[Season 2 of BROTHERS]
Jisung akan melangkah menuju dunia baru, mempelajari lebih banyak hal tanpa pengawal. Jisung akan melangkah menuju lautan baru, berenang dan tenggelam untuk berkunjung pada setiap rumah emosi. Jisung akan melangkah menuju seme...
Sebelumnya, aku ingin ucapkan terima kasih untuk semua pembacaku. Setelah kurleb 3 bulan, akhirnya aku memutuskan untuk menerbitkan season 2 dari BROTHERS, yaitu BROTHERS; Blossom. Aku ingat saat BROTHERS berakhir, banyak yang bertanya ataupun meminta special chapter untuk Jisung dan kakak-kakaknya. Sejujurnya saat itu aku sudah memikirkannya, bahkan sebelum BROTHERS berakhir pun, Aku sudah berencana untuk membuat cerita terpisah untuk Jisung dalam universe BROTHERS. And today, I officially make it.
Jika sebelumnya kita berfokus pada kompleksitas hubungan Jisung bersama keluarganya, dalam BROTHERS; Blossom, kita akan berfokus bagaimana Jisung membangun hubungan dengan dirinya sendiri, juga orang-orang baru di sekitarnya di luar keempat saudaranya. Jisung got his ‘Coming of Age’ times!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti biasa, aku akan memulainya dengan sebuah pre-chapter, dan untuk memulainya pun, sepertinya aku akan menangis, huhu. Ini sangat berharga untukku.
Selamat membaca🌹
.
.
.
.
.
.
Hari kelulusan pun tiba. Setelah bersuka ria melewati masa SMA, kini para siswa kelas satu yang telah menetap selama tiga tahun harus angkat kaki untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi; melangkah pada masa depan. Suasana haru yang kental sudah terasa sejak para orang tua datang melewati gerbang utama, spanduk tentang ucapan selamat menyambut mereka bersama hias-hias bunga. Panitia yang bertugas lantas memberikan satu tangkai bunga sebagai bentuk perayaan. Acara kelulusan berada di aula gedung utama yang letaknya berada di pusat sekolah, sedang kelas-kelas yang berada di sekitarnya sejenak diubah menjadi ruang tunggu para siswa kelas tiga.
“Jisung, rambutku sudah rapi belum?”
Anak-anak tidak berhenti bersuara, membelah udara dengan segala topik di hari terakhir mereka berada di sekolah. Kebisingannya terdengar hingga ke lorong, terlebih dengan pintu yang terbuka dan deret enam kelas sekaligus sebagai ruang tunggu. Park Jisung berada di sana, lebih tepatnya pada kelas terkanan yang posisinya paling dekat dengan pintu utama aula. Berbekal kaca berukuran besar yang disediakan panitia, anak lelaki itu pun menatap pantulan dirinya yang dibalut seragam sekolah bersama sentuhan empat pin berwarna di pundak pemberikan kakak-kakaknya. Jisung baru akan tenggelam dalam riak-riak semu haru terhadap suasana kelulusan sampai Yuna tiba-tiba menyerobot dan menyingkirkan pantulan dirinya dari kaca.