Holaaa~'
Ada banyak hal yang ingin kusampaikan di laman ini. Tapi aku pikir itu akan memakan banyak waktu.
Aku rasa, aku sudah 'sembuh'. Aku sempat kehilangan semua draft ceritaku, salah satunya draft season 2 BROTHERS. Rasanya suliiiit sekali sampai aku tidak bisa mengetik ulang. Aku sempat kehilangan motivasiku.
Tapi akhirnya aku berada di sini. Lagi. Maaf aku sempat menarik ceritanya (karena itu membuatku semakin sedih). Aku akan bekerja keras untuk season 2 ini. Terima kasih.
Selamat membaca🌹
.
.
.
.
.
.
Perasaan Jisung amat baik. Setelah hampir tidak mencicipi es krim selama satu minggu, Jisung akhirnya dapat menyempatkan diri untuk menikmati makanan manis nan dingin tersebut. Ia mengunjungi toko es krim di dekat taman kota, tempat yang sama di mana Jeno mengajaknya dahulu. Tokonya tidak berubah, kecuali varian es krim yang bertambah banyak. Kali ini dia mencoba mint-choco. Tidak buruk. Meski orang-orang berkata rasanya seperti pasta gigi, Jisung justru menemukan sensasi dingin dari mint di langit-langit mulutnya seperti es batu.
Omong-omong, dia tidak menikmati waktunya sendirian.
“Rasanya enak.”
Jisung tidak tahu jika angin Kanada akan menyibak sisi Chenle yang lain. Surai pria itu kini berwarna cokelat gelap. Pipi bayinya hilang tergantikan rahang wajah yang tajam dan tegas. Dengan aksennya yang konglish, Chenle sungguhan seperti turis. Dia tidak seperti seseorang yang pernah tinggal atau bersekolah di Korea sebelumnya. Padahal belum genap tiga bulan, tetapi Chenle membawa warna baru yang bertabrakan dengan Jisung.
“Semua orang mengatakan hal yang sama. Aku tidak pernah bosan membawa orang-orang kemari.”
“Kau seharusnya mengambil pendidikan bisnis dan mendirikan kedai es krim, bukan malah menjadi pencanang program kesehatan.”
Jisung tersenyum dengan sendok di mulutnya. Walau sudah terpaut jarak ribuan km, Chenle tetaplah Chenle. Sahabat SMA-nya yang menyentil.
“Entahlah,” Jisung mengalihkan pandangan keluar jendela. Langit di luar tampak abu-abu. “Mungkin aku hanya mencoba hal baru dalam hidupku. Lagipula, aku suka belajar.”
“Ya, ya, anak rajin. Aku tunggu kau menjadi menteri kesehatan.”
Chenle mengatakannya dengan serius. Ketika waktu memperketat kesempatan mereka berbincang, Chenle membagi kesehariannya berkuliah di negeri orang sembari mengharapkan Jisung mendapatkan pengalaman yang sama; tujuan dalam belajar. Rasanya seperti dinasehati oleh seorang petuah, tetapi Jisung terlalu menikmati obrolan yang dihidangkan sang teman. Chenle bahkan tidak jarang mengikuti isu kesehatan agar dapat berdiskusi dengan Jisung. Chenle mungkin mengatakan dia anak rajin, tetapi Chenle-lah definisi anak rajin sesungguhnya.
“Bagaimana kabar Yuna?” Chenle mengganti topik setelah kembali dari kasir untuk membayar pesanan keduanya.
“Masih di Busan.”
“Dia tidak pergi mengunjungi Gangnam sama sekali?”
Jisung menggeleng. Tatapannya redup. “Yuna sangat disiplin sekarang. Dia begitu menekuni pelatihannya.”
![](https://img.wattpad.com/cover/287234838-288-k278201.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS; Blossom - Park Jisung
Fanfic[Season 2 of BROTHERS] Jisung akan melangkah menuju dunia baru, mempelajari lebih banyak hal tanpa pengawal. Jisung akan melangkah menuju lautan baru, berenang dan tenggelam untuk berkunjung pada setiap rumah emosi. Jisung akan melangkah menuju seme...