Hai, hai, haiiiii, "Fake Smile" kembali hadiiirrr. 😍
Tandain kalau ada typo, ya.
Jangan lupa vote dan comment!
Happy reading, bebskiii. 💖
***
"Satu hari tidak mendefinisikan satu hidup. Harimu kini mungkin buruk, tapi tidak mungkin selamanya begitu."
***
Brak!
"Anin, bangun gak? Kalau gak bangun Mama seret kamu!" teriak seorang wanita paruh baya yang tadi membanting pintu.
"Bentar, Ma. Masih ngantuk," gumam gadis yang masih meringkuk di bawah pelukan selimut tebal.
Tanpa aba-aba, wanita itu berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dekat pintu yang tadi dibantingnya. Setelahnya, ia menuju anak perempuannya yang masih mengumpulkan nyawa itu. Tidak terduga, satu gayung air dingin keluar dari benda yang dibawa wanita paruh bayar itu dari kamar mandi membuat gadis itu terlonjak.
"Dingin, Ma," adu gadis itu.
"Makanya, kalau dibangunin itu buruan bangun, jangan lelet jadi anak! Kalau butuh sekolah ya bangun pagi! Punya anak kok malesan banget!" bentak wanita itu. Tanpa kasihan, ia membanting gayung yang dibawanya dan meninggalkan kamar itu.
"Iya, Ma."
Gadis itu bangkit dari tidur, ia menatap bantal, kasur, selimut, gayung, dan beberapa titik lantai kamarnya yang basah akibat siraman dari ibunya.
"Huft, jemur mereka lagi." Gadis itu membuang napas kasar. Baru tiga hari yang lalu ia menjemur bantal dan kawan-kawannya, lalu sekarang sudah basah lagi!
Untungnya bukan basah karena ompol, jadi tidak bau. Tapi, kalau basah terus ia jadi merasa sedang mempunyai bayi yang hobi mengompol.
***
Karena tadi Anin harus menjemur kasur dan lainnya yang basah , Anin menjadi terlambat masuk kelas. Di SMA Pancasila -tempat Anin sekolah-, ada peraturan bahwa pelajar harus sampai di sekolah sebelum pukul tujuh. Apabila terlambat, maka harus menjalankan hukuman.
Anin melangkah ke kelasnya dengan langkah lesu. Tadi ia belum sempat sarapan karena sudah tidak ada waktu, lalu harus mengangkat kasur ke balkon agar kering, kemudian di jalan macet, dan dihukum. Bagaimana tenaganya tidak habis kalau begitu.
Anin memegang kepala yang terasa sedikit pusing, tidak biasanya ia begini. Anin tidak fokus dengan jalan karena ia pikir tempat ini tidak ada orang sebab suasananya terasa begitu sepi, orang-orang di kelas menjadi alasan suasana tersebut.
Tanpa Anin sadari, dari arah berlawanan ada seorang pria yang baru saja muncul dari tangga. Pria itu juga sepertinya tidak memperhatikan jalan karena sedang bermain ponsel.
Duk!
Dada bidang dan jidat mulus saling bertubruk pada detik itu.
"Aduh, HP gue!" pekik pria itu. Ia langsung jongkok mengambil benda persegi panjang tipis yang tergeletak di lantai berwarna putih lalu mengelusnya sayang.
Anin ingin mengomel, namun karena tabrakan itu pusing di kepalanya terasa begitu menyiksa hingga membuat badannya semakin lemas. Pandangannya menghitam, kesadarannya hilang. Dengan kata lain, Anin pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE SMILE
Ficção AdolescenteWARNING! TYPO BERTEBARAN. REVISI SETELAH CERITA SELESAI! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA, VOTE, DAN COMMENT! MURNI DARI PEMIKIRAN PENULIS! MOHON MAAF APABILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KELALAIAN YANG LAIN! *** Ani...