Part 1

6 1 0
                                    

*Tap tap tap...*

Langkah kaki berlari cukup cepat mengejar sebuah bus berwarna biru didepannya. Peluh yang semula tak tampak disekitaran wajahnya, kini mulai terlihat menggenangi wajah lugunya.

"Permisi!!" Serunya saat tubuhnya mencoba menghindar dari tubuh para penumpang yang berdesakan berdiri didalam bus tersebut. Tubuh munginya juga bertabrakan dengan tubuh penumpang yang jauh terlihat besar dari dirinya. Gerakan tubuhnya ikut seirama dengan pergerakan bus yang terus berjalan, ya sedikit oleng.

CIIITTTTTT.....

Decitan rem terdengar. Membuat tubuh penumpang tergerak mendadak, jika tak ada pegangan yang menopang tubuh entah apa yang terjadi.

"Akkhhh..." tubuh gadis mungil itu oleng kedepan. Beruntung tubuhnya tak mendapat luka sedikitpun, bahkan tak merasakan nyeri sebab.....

■■■

"Yuqi-ya..." tak ada jawaban. Kepalanya masih tertunduk dengan langkah kaki masih tergerak berjalan pelan menuju gerbang sekolahnya.

"Kenapa dia tidak mendengarku" Yoora berlari cepat. Setidaknya dia harus mencari jawaban mengingat sahabatnya itu tak merespon panggilannya.

"Yaak neo!!"

Gadis bermarga Lee tersebut tersentak. Matanya menyoroti Yoora yang sudah berada tepat disisi kanannya, menatapnyapenuh keseriusan seolah mencari jawaban akan dirinya saat ini.

"Ini tidak seperti biasanya"

"Maksudmu?" Pungkasnya saat ucapan yang membingungkan fikirannya terdengar ditelinganya.

"Ya, buktinya saja sedari tadi aku memanggilmu, tapi kau tak meresponku, jangankan menjawab panggilanku, kau bahkan tak menoleh sedikitpun. Terjadi masalah?"

Fix ucapan panjang tanpa jeda itu membuat tubuhnya membeku terlebih saat selingan dua kata pertanyaan terakhir tadi membuatnya semakin tak berkutik.

"Wae?" Yoora menatap intens. Bahkan posisi wajahnya sudah berjarak beberapa senti saja dari wajah Yuqi.

"Tsskk..yaak apa yang kau lakukan" Yuqi mendorong tubuh Yoora. Membuat tubuh Yoora sedikit terdorong kebelakang. Yuqi tak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera menjauh dari jangkauan sahabatnya itu.

■■■

"Menyingkirlah, kau menghalangi jalanku" teriakan yeoja terdengar diruang kelas yang kini sudah terdengar riuh yang memekakkan telinga.

"Apa kau sudah mendengar, akan ada siswa baru disekolah kita"

"Jinjja? Apa dia namja?"

"Molla. Aku berharap seperti itu"

Yuqi memposisikan tubuhnya duduk dikursi miliknya. Dengan kepala bertumpu diatas meja, mendengarkan dentingan ucapan teman sekelasnya yang terus berkomentrar dan bergosip ria.

"Yuqi-ya, lihatlah.."

Yeoja itu menengadahkan kepalanya. Menatap Yoora dan kertas yang dibawanya itu dengan malas.

"Apa itu?" Tanyanya singkat.

"Ini daftar perlombaan yang diadakan untuk pentas musim dingin disekolah kita"

Yuqi kembali menumpukan kepalanya dimeja, tak menghiraukan omongan Yoora yang terus berceloteh ditelinganya.

"Eoh! Kau tidak mendengarkanku" rengek Yoora tidak terima.

"Untuk apa kau memberitahuku?"

"Karna aku ingin kau mengikuti salah satu perlombaan ini"

"Aku tidak mau"

"Mwo? Ayolah kau pasti bisa" mohon Yoora untuk terus membujuk Yuqi agar mau mengikuti perlombaan.

"Kau saja yang ikut perlombaan itu"

"Jika aku bisa, aku akan mengikutinya"

Yuqi terkejut. Posisi kepalanya yang semula masih tertumpu dimeja kini sudah tegak lurus, menatap intens Yoora yang saat ini sudah tertunduk lesu.

