Bermain

8 2 2
                                    


"Kakak, apa yang bersinar?" tanya Airan kebingungan.

Athi yang turut bingung melihat adiknya bertanya langsung menjawab, "Tidak ada yang bersinar, dek. Kakak tidak lihat ayo kita kembali ke Ibu dan ayah."

Athi membawa buku yang ia temukan untuk kembali berkumpul bersama kedua orang tuanya. Airan yang penasaran dengan benda yang bersinar di belakang Athi mundur-mundur ke belakang untuk memastikan apa yang kakaknya sembunyikan. Setelah mutar-mutar Airan tak menemukan benda yang bersinar. 

Athi memanggil Aiko dan mengajaknya bersama ke tempat ayah dan ibu. Sepanajang perjalanan menuju ayah, ibu tidak ada hal yang aneh bukunya tidak lagi bersinar.

"Gimana sudah dapat semua?" Tanya ibu dengan memperhatikan apa yang mereka bawa.

"Sudah, Bu. Airan paling banyak dapat." jawab Airan Semangat dengan menunjukan kotak-kotak yang ia dapat.

"Aiko juga dapat dua kotak nih sama dengan Airan." sambung Aiko tak kalah semangat.

"Athi dapat berapa?" tanya ayah sambil tertawa.

"Athi dapat satu kota cuma, Yah. Kakak mengalah ke adik-adik . Hahaha." jawab Athi dengan tawa khasnya yang membuat orang lait ikut tertawa.

"Hebat anak-anak ayah berhasil semua menemukan harta karun yang ayah sembunyikan." ucap ayah riang.

Srekk.. sreek sreek.. 

Ayah kaget, kirain ada baju atau celana yang sobek karena kebetulan Airan sedang tarik-tarikan tadinya sama Aiko. Ternyta hanya suara robekan bungkus harta karun yang telah didapat, Airan dan Aiko sangat bersemangat mengetahui apa isi kotak-kotak yang mereka dapatkan dengan permainan seru ini sehingga saling rebutan untuk sobek bungkusnya. 

"Yeay, dapat botol minum dan tempat bekal bawa nasi." teriak Airan girang.

Raut lesu tiba-tiba tampak dari muka Aiko, ibu yang asik menyiapkan makan siang lalu mendekat dengan semangat menepuk pundak Aiko pelan, "Kenapa mukanya begitu? Dapat apa kakak?" tanya ibu menahan tawa sebenarnya. Aiko memang tidak pandai menyembunyikan apa yang kurang ia sukai tapi ia dapatkan. Aiko masih terdiam dengan raut yang tak enak dipandang sementara tangannya menunjukan apa yang ia dapatkan. Athi yang memperhatika ibu dan Aiko sontak tertawa, ayah dengan jagonya menahan tawa dan mendekati Aiko lalu memeluknya  seraya berkata, "Wah, selamat untuk anak ayah mendapatkan yang benar-benar dibutuhkan dan mampu menjadikan anak ayah pintar ini."

Airan merebut apa yang dipegang Aiko, Aiko hanya kaget dan tidak memarahi adiknya itu. "Udah itu buat Airan saja." ucap Aiko pelan tak sesemangat tadi.

"Kakak, mau ini?" balas Airan dengan memberikan apa yang adiknya punya. 

"Tidak, tidak. Kakak tidak mau apa-apa, memang itukan kesukaan adik, jadi kakak kasih untukmu saja." balas Aiko lembut dan senyum yang mulai terlihat.

Athi yang memperhatikan kedua adiknya saling oper apa yang mereka dapatkan lalu memberikan yang ia dapatkan tadi, "Sudah, ini punya kakak untuk Aiko."

"Baju bola tim jagoan Aiko, nih. Beneran untuk Aku, Kak?" tanya Aiko dengan semangat menggebu kepada Athi dan meraih baju tersebut dari tangan Athi. Athi tersenyum dan menganggukkan kepalanya pertanda ia setuju memberikannya.

Raut wajah Aiko seketika berubah menjadi sangat cerah dan senyumnya lebar, lupa akan apa yang ia dapatkan di awal. Ayah turut tersenyum dan bertepuk tangan sambil berkata, "Ayah bangga kepada anak-anak ayah, bisa saling berbagi dan memberi dengan ikhlas."
"Anak-anak ibu dan ayah memang luar biasa dan hebat, ayah dan ibu sangat bangga kepada kalian semua." jawab ibu sambil memeluk ketiganya.

Hangat matahari mulai terasa, perut telah berbunyi saatnya makan siang dan menikmati masakan ibu yang enaknya tiada tertandingi.  Makan siang pertama di bulan Oktober ceria dengan menyaksikan pemandangan indah tiada duanya. Semua menyukai makanan, suasana dan juga hangatnya keceriaan keluarga.

Tiba-tiba tas Athi bersinar dan lagi-lagi Airan melihatnya, "Kakak, apa itu di dalam tas kakak?" teriak Airan memecah serunya menikmati keheningan dan kicauan burung-burung bernyanyi di pegunungan yang penuh pohon. Tas yang berada di depan Airan dan disebelah Athi itu mendadak menjadi pusat perhatian. Semua yang mendengar teriakan langsung menoleh dan tidak ada yang melihat sinar dari dalam tas. Hanya Airan yang melihatnya dan Athi. 

"Tidak ada apa-apa, Airan." jawab ayah.

"Ada, Ayah itu masih bersinar." ucap Airan lagi sambil menunjuk tas. Athi yang penasaran membuka tasnya dan memastikan apa yang bersinar dari dalam tasnya.

"Coba, Kakak keluarkan isi tas apa?" pinta ibu kepada Athi. Perlahan dengan degub jantung yang tak beraturan Athi mengeluarkan isi tasnya. Athi mengetahui apa yang sedang bersinar hanya saja enggan untuk memberitahukannya.

"Tidak ada yang bersinar, Dik." kata Aiko.

Athi tenang karena memang sinarnya telah hilang. Athi memasukan kembali semua isi tasnya termasuk sebuah buku yang baru saja ia dapatkan.

Airan yang bingung terus mengoceh tentang sianr yang ia lihat, Athi hanya tersenyum lalu mendekati adiknya dan berkata, "Nanti kita cari sama-sama kalau memang ada yang bersinar lagi ya."

Lalu semua kembali menikmati makan dan bermain di sekitar. Tiba-tiba,

"Kakak...." 

Bersambung...




Athi dan KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang