Tak ada lagi Ibu Vio, kini Fiane duduk kaku di antara anggota OSIS. Jantungnya berdetak cepat tak karuan terjebak di lingkungan ekstrem, ingin rasanya ikut keluar ibu Vio. Lari, jauh-jauh dari mata-mata yang nyeremin terutama mata biru itu.
Bersamaan dengan suara pintu yang tertutup karena keluarnya Ibu Vio di situlah Fiane sempat menahan nafas. Tapi yang ditakutkan ternyata tak semenyeramkan itu, anak-anak langsung ribut dan berisik seperti rombongan sirkus mendekati Fiane mengajaknya berkenalan dan saling memohon bantuan.
"Hai, kenalin aku Salsa," ucap Salsa sang sekretaris yang sering terlihat berinteraksi dengan Arhoz. Cantik, dan ternyata ramah, itu kesan yang dirasa Fiane.
"Fiane, panggil aja Fin."
"Fin, jangan tegang-tegang gitu dong. Santai aja, kita di sini teman. Iya kan guys?" seru Oneil wakil ketua OSIS yang tak kalah cakep dari sang ketua pada teman-temannya dan disambut seruan mengiyakan dari yang lain.
Fiane tersenyum kaku, mengangguk-angguk canggung.
"Makasih kak Oneil."
"Wah, kamu tahu namaku," ucap Oneil dengan mata berbinar.
"Siapa yang nggak kenal wakil OSIS di sekolah? Semua pasti kenal, apalagi kak Oniel kan idola cewek-cewek."
"Iyakah? Termasuk kamu?"
Fiane hanya tersenyum lalu terkekeh geli karena Oniel yang menaik-turunkan alisnya. Dia sedikit lega ternyata mereka welcome padanya tapi dia kecewa karena Arhoz masih duduk diam di tempatnya.
"Jangan sungkan tanya kalau ada yang ingin ditanyakan, sekarang kamu bisa tanya Salsa apa yang bisa kamu lakukan di sini," ucap Arhoz yang tiba-tiba sudah ada di depan Fiane dan membuat anak-anak yang mengerubuti Fiane menyingkir.
"Ah, iya kak," balas Fiane mengangguk kaku, berasa ada sesuatu yang menyengatnya saat tangan Arhoz menyelipkan rambutnya ke telinga.
"Wah, wah kecewa. Ternyata gosip itu benar, mana bisa kita punya kesempatan guys," celetuk Oniel yang disahuti yang lain dengan nada sama kecewanya.
Fiane ingin sekali menutup wajahnya karena malu dan tersipu. Mengatur detak jantungnya yang jadi lebay. Harusnya dia tak seberdebar ini, kan yang dia suka itu Revo. Tapi Fiane malah merasa berdebar dan merasakan hal yang aneh.
Sementara Arhoz sudah kembali duduk di kursinya. Pandangannya sudah kembali mengarah ke proposal yang baru dibuat.
"Kak, aku harus ngapain?"tanya Fiane pada Salsa.
Salsa menjelaskan bahwa OSIS akan mengadakan acara tahunan dan Fiane harus membantu mereka mendesain semuanya dengan buged yang sudah ditentukan. Fiane mengerti dan memahami konsep yang akan mereka buat.
Bel istirahat berbunyi, semua anggota OSIS langsung bergegas membereskan apapun yang ada di meja mereka dengan cepat dan rapi membuat Fiane kebingungan. Oniel mendekat dan menepuk bahu Fiane.
"Jangan bengong nanti kesambet, ayo istirahat. Di sini kalau udah waktunya istirahat ya istirahat, waktunya kerja ya kerja dengan cepat dan serius."
"Oh gitu kak, oke, oke. Jadi aku boleh keluar nih?"
Oniel tertawa melihat ekspresi Fiane yang nampak lucu di matanya.
"Boleh, tapi kalau kamu mau di sini sama Arhoz juga nggak ada yang ngelarang."
"Ah, enggak kok. Aku mau ke kantin. Jadi kumpul lagi habis pulang sekolah?"
"Yup, pinter."
Fiane melirik meja Arhoz sebelum keluar tapi nggak ada tanda-tanda Arhoz mau melihatnya. Lagi-lagi merasa kecewa. Bahu Fiane melorot, dia heran sendiri kenapa sekarang jadi kepikiran Arhoz dan menginginkan perhatian Arhoz.
BINABASA MO ANG
Cool Boy (Bagian cerita Kali Kedua dan Double El)
Novela JuvenilSequel Kali Kedua dan Double El Sudah ada di toko buku Menjadi pacarnya mungkin impian banyak cewek-cewek di sekolahku bahkan di luar sekolahku. Tapi bagiku dia itu penghambatku buat punya pacar anak band. Impianku itu punya pacar super lucu, r...