28.Twins?

3K 275 41
                                    

Happy reading:)

Di ruangan dengan nuansa gelap,dua manusia berbeda jenis sedang berbicara.Wajah keduanya nampak remang-remang karena hanya ada lilin sebagai penerangan di antara mereka.

Bianca duduk berseberangan dengan Elano dengan meja persegi sebagai penghalang.Di tengah-tengahnya menyala sebuah lilin yang perlahan-lahan mulai meleleh seiring dengan setiap kata yang keluar dari bibir pria itu.

"Apa aku harus percaya padamu?"Bianca berucap dengan wajah tanpa ekspresinya.Rambutnya yang berwarna gray terlihat berkilau di ruangan gelap ini.Elano akui,gadis di depannya ini sangat luar biasa cantik.Pantas saja si brengsek Ben menaruh hati untuk gadis itu.

"Terserah padamu,aku mengatakan yang sebenarnya."Elano menyalakan rokok yang sudah ia apit di bibirnya lalu mengisapnya perlahan.

"Tapi aku tidak bisa mempercayai orang sepertimu setelah apa yang kau lakukan padaku waktu itu.Kau berbohong dan mengaku bahwa kau yang memberikan cokelat di loker.Hingga sekarang statusmu menjadi mantan kekasihku!"Bianca tersenyum sinis.

Elano terkekeh,lelaki itu terlihat terhibur akan ekspresi Alexa.Ia kemudian meraih kaca,lalu bercermin"Lihat! Bukankah kita mirip?"Elano berdiri dari duduknya lalu mendekat pada Bianca.

Elano menempelkan pipi mereka lalu kembali bercermin mengalihkan kaca tersebut pada Bianca. Bianca menjauh dengan kasar,lalu mendorong kepala Elano dengan kasar."Aku tidak sudi memiliki wajah yang mirip denganmu!"

Elano memutar bola matanya malas,"Aku terpaksa mengaku jika aku yang memberikanmu cokelat,karena dengan begitu kau tidak akan menjalin hubungan apapun dengan Ben!"

Alexa meronta-ronta membuat Bianca pusing,ia sengaja membiarkan Alexa mendengar semua ini,agar kebodohan gadis itu sedikit berkurang.Bagi Bianca,Alexa masih terlalu polos.

"Memangnya kenapa jika aku menjalin hubungan dengan Ben,kau cemburu?"Bianca bertanya dengan tatapan merendahkan.Emosi Elano mulai terpancing saat Bainca menatapnya seperti itu.

"Cemburu?,aku justru menyelamatkanmu sialan!,kau tau...jika saat itu kau menjadi kekasihnya kau akan mati!"

Emosi Bianca memuncak saat Elano mengatakan hal itu,Bianca berdiri lalu mendorong Elano ke tembok dan mencekik lehernya hingga Elano tergantung di udara."Tidak ada yang berhak memutuskan kematianku selain diriku sendiri!bahkan tuhan pun tidak sudi mencabut nyawa iblis sepertiku!"

"Hahahaha!!"bahkan di saat seperti ini Elano masih saja tertawa.

"Aku mengatakan kebenaran,ia ingin membunuhmu saat itu demi membalaskan dendam ibunya.Bukan hanya kau....dia juga ingin menghabisiku!"Elano berucap membuat Bianca mengencangkan cekikannya.

"Le-pas--kan!,le--pas!!"Elano berucap susah payah.

"Kenapa dia ingin membunuh ku?,dan dendam?dendam apa?!!!"Bianca berteriak,ruangan kedap suara membuat orang-orang yang berada di luar tidak akan mendengar pembicaraan mereka.

"Lepas--du--lu!!"nafas Elano mulai melemah,Bianca segara melepaskan cekikannya hingga Elano jatuh terduduk di lantai.

Bianca menarik kursi,ia duduk tepat di hadapan Elano.Bianca diam seolah menunggu penjelasan dari Elano."Cepat katakan dendam apa yang ia miliki terhadapku?!Katakan!!!"

"Karena kau juga lahir dari rahim wanita yang paling ia benci di dunia ini!!!,"Elano berteriak emosi hingga kembali memancing emosi Bianca.

Bugh

Satu bogeman melayang pada wajah Elano,namun pria itu tidak peduli."Kau fikir selama ini mereka hanya membenciku?!,mereka juga membencimu namun dengan cara yang berbeda.Mereka membenciku terang-terangan,sedangkan kau...mereka memakai topeng di depanmu!"

Alexa : The Leader MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang