Liburan

40 4 7
                                    


Athi Risana Hani adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari kedua orang tua yang pekerjaannya sibuk di kantoran. Kedua adik-adiknya sibuk sekolah dan Athi sibuk bekerja di salah satu rumah produksi makanan ringan yang sangat laris. Keluarga super sibuk ini tidak memiliki banyak waktu bersama kecuali hari Minggu. Sudah kebiasaan bagi mereka untuk menghabiskan hari Minggu bersama dan untuk kali ini mereka memutuskan untuk melakukan liburan menjauhi ibu kota mendekati alam, ya mereka berlibur ke pegunungan. 

Mentari pagi yang masih malu-malu menampakan wujudnya diburu oleh Athi dengan bergegas mengajak ayahnya pergi pagi-pagi buta, agar dapat menyaksikan indahnya sinar yang menerangi bumi naik perlahan menerangi langit.

"Ayah, Athi dan adik-adik sudah siap." Ucap Athi mendekati mobil yang akan menjadi kendaraan mereka berangkat liburan. Ayah tersenyum dan mengacungkan kedua jempolnya menuju mobil, membuat makin semangat Athi mempersiapkan adik-adiknya untuk duduk manis di dalam mobil yang akan segera berangkat.

"Tunggu, ibu lupa membawa minum." teriak ibu saat mobil baru keluar dari pagar rumah. Mereka kaget dan bergegas membantu ibu mengambil air minum yang sudah siap di depan teras. Lalu melanjutkan perjalanan dengan riang.

Sepanjang jalan mereka saling bercerita dengan hari-hari yang telah dilalui, beberapa hal lucu membuat mereka tertawa bersama, dan beberapa hal yang salah membuat mereka dinasehati oleh ayah dan ibu. Sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga Athi sangat sayang dan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga dan menjadi contoh untuk adik-adiknya. Ayah dan ibu sangat bangga kepada Athi.

"Apa itu, Kak?" tanya Airan yang merupakan adik bunsu . 

"Itu, tenda untuk pendaki berkemah sebelum sampai ke puncak gunung, Nanti kalau Airan sudah naik kelas 6 ada acara berkemah bersama bakal berkemah juga dan mendirikan tenda." jawab Athi riang karena hampir tiba di tempat mereka akan berlibur sebenarnya.

Airan terdiam kagum melihat warna-warni tenda yang berdiri sangat indah, "Airan masih kelas satu, Kak. Masih lama berkemah." Ibu yang mendengar lalu menyambung "Tidak harus berkemah baru bisa dirikan tenda, dan gak mesti di gunung juga kok, Nak." 

Airan tersenyum dan menarik lengan Akio kakaknya, "Iya, kapan-kapan berkemah di halaman rumah aja, Bu pasti seru." ujar Akio yang paham maksud adiknya.

"Iya, iya nanti ayah beli dulu tendanya." sambung ayah dengan memberhentikan mobilnya.

Sorak gembira dan wajah ceria tampak tak bisa disembunyikan dari raut wajah mereka. Athi bersemangat membentangkan tikar sebagai alas mereka duduk, ibu menurunkan beberapa bekal, sementara ayah menurunkan air minum dan beberapa perlengkapan lainnya dan Airan beserta Akio berlarian diantara pohon-pohon di puncak gunung tempat piknik yang dipilih.

"Ayo, sini kumpul dulu. Kita sarapan." panggil ibu kepada kedua anaknya yang mulai asik bermain. Mereka mendekati ibu dan mulai makan sarapan pembuka. Liburan kali ini bukan liburan dadakan, ayah dan ibu telah merencanakan sesuatu agar liburan berkesan dan lebih seru, kebetulan mereka memilih tempat yang bisa dikatakan privat hanya mereka yang berada disana. Ayah melirik-lirik ibu memberikan kode, ibu yang belum sadar itu kode dari ayah malah memberikan kripik balado kesukaan ayah. Ayah tertawa dan mendekati ibu berbisik tentang rencana mereka untuk mengadakan permainan yang sudah direncanaka. 

Ayah pergi dengan membawa beberapa kotak yang akan disembunyikan, Athi dan adik-adiknya yang sedang tenang makan sangat menikmati suasana dan lezatnya masakan ibu. Tiba-tiba suara "Brugh" keras terdengar. Mereka kompak menoleh dan melihat ayah jatuh dari anak tangga yang terbuat dari tanah itu. Berlarian mendekati ayah dan membantu berdiri. 

"Ayah, kenapa disini?" tanya Aiko bingung.

"Ayah, kenapa bisa jatuh?" tanya Airan memeluk ayahnya.

Athi dan ibu senyum-senyum melihat mereka berdua yang khawatir sekali tampak dari raut wajahnya.

"Ayah hanya tersandung, tenang baik-baik saja." jawab ayah dengan menggendong kedua jagoannya ke tempat mereka makan.

Semua persiapan permainan selama liburan kali ini sudah selesai ayah kerjakan, saatnya ibu memberikan penguman peraturan sebuah permainan yang akan seru ini. Senyum ibu sebagai pembuka permainan dimulai. Ada lima kotak berisikan bingkisan yang sudah ayah sembunyikan dan mereka bebas mencari sesuai dengan petunjuk. Selain itu ayah juga telah memberikan batas-batas sebagai tanda agar mereka tidak melewati wilajay tersebut karena tidak disembunyikan keluar batas.

Athi dan adik-adik sangat riang, dan bersemangat untuk bergerak mencari kotak-kotak rahasia yang sudah disembunyikan. 

"Bagi yang beruntung mendapatkan kotak lebih dari satu, ibu akan memeberikan hadiah tambahan." ucap ibu seraya meniup pluit tanda permainan dimulai.

"Airan, ikut kakak aja kita mencari bersama." ajak Aiko.

"Gak, mau. Airan bisa cari sendiri." tolak Airan dengan semangat menyusuri sudut-sudut kira-kira tempat persembunyian.

"Yeay, kakak dapat satu." teriak Athi dengan mengangkat kotaknya agar terlihat ibu dan ayah yang memperhatikan mereka.

"Hore, Airan juga dapat." sambung Airan

"Aku kenapa gak dapat?" teriak Aiko. 

"Semangat, Kakak. Coba cari pakai mata." Teriak Airan.

Sahut-sahutan teriakan membuat riuh tempat mereka piknik. Seru sekali, sampai akhirnya Athi menemukan tumpukan daun yang aneh, tampak sinar dari dalamnya. Athi mendekat tumpukan tersebut dan membukanya dan ia menemukan sebuah buku kosong  bersampulkan warna-warni. Ketika dibuka sinarnya hilang.

"Kakak, dapat apa itu?" ucap Airan pelan mendekati Athi. 

Athi yang melihat adiknya mendekat menyimpan buku tersebut kebalik punggungnya lalu berkata "Hanya tumpukan daun yang kakak bersihkan."  Athi khawatir Airan akan mengatakan hal ini kepada kedua oran tuanya dan akan bingung menjelaskannya. Apalagi buku ini bersinar tadinya.

"Kakak, apa yang bersinar ...?" 

Athi dan KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang