HAPPY READING:)
"Aku minta maaf atas kelakuan ku pada Mommy kemarin, itu semua di luar kendali ku." Lusi membuang pandangannya ke arah lain. Tak sanggup menatap wajah anak tunggalnya yang telah tega membentaknya.
Seumur hidupnya, itu pertama kali Ben membentaknya sekasar itu, hingga melukai perasaannya. Lusi sadar ia salah dalam hal ini, namun tetap saja tidak ada yang mengerti penyesalannya selain suaminya.
Marc menghela nafas lelah, Ben bangkit berdiri, "Sepertinya Mom membutuhkan waktu untuk memaafkan ku, tidak masalah, aku akan menunggu."
Ben melirik sejenak Marc, hingga pada akhirnya Lusi membuka suara, "Aku akan menerima maafmu jika kau bersedia menikah dengan wanita yang telah kami pilihkan untukmu."
Rahangnya seketika mengeras, Marc melihat jelas perubahan raut wajah putranya. "Turuti kemauan ibumu dan kau tidak akan menjadi anak durhaka."
Ben mengumpat dalam hati, "Kalian jelas tau bagaimana aku, 99% kemungkinan gadis itu akan menderita jika menikah dengan ku,"
"Dan mustahil jika aku bisa mencintainya..."
Marc terdiam sejenak,"Kau tidak perlu mencintai gadis itu, kau hanya perlu menghargai keberadaannya di sisimu, nikahi dia dan berikan kami penerus."
Ben menatap ayahnya tak percaya,"Jadi maksud mu aku cukup menikahi dan meniduri gadis itu, dan secara tidak langsung menjadikannya mesin pembuat bayi?"
Marc menyernyit,"Sejak kapan manusia seperti mu memiliki perasaan?"
Ben menarik nafasnya dalam-dalam, ia butuh pelampiasan sekarang. Ah Ben ingat, dia masih punya mainan baru di Markas, sepertinya malam ini akan sangat menyenangkan.
"Aku akan memikirkannya--"
"Kami butuh jawaban mu sekarang!" serobot Marc tak ingin bertele-tele.
"Terserah pada kalian." ucapnya penuh penekanan lalu berlalu dari kamar orang tuanya.
Ben melangkah tegas menyusuri Mansion menuju lantai dasar, pria itu memilih melewati tangga dari pada life. Dari lantai dua Ben menatap lantai dasar Mension orang tuanya.
Ingatannya kembali di malam berdarah dimana terakhir kali ia melihat Alexanya bernafas dan masih bernyawa. Bayangan gadis itu terjatuh dari ketinggian lalu di timpa lampu besar itu membuat Ben menatap lantai dengan mata berkaca-kaca.
Ini menyakitkan, Ben tidak pernah merasa selemah ini dalam hidupnya, selama ini ia tau tindakan ibunya adalah salah, namun hatinya di kalahkan oleh otaknya, dan juga cintanya di kalahkan oleh rasa patuhnya pada ibunya.
Setiap sisi menasion ini berisi banyak kenangan bersama Alexa, apakah ia akan menyimpan kenangan itu seumur hidupnya dan membiarkan gadis lain merebut posisi gadis itu di hidupnya?. Rasanya Ben tidak mampu melakukannya, ini terlalu kejam, bahkan di akhir hayatnya Alexa, Ben berakhir sebagai seorang pecundang.
Ben melangkah ke kakinya tegas, di samping mobilnya di halaman Mansion Zared sudah berdiri tegak di samping mobilnya.
"Selamat malam Tuan." sapa Zared membungkuk.
Ben mengangguk, "Bagaimana hasil penyelidikan mu tentang Hera?"
Zared diam dan melangkah membuka mobil lalu mengambil sesuatu dari sana. Sebuah map coklat berisi berkas penting yang pastinya dapat mengguncang Beno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexa : The Leader Mafia
Mystery / ThrillerDia adalah seorang gadis yang di mana takdir seolah mempermainkan alur kehidupannya, dan dunia seolah menertawakan nasib buruknya. Hidupnya rumit dan penuh kejutan, ikatan darah seolah di permainkan, hingga Alexa tidak tau mana yang harus ia percaya...