"Aaa...!"
Bukit Siguntang yang semula hening, mendadak pecah oleh teriakan berbau kematian yang saling sambut. Asal suara adalah dari sebuah rumah besar di lereng bukit, yang dipagari bambu sepanjang satu setengah tombak.
Suasana di halaman rumah besar itu mendadak menjadi hiruk-pikuk. Dua orang kedapatan tewas dengan leher luka seperti terbakar dan masih mengepulkan asap.
Belum hilang keterkejutan beberapa laki-laki yang ada di tempat itu, tahu-tahu sudah berkelebat satu bayangan putih dari atas pagar. Setelah berputaran beberapa kali, sosok bayangan putih itu mendarat manis di tengah-tengah halaman yang baru saja dijadikan tempat berlatih.
Beberapa laki-laki langsung mengurung sosok bayangan putih, yang ternyata seorang gadis berpakaian serba putih. Di punggungnya terdapat sulaman bunga mawar berukuran cukup besar. Sementara di pinggangnya menggantung sebuah bumbung bambu yang dari aroma baunya berisi tuak sangat keras. Walaupun sudah terkepung, gadis ini malah mengikik.
"Siapa kau?! Mengapa membuat keonaran di tempat ini?!" bentak salah seorang pengepung, geram.
"Hihihi! Kalian anak buahnya Datuk Panglima Hitam, bukan?" tanya gadis berbaju putih.
"Tidak salah!" jawab laki-laki berbadan tegap yang tadi membentak.
"Huh! Bunuh dia!" seru laki-laki itu pada para pengepung lainnya.
Perintah laki-laki berbaju biru kiranya cukup berpengaruh bagi yang lainnya. Terbukti para pengepung langsung menerjang Dewi Mawar Selatan dari delapan penjuru.
"Hiyaaa...!"
Sembilan laki-laki yang merupakan anak buah Datuk Panglima Hitam langsung melancarkan serangan-serangan dahsyat. Dewi Mawar Selatan tentu saa tidak tinggal diam. Dengan kepandaiannya, sampai sejauh ini tak satu serangan pun yang berhasil mendarat di tubuhnya yang meliuk-liuk indah.
Melihat gadis itu mampu menghindari serangan, maka laki-laki berbaju biru yang menjadi pimpinan menjadi sangat marah. Langsung senjatanya yang berbentuk ganco dicabut dan diputar-putarkan. Dan saat tubuhnya menerjang, senjata di tangannya meluncur deras terarah ke bagian lambung Dewi Mawar Selatan.
"Hiyaa..."
Dengan cepat gadis itu berjumpalitan ke belakang. Begitu menjejak tanah dicabutnya bumbung bambu di pinggang. Seketika bibir bumbung bambu ditempelkan ke bibirnya. Cairan tuak langsung tertampung di mulutnya. Tidak diteguk, melainkan langsung disemburkan ke arah lawan-lawannya.
"Fruhhh....!"
"Aaagkh...!"
Empat orang anak buah Datuk Panglima Hitam kontan terpelanting roboh terkena semburan tuak. Wajah mereka langsung hancur dan tampak mengepulkan asap putih sama seperti dua orang sebelumnya yang tewas pertama kali. Dengan cepat segera tercium bau daging terbakar. Betapa kerasnya tuak yang disemburkan Dewi Mawar Selatan!
Laki-laki berbaju biru terkejut sekali melihat kenyataan ini. Disertai teriakan keras, tubuhnya meluruk melakukan serangan kembali. Kali ini serangannya lebih hebat. Tubuhnya berkelebatan cepat. Sehingga dalam waktu singkat yang terlihat hanya bayang-bayang saja bersambar kelebatan senjata ganconya.
Wuuut!
"Uts!"
Begitu senjata ganco meluncur ke bagian kepala, Dewi Mawar Selatan cepat-cepat menunduk sambil menggeser kakinya selangkah ke belakang, membuat ganco hanya menebas angin.
Tetapi di luar dugaan, laki-laki berbaju biru berputar dengan kaki secepat kilat meluncur deras ke bagian perut.
Buk!
"Huugkh...!"
Dewi Mawar Selatan kontan terhuyung-huyung. Mulutnya meneteskan darah. Tangan kirinya langsung memegangi perut yang terasa mual.
Melihat hal ini, laki-laki berbaju biru makin bernafsu untuk menghabisinya.
"Heaaaa...!"
Melihat kenyataan ini, Dewi Mawar Selatan segera semburkan tuaknya.
"Fruhhh...!"
Kiranya laki-laki ini telah mengetahui apa yang akan dilakukannya. Seketika ganconya diputar bagai baling-baling, coba menangkis serangan tuak.
Tes! Tes! Tes!
"Heh...!"
Laki-laki itu terkejut sekali melihat senjata di pegangnya patah jadi empat bagian terkena serangan itu. Seketika dia berusaha menghindar ke belakang. Namun gerakannya terlambat. Semburan tua Dewi Mawar Selatan yang datang susul-menyusul sudah tidak terelakkan lagi. Dan...
Creess!
"Aaa...!"
Laki-laki berbaju biru menjerit keras. Tubuhnya kontan terlempar dan menggelepar. Tampak beberapa bagian tubuhnya berlubang-lubang, tertembus tuak yang disemburkan gadis baju putih itu.
Melihat kematian pemimpinnya, empat orang anak buah Datuk Panglima Hitam lainnya segera berlari menyelamatkan diri.
Dewi Mawar Selatan merasa tidak perlu melakukan pengejaran. Siasat yang sedang dijalankan dianggapnya cukup sampai di sini dulu.
"Hm.... Untung saja Datuk Panglima Hitam tidak ada di tempat. Kalau ada, bisa gagal rencanaku. Dan jika antara para datuk telah saling bertarung, nantinya aku hanya tinggal membunuh pemenangnya," gumam Dewi Mawar Selatan sambil melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
197. Pendekar Rajawali Sakti : Dewi Mawar Selatan
ActionSerial ke 197. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.