding-dinding pembatas dalam bangunan itu. Bulu-bulu nya yang halus dan bewarna hitam pekat berdiri tegak seiring pekikannya yang semakin nyaring dan penuh ketakutan.

Seorang dengan pakaian serba hitam, dengan topi dan masker yang juga bewarna hitam berdiri angkuh menatap tajam seorang pria paruh baya yang berlutut tak berdaya ditengah lautan darah dan potong-potongan tubuh manusia yang berceceran dilantai menandakan adanya kejadian tragis yang terjadi sebelumnya disana.

Lampu yang seharusnya menjadi penerangan di dalam bangunan tersebut telah pecah dan rusak akibat pertempuran yang terjadi sebelumnya. Satu-satunya cahaya yang terdapat dalam ruangan tersebut adalah sebuah lampu hias diujung ruangan yang kadang berkedip kedip seakan enggan bercahaya dalam keadaan kelam yang terjadi.

Pria paruh baya tersebut terus-terusan mengatakan ampun, seolah-olah kata tersebut dapat menyelamatkan nyawa nya yang sedang diujung tanduk. Seseorang berpakaian hitam tampak menyeringai kesenangan dibalik masker yang ia gunakan melihat pemandangan didepan matanya yang menurutnya sangat lucu.

"Kumohon ampuni aku..kumohon!!" Jerit pria paruh baya itu menatap sepasang kaki didepan nya dengan frustasi, "Aku akan lakukan apapun,tapi jangan bunuh aku." Lanjutnya lagi dengan mata yang sangat jelas menunjukkan ketakutan terhadap orang berpakaian hitam tersebut.

"Apapun? Seriously?" Suara seorang wanita mengalun indah yang berasal dari seorang berpakaian serba hitam tersebut. Mata pria paruh baya tersebut berbinar senang seolah-olah telah berhasil menyelamatkan nyawa nya dari seorang pembantai didepan nya.

"Ya. Apapun. Apapun itu asalkan kau tak membunuh ku" Jawab pria itu cepat dengan nada senang yang sangat kentara.

"Hmm,biar kupikirkan dulu apa yang kuinginkan" Ucap wanita itu sembari meletakkan jari telunjuk nya didagu seolah sedang berfikir keras. Pria paruh baya itu menatap dengan cemas, takut-takut wanita didepannya akan berubah fikiran dan langsung membunuhnya.

"Setelah kupikirkan,aku cuma ingin satu hal" ucap wanita itu lagi tersenyum sembari menatap jenaka pria paruh didepannya yang membuat nyali pria tersebut semakin surut dengan wajah yang memucat.

"Aaa..apa?" Tanya pria tersebut memberanikan diri walau sebuah firasat buruk tengah meliputi dirinya.

Wanita tersebut mendekat kearah pria paruh baya yang masih terus berlutut di hadapan nya.Ia sedikit membungkuk dan mencengkram rahang pria itu dengan tangan nya yang menggunakan sarung tangan bewarna hitam. Wanita itu semakin tersenyum lebar, terlihat dari matanya yang menyipit tepat dihadapan pria tersebut.

"Kematian mu Johnson. Itu yang paling kuinginkan" Ucap wanita itu berbisik pelan tepat didekat telinga si pria paruh baya.

Mata pria tersebut melotot syok akan jawaban yang diberikan oleh wanita didepannya. Walau ia telah menduga akan mendengar jawaban seperti itu tetap saja ketakutan akan kematian yang mengerikan tetap saja menghantui nya. Apalagi setelah kejadian mengerikan yang terjadi sebelumnya.

Wanita didepannya benar-benar monster. Dengan kata-kata nya saja ia bisa mempengaruhi fikiran seseorang dan mengadu domba seluruh bawahan nya sehingga membuat mereka saling membunuh satu sama lain.

ANA : [ Body of Two Souls ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang