"Pengkhianat."
"Tau gini gue gak bantu dia dulu BANGSAT!"
"hhhh.. bodoh."
Pemuda itu menatap buku yang ada di sampingnya. Dia membuka nya dan melihat nama seseorang yang sudah meninggal tertulis disana.
"Shit. Sia sia gue bunuh lo cupu."
Dia mengambil bolpoin disampingnya lalu memutar-mutar batangnya.
"Gue bakal bales pengkhianatan lo kali ini."
.
.
."Bang Jay!" Teriak Jake.
Jay yang tadi duduk manis mau makan mie ayam di kantin langsung noleh.
"Kenapa?"
Jake terengah-engah lalu duduk di depan Jay.
"Bagi dong bang. Laper gue."
"Dih, siapa lo?"
Jay mengacuhkan Jake lalu mulai memakan mie nya.
"Gue gak ada uang anjir ketinggalan. Bagi donggg ya ya ya ya?"
"Gamauu!"
"Bang plis deh."
"Kere lo!"
"Udah Jake, sini makan mie gue."
Heesung datang lalu duduk di samping Jay. Dia sempat melirik Jay yang berdecak kesal saat dia duduk.
Setelah kejadian di apartemen Jake, Heesung dan Jay mulai menjaga jarak. Heesung tau, Jay marah padanya karena memukul Jungwon. Tapi, toh dia tidak salah. Dia memang lihat sendiri Jungwon sama Sunoo waktu itu.
"Makasih kak Heee! Bener deh yang paling tua itu yang paling baik. Gak kayak elu." Cibir Jake lalu mulai memakan mie nya Heesung.
"Cih."
Selesai makan, Jake langsung berlari ke kelas buat ngerjain pr. Sedangkan, Heesung dan Jay masih diem-dieman di kantin.
"Jay, sorry."
Heesung memulai pembicaraan dengan ungkapan maaf.
"Ya gitu deh, minta maaf ke gue. Kan lo nuduh gue bukan Jungwon." Balas Jay dengan nada menyindir.
"CK, terus salah gue apa? Gue jelas-jelas lihat Jungwon bareng Sunoo pas itu. Udah kelihatan kan siapa yang bunuh Sunoo?"
"Jake kan yang ngelerai mereka. Terus dia juga ngajak Jungwon sampek pulang."
"Niki bilang, Jake sendiri terus!"
"Lo percaya anak bermasalah itu ya? Bodoh lo!"
Jay bangkit dari kursinya. Tidak peduli beberapa pasang mata yang melihat pada mereka berdua.
"Sorry to say nih ya.."
Jay melihat Heesung dengan mata tajamnya.
"Gue emang gak percaya sama Niki karena masa lalunya. Tapi, Lo mencurigakan kak Hee."
.
.
.Jungwon duduk bersama Niki di belakang gudang. Di tangan Niki, terdapat Coca cola yang tinggal setengah.
"Menurut lo, kematian kak Sunoo janggal gak sih?" Tanya Niki.
Jungwon mengendikkan bahunya.
"Gue gatau lagi. Tapi sebenernya ini semua salah lo. Kalau aja lo gak ngungkit² Death Note waktu itu, kak Sunoo gak bakal minta buku nya."
"Ck, lo gabisa ngertiin keadaan gue waktu itu? Mama gue baru aja dibunuh, dan gue gaboleh bales dendam sama pembunuhnya?"
Niki berdiri lalu melemparkan botol Coca cola nya setelah dihabiskan.
"Capek gue kalo gini terus. Kita harus cari bukunya, dan semua bisa diceg-"
"Gaada yang bisa dicegah Nik." Potong Jungwon.
"Buku itu gaada di rumah Sunoo. Kemarin selepas kejadian di apartemennya kak Jake, gue langsung ke rumahnya."
"Kalo semisalnya buku itu gaada di rumah Sunoo, udah pasti Sunoo masih hidup. Dan buku itu masih ada di tangannya."
"Lo jangan bego deh Won. Gue lihat sendiri ya mayat Sunoo dikuburin." Sela Niki.
"Gak semua bisa dijelasin lewat mata dan logika Nik."
Jungwon melihat pemuda yang lebih muda darinya itu.
"Kalo semua bisa dijelasin lewat mata sama logika, Death Note gaakan ada gunanya."
Jungwon bangkit dan mencengkram pundak Niki.
"Gue tau kita musuhan gara² buku itu dulu Nik. Tapi sekarang, nyawa kita juga terancam karena kita juga pernah milikin buku itu."
"Jadi sekarang, gue mau minta bantuan lo."
"Awasin kak Sunghoon. Gue kasih lo mantra yang diajarin ayah gue dulu. Dan gunain mantra itu, buat ambil bukunya dari orang yang bawa bukunya. Gue yakin, buku itu dibawa oleh salah satu dari kita. Karena Death Note, mencari majikan dengan berpindah ke tubuh teman terdekat majikan nya yang dulu."
"Kenapa kak Sunghoon?"
"Karena kak Sunghoon deket sama Sunoo. Gak mungkin dia gak pantes dicurigai."
Dari belakang mereka, Sunghoon berdiri dengan es milo nya sambil berdecak.
"Gak percaya gue. Jungwon ternyata udah gede."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Death Note • ENHYPEN
Fiksi Penggemar"Kita harus nyari buku itu dan juga pelaku dibalik semua ini secepatnya!" © dodohans