Hallo, selamat datang kembali di lapak ini! 😄
Tandain kalau ada typo, ya!
Happy reading! Jangan lupa vote dan comment! 💖***
"Aku ingin seperti dia yang bisa mendapat pelukan hangatmu, namun kenyataan menamparku begitu keras bahwa aku bukanlah siapa-siapa, melainkan hanya seorang teman."
***
Jalanan padat ibu kota pagi ini menjadi saksi keberangkatan Anin dan Gerald ke sekolah. Udara dan langit cerah menambah kesan tersendiri bagi keduanya.
Di atas jok penumpang motor besar Gerald, ada Anin yang duduk begitu nyaman sambil berpegangan pada pinggang Gerald. Sudah beberapa kali Anin membonceng Gerald menggunakan motor ini sejak pertemuan pertama mereka.
"Nin," panggil Gerald. Suaranya agak dikeraskan karena jika menaiki motor sambil berbicara, suaranya pasti terbawa angin.
"Ha?" Anin sedikit mendekatkan tubuhnya agar mendengar ucapan Gerald. Sepertinya belum afdol kalau berbicara sambil berkendara tanpa mengucapkan kata 'ha?'.
"Gue mau nanya sama lo." Kepala Gerald sedikit menoleh agar suaranya makin terdengar.
"Apa?" balas Anin.
"Hati lo udah ada yang milikin belum?" Butuh waktu bagi Gerald untuk menanyakan ini.
Anin mengerutkan keningnya. Bingung karena jarang sekali Gerald bertanya soal ini. "Belum, kenapa emang?"
"Kalau gue yang milikin boleh gak?"
Anin terdiam. Bukan karena tidak mendengar pertanyaan Gerald, tetapi karena terkejut. Jantungnya berdetak kencang, pipinya memanas dan timbul bintik-bintik berwarna merah muda di sana.
Sial! Anin baper!
Dengan gugup, Anin menjawab, "Boleh aja kalau lo mau usaha."
Kini giliran Gerald yang diam. "Jadi, kalau gue berjuang buat dapetin hati lo, gue bakal diterima?"
"InsyaAllah," jawab Anin.
***
Kantin SMA Pancasila yang terletak di bagian paling belakang terlihat sangat ramai karena para pelajarnya sebagian besar berada di sana pada saat jam istirahat seperti saat ini.
Anin, Gerald, Satria, dan Wawan duduk di bangku bagian pojok kanan nomor dua dari depan, mereka terlihat sedang sangat asyik memakan makanan yang sudah tersaji di depan mereka sambil bercakap-cakap ringan.
"Lo makan bakso emang suka putih gitu, Wan? Pake sambel doang?" tanya Gerald. Sudah beberapa kali ia melihat cara Wawan memakan bakso yang hanya diberi sambal, tanpa kecap ataupun saos.
"Iyalah, kalau dikasih saos entar tambah pedes kayak omongan tetangga yang ngeliat gue bawa pulang cewek, kalau dikasih kecap nanti gue tambah manis kan berabe," jelas Wawan penuh percaya diri sambil mengaduk-aduk baksonya.
"Hilih, kepedean lo, Bambang!" sewot Gerald.
"Nama bapak gue, tuh!" balas Wawan tak kalah sewot.
"Kagak nanya, Udin!" kata Gerald seraya melemparkan kulit kacang yang tadi dibelinya.
"Bokap gue Udin, Ogeb!" celetuk Satria, ia mendelik pada Gerald yang seenaknya saja menyebut nama orang.
"Paman gue Udin!" lanjut Anin yang sedang memakan mie ayamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE SMILE
Novela JuvenilWARNING! TYPO BERTEBARAN. REVISI SETELAH CERITA SELESAI! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA, VOTE, DAN COMMENT! MURNI DARI PEMIKIRAN PENULIS! MOHON MAAF APABILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KELALAIAN YANG LAIN! *** Ani...