"Wae?" Tanya Yuqi bingung.

"Yaak, jangan berpura-pura bodoh, kau lihat saja semua perlombaan ini" Yoora menyodorkan kertas itu didepan Yuqi, membuat yeoja itu mau tidak mau membaca setiap kata per kata yang tertulis dikertas putih tersebut.

Tawa Yuqi pecah, mulutnya terbuka cukup lebar setelah melihat apa yang dibacanya. Membuat Yoora sedikit bersungut, ya dia tau Yuqi pasti menertawakannya.

"Kenapa kau tertawa?"

"Haha mian, tapi tiga perlombaan ini bukanlah keahlianmu"

"Ck.." desah Yoora sedikit kesal.

"Perlombaan menyanyi aku tidak yakin, yang kutau suaramu membuat telinga yang mendengar akan sakit. Perlombaan dance hah..untuk olahraga saja kau tidak pernah melakukannya apalagi dance. Dan perlombaan melukis, bahkan kau tidak bisa menggambar rumah dengan baik" ucap Yuqi menceritakan kekurangan yang dimiliki Yoora. Ya yeoja itu sudah menunjukkan kekesalannya sekarang.

"Apa kau sudah selesai?"

Yuqi menghentikn gelak tawanya "Maaf, aku tidak bermaksud..."

"Ya ya ya.. tidak perlu dilanjutkan, aku juga sudah mengakui kekuranganku. Makanya aku menyuruhmu untuk mengikuti salah satu perlombaan ini"

Yuqi terdiam. Jujur dia tak berniat untuk mengikuti perlombaan musim dingin tahun ini.

"Lihatlah, setidaknya kau bisa mengikuti perlombaan seni lukis. Bukankah kau pandai melukis hah?"

"Shireo!"

"Mwo? Wae? Berikan aku alasannya?"

"Tidak ada alasan, aku hanya tidak mau"

"Tidak mungkin, kau harus memberiku alasan kenapa kau tidak ingin ikut perlombaan ini?"

"Yoora-ya, aku tidak...."

"Duduk ditempat kalian masing-masing" seru seorang guru yang tiba-tiba sudah masuk kedalam kelas. Memposisikan tubuhnya berdiri tepat dimejanya dengan tatapan menjurus ke siswanya yang kini sudah duduk diam menatapnya serius.

"Hari ini kita akan kedatangan siswa baru pindahan dari China" riuh siswa dikelas itu kembali pecah.

"Ssaem, apa dia seorang namja?" Pungkas yeoja bernama Han Minji yang dikelas itu memang terkenal dengan kecentilannya. Teriakan menyerukan uuu tak ayal terdengar ditelinga.

"Kau bisa melihatnya sendiri. Silahkan masuk"

Langkah kaki namja terdengar pelan. Menunjukkan pesonanya yang benar saja sudah membuat yeoja yang berada dikelas tersebut ternganga melihat ketampanannya.

Berbeda halnya dengan Yuqi yang terdiam mematung, bukan karna ia terpesona dengan namja itu, tapi dengan pertemuannya di halte bus pagi tadi.

"Perkenalkan dirimu" imbuh sang guru.

"Annyeong haseyo Huang Renjun imnida, saya pindahan dari Jilin China. Senang bertemu kalian semua"

"Ssaem, izinkan dia duduk dengan saya" seru Han Minji yang lagi-lagi sudah menunjukkan sisi centilnya.

"Kau akan mendapat amukan dari teman sebangkumu Han Minji" seru sang guru dan benar saja saat Minji menolehkan wajahnya, tatapan tajam nan sangar sudah ditunjukkan teman sebangkunya.

"Huang Renjun ssi"

"Ne"

"Kau bisa duduk disana" mata Renjun menelusuri saat jemari sang guru tertuju pada sebuah bangku kosong tepat berada diujung belakang. Dimana kursi kosong tersebut bersebelahan langsung dengan Lee Yuqi.

Renjun berjalan pelan. Matanya tak henti menatap Yuqi yang ikut menatapnya. Ini kali kedua pertemuan mereka.

To Be Continue

Love First Sight [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang