2. Suara Misterius🎶

166 33 10
                                    

🎶🌻🎶

Ini masalahku.
Aku tak ingin melibatkan teman-temanku.

🎶🌻🎶

Shandy's POV

Bus yang kami tumpangi kini berhenti di tempat yang memiliki halaman luas. Aku menghela napasku pelan menyaksikan bangunan megah di seberang. Ada perasaan sakit melihat bangunan itu, mengingat bangunan ini adalah bangunan yang sangat aku hindari, namun sayang, kini takdir malah memaksaku masuk ke dalamnya.

"Oy, Sen, lu gak mau keluar?"

Aku melirik Gilang yang hendak keluar dari bus. Kutengok bangku teman-temanku dan ternyata sudah tak ada orang di sana. Sepertinya aku terlalu terlarut pada pikiranku hingga tak menyadarinya.

"Kak Sen, ayo cepat keluar," tegur Fenly yang kembali masuk ke bus menyusulku.

Tanpa babibu aku dengan cepat berdiri dan mengikutinya.

***

Penampakan bangunan sekolah ini sangat kuno. Bahkan dindingnya pun masih berupa tumpukkan batu bata merah, namun tersusun rapi dan terkesan klasik. Dinding depan sekolah banyak ditutupi tumbuhan merambat sehingga kesan seram akan dirasakan siapapun yang berada di sekitarnya.

"Ini kok serem sih," bisik Fiki yang berada di sebelahku.

Aku hanya mengendikkan bahu sembari menatap sekeliling yang sangat sepi.
Aneh sekali, bukannya ini adalah jam sekolah, kenapa nampak sekolah ini tak berpenghuni? Pikirku.

"Baik, kalian bisa tunggu di ruangan itu. Lord akan datang menemui kalian," ucap seorang supir yang tadi mengantar kami.

"Baik, Terima kasih."

Selepas itu kami bergegas menuju ruangan di dalam. Karidor sekolah amat gelap, hanya berterangkan lampu dinding yang redup. Kalau seperti ini rasanya seperti memasuki rumah hantu yang ada di pasar malam.

"Sekolah macam apa ini," tutur Gilang yang nampak takut berjalan di lorong ini.

Satu ide jahil muncul di kepalaku. Aku yang tadinya berjalan di tengah barisan, memutuskan untuk menepi di belakang Gilang.

Fyuh....

Aku meniup pelan lehernya yang sontak membuatnya menoleh. Dengan cepat aku berpindah tempat.

"Apaan sih, horor banget sumpah," ucap Gilang menoleh sembari memegang lehernya sendiri ketakutan kemudian mengapit lengan Fajri di sampingnya.

"Apa sih, Lang, lo parnoan deh," ledek Fajri yang merasa heran dengan tingkah Gilang yang ketakutan.

Aku yang berada di barisan ujung cekikian sendiri melihat Gilang yang pucat.
"Kenapa lo? kesurupan?" tanya Fiki yang ada di sebelahku.

Aku menggeleng masih menahan tawa. Tak lama kemudian aku beraksi lagi dengan melangkah ke belakang Fajri yang berada di sebelah kiri Gilang.

Tanganku terangkat hendak memegang leher Fajri berniat mengagetkannya, namun gerakanku terhenti begitu mendengar gema suara aneh di telingaku. Sontak aku menoleh memastikan suara misterius itu tetapi tak ada seorangpun di belakangku.

School Of Magic Voice || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang