Chapter 4; Lure

119 15 5
                                    

Holaaa~'

Happy saturday night<3

Selamat membaca🌹

.

.

.

.

.

.

.


Suara pekak milik Jaemin sukses merubuhkan suasana tenang di Minggu pagi kediaman keluarga Lee. Derap kaki di lantai dua membuat para penghuni di lantai satu menaikkan satu alis mereka. Renjun dan Haechan saling bertukar pandang di antara perabot yang mementang jarak mereka. Renjun lantas melanjutkan kegiatan merawat tanamannya, sedang Haechan kembali mencicipi masakan di panci.

“Park Jisung!”

Jisung tergopoh membuka pintu kamar. Wajahnya lesu khas bangun tidur dengan rambut compang-camping. Ia menguap saat mengikuti sumber suara sang kakak. Celana piyama abu-abu yang kebesaran terlihat terseret di lorong menuju ruang mesin cuci di samping gudang. Di sanalah sosok Jaemin berada dengan muka kebas dan tangan mengepal.

“Apa yang sudah kau lakukan!?”

Jisung termangu. Kepala masih berusaha membangun realitas, menebang potongan mimpi yang masih tersangkut di dasar pikiran--ia bermimpi naik kuda poni bersama Yuna. Saat dia bisa mencium aroma pewangi, merasakan lantai yang lebih lembab, melihat tatapan menyalang milik Jaemin, demikian Jisung tersadar bahwa sang kakak tengah menggenggam sebuah pakaian berwarna putih.

Pakaian putih yang ternodai beberapa warna terang seperti seseorang mewarnainya dengan cat semprot.

Kemudian saat tatapannya beralih pada badan mesin cuci yang terbuka, menampakkan gumpalan kain berwarna di dalamnya, mata Jisung sontak terbelalak.

“Astaga!” Dia membekap mulut. “Maafkan aku, sepertinya aku tidak sengaja menyatukannya…”

“Tidak sengaja?” Jaemin berbalik untuk mengambil beberapa pakaian yang mengalami kondisi serupa. Pria itu melemparnya di bawah kaki Jisung.

“Kau menyatukan keranjang pakaian berwarna dan pakaian putih itu… dengan tidak sengaja, huh!?”

Jisung bergegas mendekati sang kakak untuk melihat keranjang pakaian kotor di belakangnya. Jaemin telah mengajarinya bahwa keranjang hitam untuk pakaian putih, dan keranjang biru untuk pakaian berwarna. Ada juga keranjang merah untuk pakaian yang harus dicuci secara terpisah.

Jisung tidak mengingatnya dengan pasti, apakah ia sungguh menyatukan isi keranjang hitam dan keranjang biru di mesin cuci yang sama. Saraf kepalanya menarik memori, tetapi tidak ada yang Jisung ingat selain gambar lapisan subkutan yang ia kerjakan semalam.

Astaga. Dia bahkan tidak mengeluarkan pakaian untuk menjemurnya. Jisung kacau.

Sebelum Jaemin semakin marah, Jisung lantas berbalik dan berjongkok. Kedua tangan di udara--menggosok. “Maafkan aku, maafkan aku, aku berjanji hal ini tidak akan terulang lagi. Aku akan mengganti pakaian-pakaian putih itu.”

“Terdengar seperti Jeno yang akan mengganti kerugiannya.”

“Tidak! Aku akan menggunakan uang saku bulananku.”

Jisung masih menunduk. Tangan masih menggosok. Ada jeda sampai suara helaan napas terdengar. Sekonyong-konyong Jaemin menyentuh tangan sang adik untuk berhenti menciptakan panas dan ikut berjongkok bersamanya. Dia membawa pakaian-pakaian bernoda tersebut di hadapan Jisung.

BROTHERS; Blossom - Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang