AVENGEMENT - 7

8.3K 768 44
                                    



Khansa menatap kartu ATM yang sedang dimainkan oleh tangannya dengan sorot menerawang. Tadinya setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Khansa sempat ingin langsung tidur saja mengingat besok dia harus bangun lebih pagi lagi untuk menyiapkan bekal Jerome sekaligus untuk bertemu dengan mama mertuanya yang belum sempat ia temui sepulangnya dari Phuket kemarin. Namun saat sedang membongkar isi tasnya sendiri, tiba-tiba saja mata Khansa terarah pada sebuah kartu ATM yang terselip di salah satu kantung di dompetnya.

Kartu ATM itu sudah lama ada di sana, namun Khansa tak pernah sekalipun menggunakannya karena suatu alasan. Dan sekarang dia berencana untuk mengembalikan kartu itu beserta isinya yang nominalnya sama sekali tidak sedikit kepada pemilik sebenarnya. Tapi Khansa tidak tahu apakah dia harus menyerahkannya langsung, atau meminta tolong pada Jerome untuk melakukannya. Karena sejujurnya, Khansa merasa sangat malu untuk melakukannya sendiri.

Pintu kamar mandi terbuka dan menampakan Jerome yang sudah berganti dengan pakaian rumah berupa celana training abu-abu dan kaus putih tanpa lengan yang memerkan otot bisepnya yang kekar.

"Kirain udah tidur," ujar Jerome sambil mengacak-acak rambutnya yang masih setengah basah.

"Sebentar lagi. gue masih nungguin lo." jawab Khansa diiringi dengan senyumnya yang selalu manis dan hangat.

"Kenapa? mau ML?"

Khansa memutar bola matanya malas. "Tolong ya, otak gue tuh isinya nggak melulu soal itu kayak lo."

Jerome terkekeh lalu kemudian dia mendudukan dirinya di atas tempat tidur mereka. Matanya terpaku pada kartu ATM yang sedang Khansa pegang selama beberapa detik sebelum akhirnya dia menatap sang istri dengan sorot bertanya.

"Ngapain malem-malem mainin kartu ATM? Jatah bulanannya kurang?"

"Nggak kok. jatah bulanan dari lo justru malah banyak banget, Jei. Gue sampe bingung mau diapain itu uangnya."

"Simpen aja. Siapa tau nanti lo butuh buat jajan makeup atau skincare. Cewek kan biasanya suka beli-beli gituan."

"Nggaklah. Sebagian uangnya gue tabung aja nanti biar kita punya simpenan," kekeh Khansa. "Hmm Jei, gue boleh minta tolong?"

Jerome menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Khansa menarik nafas dalam-dalam lalu kemudian menunjukkan kartu ATM nya lagi agar fokus Jerome bisa kembali ke sana. Walau bagaimanapun, Jerome harus tahu sejarah dibalik kartu itu dan Khansa berharap suaminya itu tidak akan marah dan bisa paham dengan situasinya.

"Kartu ATM ini dulu dikasih sama ibu sebelum gue berangkat ke Jogja buat kuliah," jelas Khansa dengan nada hati-hati. "Awalnya gue nolak, tapi ibu tetep bersikeras meminta gue untuk simpen kartu ini supaya dia bisa ngirimin gue uang. Dia bilang, uang yang dikirim itu adalah uang dia dari hasil kerjanya entah dimana itu pasca dipecat dari perusahaan bokap lo. Gue hampir percaya jujur aja. Tapi begitu gue cek di pengiriman bulan pertama, nominalnya bener-bener nggak masuk akal, Jei."

"Berapa emang nominalnya?"

"12 juta. Dan bulan-bulan berikutnya nominal uang yang dikirim juga tetep segitu," Khansa menundukkan kepalanya. "Setinggi-tingginya jabatan ibu di kantor bokap lo, gue rasa dia nggak akan mungkin punya gaji sebanyak itu sampe-sampe bisa transfer 12 juta ke rekening gue secara cuma-cuma. Gue nggak mau suudzon, tapi gue yakin kalau uang itu pasti dari bokap lo."

Jerome terdiam sejenak, otaknya langsung berpikir keras soal asumsi Khansa yang memang terdengar cukup masuk akal sebab perselingkuhan ayahnya dan ibu Khansa masih tetap berlanjut meskipun gosipnya sudah beredar kemana-mana. Hubungan haram itu baru benar-benar terputus tepat setelah Jerome mengumumkan bahwa dia akan menikahi Khansa. Setelah itu ibu Khansa pulang ke Semarang, dan papanya memutuskan untuk tidak menghubungi wanita itu lagi guna untuk menebus dosa dan kesalahannya pada anak-anaknya.

AVENGEMENT ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang