Kurang beberapa hari Bulan Bahasa, Klub Sastra disibukkan oleh persiapan untuk menyambutnya. Ini kedua kalinya dalam satu minggu rapat diadakan, Mira masih belum menemukan sosok Serhan, bahkan batang hidungnya tak muncul. Rasa cemas menelimuti hati, sebenci itukah Serhan kepadanya? Sampai melihat wajah Mira pun tak sudi.
"-Mir, Mira?"
"Eh iya?"
"Kamu hubungi Serhan besok ikut rapat, sekalian kasih ini ke dia." Pinta Syania memberikan sebuah amplop pada Mira.
"Ini apa?"
"Ish gak usah banyak tanya, besok pasti tau sendiri." Syania terkikik
"Kak Jef kok gak datang kemana Kak?" Mira bertanya karena tadi chatnya tidak dibalas Kak Jef.
"Katanya menemui dospem,"
"Kak Jef kan semester 6, emang udah pembagian dospem dan buat proposal kah?"
"Lo kan tau si Jef jenius. Mulai konsul skripsi," Mira tercengang, dia baru mengetahui fakta satu ini. Kenapa Kak Jef nggak cerita Mira soal ini? Tapi syukurlah, Mira ikut senang. Setelah 2 jam rapat mengenai dekor panggung untuk kegiatan, Kak Jef datang. Ia menghampiri Mira yang naik di atas kursi sedang memasang jadwal baru Klub Sastra. Mira yang merasakan kehadiran sosok lain memutar kepalanya ke belakang. Ia pun turun sambil menepuk-nepukkan kedua tangan, membersihkan debu.
"Ada apa Kak?" Kak Jef tersenyum kecil, mendekati Mira.
"Motor kamu macet lagi?" Mira mengaguk kecil
"Aku antar aja Mir, kali ini kamu gak boleh nolak." Kak Jef meraih tangan Mira yang masih bengong, menggeretnya ke luar.
"Stop Kak." Kak Jef menaikkan satu alisnya.
"Suratnya Serhan ketinggalan,"Mira memutar tubuh, mengambil surat tersebut.
"Ayo kak." Mereka bergandengan tangan menyusuri lorong kampus.
Di benak Kak Jef bertanya-tanya mengenai Serhan, sebenarnya apa hubungan Mira dan Serhan sampai laki-laki itu menghindarinya hanya karena Mira menjalin hubungan dengannya. Bukankah terlalu berlebihan kalau mereka hanya sahabat. Tatapan mata Serhan mengartikan maksud lain ketika bersama Mira. Sikap dingin yang ia terima menjadi alarm bagi ia. Prestasi Serhan mulai tampak menunjukkan sikap ambisius laki-laki itu. Seakan meminta pengakuan dari seseorang spesial.
-
Serhan dkk nongkrong di tempat biasanya, gazebo dekat kolam koi. Mereka antusias bermain game, termasuk adik tingkat yang ikut nimbrung, kecuali Serhan. Ia membaca buku padahal sekitarnya ramai, entahlah Serhan tetap bisa berkonsentrasi. Ajaib Serhan seorang bibliofobia bisa berubah dalam semalam lengket dengan buku. Sekuat itukah pengaruh Mira dikehidupannya? Meskipun ia tipe pelajar yang paham dari mengedengarkan, ia ingin mencoba melakukan hal lain yang tak ia sukai.
"Han, Bulan Bahasa lo nggak pengen nyumbang suara lo apa?" Nauval bertanya
"Nah bener Han, lo nyanyi lagi deh biar gue ada kesempatan bersinar."
"Emang lo nyumbang apaan Za?" Serhan bercedak lalu mengalihkan perhatiannya dari buku, teman-temannya nyengir melihat Serhan berubah rajin, namun memilih tidak mengomentari.
"Gue mau main drum."
"Kak Erza bisa mainnya?"
"Gue kepret lu Bert, adik tingkat kagak sopan."
"Senioritas amat sih Kak," Wafa menggerutu
"Kaku amat sih Za." Nauval menambahi. Sehan mempertimbangkan opini Nauval sesaat, sepertinya seru juga kalau dia ikut meramaikan acara tersebut, hitung-hitung untuk mengalihkan rasa sakit hatinya, semakin sibuk maka semakin ia cepat melupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Friend (On-Going)
Dla nastolatkówPersahabatan antara si introvert dan ekstrovert yang telah dipertemukan di bangku SMA. Hubungan mereka berlanjut hingga Serhan menyadari perasaan yang membuncah di dada. Namun, Mira hanya menganggapnya sebatas sahabat. Semua berubah ketika orang ket...