"Ka, ini cup cake buatanku buat kakak. Aku buat sendiri lho khusus. Aku suka sama kakak. Kakak mau nggak jadi pacarku?" tanya Fiane dengan jantung berdebar dan tangan gemetar. Dia menunduk tak berani menatap lawan bicaranya seraya menyerahkan cup cake coklat buatannya.
"Ok," jawab si lawan bicara Fiane.
Fiane mengangkat kepalanya senang tapi mendadak matanya membelalak lebar. Cowok di depannya bukan Revo si idolanya tapi sang ketua OSIS yang dinginnya ngalahin es batu di kantin. Arhoz, Arhoz Alderbarra.
Fiane menelan ludah susah payah, menatap takut-takut kakak kelasnya yang terkenal dingin. Rasanya dia lupa caranya bernafas. Fiane melakukan kesalahan fatal sampai tak berani membuka mulutnya lagi bahkan untuk sekedar minta maaf.
Arhoz menaikkan alisnya sebelah menunggu reaksi Fiane yang diam kaku menatapnya.
"Masih belum puas nglihatin aku?"
Fiane membelalak lebar lagi lalu mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Maaf kak, aku salah orang," ucap Fiane terbata.
Fiane langsung balik badan tapi dia baru mau melangkah maju kerah seragamnya sudah ditarik mundur.
"Kenapa kak?" tanya Fiane bingung bercampur takut.
"Sekali aku bilang ya, nggak ada yang bisa ngerubah kecuali aku sendiri."
"Maksudnya?"
"Kamu sekarang pacarku, ingat itu baik-baik."
"Tapi kak, tadi aku salah orang."
"Aku nggak peduli!" ucap Arhoz tegas lalu melangkah pergi dengan kedua tangan di dalam saku ninggalin Fiane yang terpaku di tempatnya.
Fiane memukul-mukul kepalanya kesel sendiri kenapa dia bisa salah orang, malu-maluin aja. Fiane menghentak-hentakkan kakinya kesal menuju kelas. Bagaimana setelah ini? Mau di taruh mana mukanya.
"Kenapa kamu?"
"Aaaaa..... Mprit aku mesti gimana dong?" teriak Fiane frustasi sendiri.
"Gimana apanya?"
"Aku kan tadi mau nembak kak Revo, tapi,"
"What? Kamu gila ya? kamu pasti di tolak kan? Ih.... dodol banget sih, kamu nembak di mana? Banyak orang nggak?" serbu Prita memotong ucapan Fiane yang belum kelar dan langsung memeluk sahabatnya kasihan.
"Ih Prita apaan sih? Tunggu aku kelar ngomong napa."
"Ya habis aku syok Fin, syok! Nekat baget kamu kayak orang kesurupan tahu-tahu nembak kak Revo."
"Aku udah persiapin dari seminggu lalu tahu, kamu aja yang sibuk pacaran mulu aku dianggurin."
"Sorry, terus hasilnya apa? Kamu ditolak pasti kan? Jangan sedih ya suyung."
Fiane langsung noyor kepala Prita, rasanya nancep tepat di ulu hati omongan Prita.
"Mulutmu pedes macem cabe kriting."
"Ya gila aja, kak Revo gitu. Astaga naga, idola di sekolah mana mau sama kamu yang cuma kacung kupret gini. Kita ini cuma tim hore di sekolah, yang cuma dipandang sebelah mata. Masa iya kak Revo mau, kiamat udah dekat namanya."
"Ih, kamu aja kali kacung kupret. Aku mah kagak. Siapa sih yang nggak kenal Fiane?"
Prita sontak ketawa ngakak sampai perutnya kram kebanyakan ngakak. Fiane yang kesel langsung aja mukul kepala Prita pakai buku.
"Diem nggak!"
"Habis kamu konyol bin gila, nekat banget. Iya kamu itu terkenal. Terkenal karena udah pingsan di tengah upacara. Mau dikasih medali kok pingsan, gimana nggak terkenal?"
BINABASA MO ANG
Cool Boy (Bagian cerita Kali Kedua dan Double El)
Teen FictionSequel Kali Kedua dan Double El Sudah ada di toko buku Menjadi pacarnya mungkin impian banyak cewek-cewek di sekolahku bahkan di luar sekolahku. Tapi bagiku dia itu penghambatku buat punya pacar anak band. Impianku itu punya pacar super lucu, r...