01. Awal

457 50 0
                                    

Cerita ini murni fiksi dari ide author sendiri. Jikalau ada kesamaan nama tokoh, tempat, waktu dan suasana cerita. Author minta maaf.
Tolong dukung cerita ini dengan Vote dan comment kalian agar author lebih semangat nulisnya.
Happy reading semua ☘️


🍃🍃🍃🍃🍃

Pagi itu seorang pemuda dengan seragam lengkap mengayuh sepeda tuanya berjalan menuju kearah sekolahnya. Saat ia memasuki aula sekolah banyak pandangan sinis dan tajam dari para murid, seolah dirinya adalah seseorang yang baru saja melakukan kejahatan.

'hey hey lihat itu dia si anak buangan'

'Anak buangan? Sepertinya nama itu tidak cocok untuknya'

' Ah iya dia lebih cocok dipanggil anak haram'

' Huu anak haram pembawa sial '

' Lihat lihat mukanya memerah, sepertinya ada yang sebentar lagi akan menangis'

'Hahaha benar, dia cowok tapi kenapa malah menangis. Malu maluin aja'

Bisik bisikan itu terus ditunjukkan padanya. Ia tidak merasa terganggu, mentalnya sudah terlatih sejak ia kecil. Menurutnya omongan mereka hanyalah suara kicauan burung-burung yang menemani hari-hari suramnya.

"Jerico"

Dia Giovanno Jerico atau yang akrabnya disapa Eric menoleh ke belakang, melihat siapa orang yang memanggilnya.

"Oh hai Sakha, ada apa?"

Ravindra Sakha Andara, pemuda dengan warna kulit tan dan seorang kapten futsal sekolah yang juga merupakan sahabat Eric dari kecil.

"Nih, bekal lu ketinggalan tadi dirumah" ucap Sakha sambil memberikan sebuah paper bag yang berisi kotak makan Eric.

"Yaampun lupa, thanks ya kha maaf banget ngerepotin. Bilangin juga ke ayah makasi banyak karena udah mau masakin dan ngasi gue nginep di rumahnya" balas Eric.

"Udah santai aja kali ric, lu udah kita anggep keluarga jugaan" ujar Sakha merangkul Eric sambil tersenyum tulus.

"Eric... Eric... Lu itu kok kerjaannya nyusahin orang terus sih?" sahut seseorang dari belakang mereka.

Sakha yang tadinya tersenyum langsung merubah ekspresi wajahnya saat mengetahui siapa yang menyahuti mereka tadi.

"Aditya Marvin Argantara, maksud lu apaan ya? Eric gak pernah nyusahin orang, justru dia sering ngebantuin kita semua"

Aditya Marvin Argantara, putra sulung dari keluarga besar Argantara itu mendecih kasar seakan tidak suka dengan keberadaan mereka berdua.

Atau lebih tepatnya tidak suka dengan keberadaan sahabat kecil Sakha itu.

"Sakha lu mau aja dimanfaatin sama dia. Dia udah anak haram, anak buangan, anak pembawa sial dan sekarang malah nyusahin keluarga lu kan?" Sarkas Marvin sambil memandang rendah Eric.

"Keluarga gue malah bangga sama Eric karena dia selalu membawa prestasi buat sekolah dan dirinya sendiri. Gak kayak lu dan adik lu yang kerjaannya selalu jadi biang masalah sekolah" Sakha tersenyum senang karena berhasil memutar balikan perkataan Marvin tadi.

Eric yang merasa akan adanya perkelahian antar mereka berdua langsung memberi Sakha peringatan agar tidak memperpanjang masalah.

"Kha, ayo ke kelas aja. Lu gak mau masuk BK lagi kan? Jangan memperpanjang masalah plis, tugas gue makin banyak nanti" bisik Eric

TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang