²'dua

373 56 12
                                    

Pertemuan pertama Mina dengan Jimin terjadi di galeri seni satu tahun yang lalu. Sewaktu itu, Mina menggantikan pekerjaan kuratornya yang mendadak mempunyai urusan lain. Disaat-saat itu, Mina benar-benar kewalahan dengan situasi yang benar-benar tiba-tiba. Mina harus mengawasi, mengecek, menulis, memberikan penjelasan sendirian.

Seorang pasangan turis dari Australia membeli lukisan senilai 65jt won. Mina memberikannya dengan gembira dan berterimakasih kepada pasangan tersebut. Namun, disamping pasangan turis yang mesra itu ada seorang pria yang memandangnya dengan senyuman yang sangat tulus. Pria itu, Park Jimin. Kala itu, Jimin sangat bersinar di matanya.

Tidak ada kata “Ayo, kita pacaran”, diantara Mina dan Jimin selama tiga bulan menjadi begitu dekat. Tapi, Mina tahu bahwa Jimin menamai nomor kontak di ponselnya 'Mina-ku' karena itu, Jimin juga beranggapan Mina pun melakukan hal yang sama. Setelahnya Mina dan jimin menjadi resmi sepasang kekasih.

Mina menunggu Jimin dengan dada yang berdebar-debar. Sudah hampir petang. Seharusnya Jimin sudah datang, tapi batang hidungnya belum terlihat juga. Dia pasti akan terkejut dan bahagia melihat Mina menjemputnya di bandara. Padahal Jimin mengatakan untuk tidak usah repot-repot menjemputnya di sana. Mina membayangkan reaksi jimin yang membuatnya tidak sabar.

Cukup lama menunggu kedatangan Jimin, Mina yakin penampilannya kini tampak berantakan. Dengan cepat Mina mengeluarkan bedak dari tasnya kemudian membubuhi ke wajahnya. Seketika itu, sekumpulan orang berkumpul dan mengeluarkan suara bising.

Daebak! Apakah ada pasangan selebriti?

Mina mengambil ponselnya, mengaktifkan fitur kamera, lalu ikut mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dengan para gerombolan yang terlihat seperti wartawan. Karena tidak bisa melihat terlalu jelas objek yang dikerumuni, tanpa tahu menahu Mina memotret pria yang dijadikan objek oleh para wartawan itu.

Setelah objek kerumunan orang-orang  itu berlalu, Mina memperhatikan hasil jepretannya dan menyadari bahwa pria itu tadi ternyata bukan selebritas. Namun, Mina mengenali seorang perempuan yang terlihat seperti cabai, disebelah pria itu. Perempuan itu membungkus dirinya dengan segala sesuatu yang berwarna merah, dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Seketika napas Mina sesak.

Wanita itu adalah seorang selebriti terkenal yang banyak digandrungi kaum pria. Im Nayeon. Tapi, yang membuat Mina lebih terkejut bukanlah selebriti wanita itu tetapi melainkan pria yang digandeng oleh Im Nayeon. Dia adalah kekasihnya, Park Jimin. Jimin dan wanita itu terlihat senang. Mereka tampak seperti pasangan kekasih.

Dia menduakanku. Tidak. Tidak mungkin...

Mina marah, tapi dia hanya bisa terduduk karena dia tidak memiliki keberanian untuk langsung menghadapi Jimin.

Bajingan!' Ternyata itulah alasan kenapa Jimin tidak ingin Mina menjemputnya. Dia merasa bodoh sekali karena menganggap Jimin perhatian padanya. Satu hari sebelumnya Jimin bilang kalau dia tidak ingin merepotkan Mina, apalagi bandara pasti ramai sekali.

Mina tidak percaya kalau kemarin dirinya mengajak lelaki, yang pergi ke  Paris bersama perempuan lain itu untuk bermalam bersamanya di Hotel Sky. Selama ini Mina sama sekali tidak tahu kalau dia dipermainkan Jimin.

“Bagaimana mungkin bajingan seperti itu ada di dunia ini?"

Mina pun mengikuti Jimin dan wanita tadi. Hampir saja dia berada di samping Jimin, namun dia langsung berusaha menyembunyikan dirinya. Sebenarnya Mina tidak perlu bersembunyi, tapi tetap saja dia ingin bersembunyi.

Mina belum habis pikir tentang betapa menjijikkannya dipermainkan seperti ini, ponselnya berdering. Jimin. Mina melambatkan langkah dan ini membuatnya berdiri tepat beberapa langkah di belakang Jimin. Mina menerima telepon tanpa melepaskan perhatiannya dari Jimin. Bagaimana mungkin dia menghubungi seorang wanita tanpa memedulikan wanita lain yang ada di sampingnya? Luar biasa. Tapi tunggu, jangan-jangan wanita itu bukan kekasihnya?

Sambil terus memandang Jimin, Mina mengangkat teleponnya.

[Halo. Mina?]

“Iya. Ini aku,” Mina menjawab.

[Aku baru saja sampai. Aku akan langsung ke tempatmu dari sini.]

“Aduh, bagaimana ya? Aku sedang keluar.”

[Memangnya kau di mana?]

“Aku tadi keluar karena harus menemui seseorang.”

Lalu, kau akan pulang jam berapa?]

“Sepertinya larut.”.

Ingin rasanya Mina menghampiri Jimin dan langsung memukul kepalanya.

[Oh. Baiklah. Jadi bagaimana sekarang?]

"Mm... aku akan menghubungimu, nanti.” Mina terdiam sebentar lalu memutuskan sambungan.

Mina yang masih terus memandang Jimin kembali bingung. Jangan-jangan Mina salah duga. Jangan-jangan wanita itu bukan kekasih Jimin, karena jimin tampak tidak gugup sama sekali menghubungi kekasihnya di samping wanita itu. Mungkin saja semua ini hanya salah paham. Mina baru akan menyapa Jimin dan minta maaf karena dirinya sudah salah paham, ketika dia mendengar jawaban Jimin. Dan, dia pun kaget.

“Kau menghubungi siapa?” tanya perempuan cabai itu. “Adikku,” jawab Jimin.

'Adik? Adik? Bajingan!'

“Ada apa dengannya?”

“Aku tidak membawa kunci dan dia tidak di rumah. Bagaimana aku bisa pulang?"

Mina membeku. Status Mina berubah menjadi adik Jimin. ‘Bajingan!'

“Kalau begitu, kau ke rumahku saja dulu,” kata wanita itu sambil merengkuh tubuh Jimin.

Mina geram melihatnya. Marah. Kesal. Dan, dia pun terduduk gemetar.

“Baiklah. Ayo.”

Jimin meninggalkan bandara bersama wanita itu. Bagaimana mungkin dia memperlakukan aku seperti ini?'

Mina masih tidak percaya. Dia tidak percaya kalau Jimin menduakannya. Selama ini Mina tidak pernah punya firasat apaapa. Mina merasa bodoh karena jatuh cinta pada pria macam itu. Di usianya yang ke-25, ini pertama kalinya Mina merasa dipermainkan.

'Ternyata Wuwu benar.'

Mina jadi ingat perkataannya pada Dongmin yang biasa ia panggil dengan sebutan 'Wuwu' itu. Mina bilang bahwa Dongmin tidak tahu apa-apa tentang Jimin, jadi dia tidak berhak mengatakan apa-apa. Ternyata firasat Dongmin benar.

Mina terlihat konyol karena dia merasa putus asa dan dipenuhi kekesalan.

"Aku pasti sudah gila. Benar-benar gila. Aku mengajaknya bermalam di hotel bersamaku."

Mina berdiri di bawah lampu lalu lintas sambil terus memikirkan apa yang dilihatnya tadi. Tiba-tiba sebuah sedan hitam melintas di depannya.

Kim Taehyung, pria yang duduk di dalam sedan itu menatap Mina yang sedang berdiri dan terlihat tidak karuan. Taehyung tersenyum. Walau tampangnya sedang tidak keruan, di mata Taehyung, Mina terlihat cantik dan lucu.

“Apakah sajangnim ingin langsung ke Hotel Sky?” tanya si sopir

“Iya.”

Dalam sekejap, Taehyung sudah lupa akan keberadaan Mina.

Vomennya ya~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vouc-her [TaeMina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang