Dengan nafas terengah Chenle berlari memasuki pekarangan rumahnya. Sesekali ia berhenti mencoba menghirup nafas panjang untuk menormalkan detak jantungnya.
"Astaga ini menyiksaku" lirihnya dengan nada suaranya yang sedikit tersengal. Kalau bukan karna alasan untuk membantu hyungnya ia tidak akan mau bersusah payah melakukan ini. Hey bayangkan saja ia harus berlari cukup jau. Ahmungkin saja sebentar lagi bobot badannya akan menurun.
Chenle memasuki rumah, langkah kakinya langsung tertuju kekamar Renjun dengan pintu yang sedikit terbuka.
"Hyung.." tubuhnya membeku saat ia tak mendapati sosok Renjun sudah tak lagi berada diranjangnya. Kemana dia? Matanya menelisik kesegala penjuru kamar, tapi sang pemilik sosok tak menampakkan batang hidungnya.
Berulang kali Chenle mencari keberadaan Renjun disekitar kamar itu, bahkan ia mencari ditoilet tapi tetap nihil ia tak menemukan keberadaan hyungnya. Ya dia sedikit frustrasi sekarang.
"Aissh dimana dia?" Gerutunya. Ia kembali berjalan keluar kamar tentu saja dengan wajah tertekuknya.
"Kau sudah pulang? Kau darimana saja?"
Chenle menoleh mendapati sosok Renjun dengan piyama yang masih dipakainya memegang gelasbverisi kopi panas. Terlihat kepulan asap membumbung diatas gelas berwarna putih tersebut.
"Ck..sedari tadi aku mencarimu" gerutu Chenle.
"Kau mencariku? Untuk apa?" Chenle tak menggubris ucapan Renjun. Justru kini langkah kakinya dudah mendekat tepat dihadapan namja itu yang hanya diam mematung mengamati tingkah adik sepupunya tersebut yang ya sangat aneh.
"Chenle-ya, apa kau..."
"Ikut denganku" Chenle menarik paksa tangan Renjun. Namja china tersebut sedikit terkesiap sejenak. Hentakan kkinya sedikit tertahan untuk menghentikan laju langkah kaki Chenle yang terus menariknya tanpa sebab.
"Tsskk, kita sudah tidak ada waktu lagi hyung" nada suara Chenle sedikit meninggi yang justru semakin membuat Renjun tak kalah heran melihat tingkah pola adik sepupunya yang terlihat tidak sopan.
"Suaramu terdengar meninggi?" Umpat Renjun tak kalah kesal. Chenle terdiam. Astaga, rasa jengkelnya sudah membutakan semuanya. Bahkan ia sudah menjadi adik kurang ajar sekarang.
"Maafkan aku. Tapi ini mendesak"
"Mendesak?" Renjun membeo. "Memangnya kau sedang melakukan apa? Kau membuat masalah?" Lanjutnya.
"Tidak ada waktu lagi untuk menjawab pertanyaanmu itu hyung. Kita harus cepat sekarang. Palli" ujar Chenle lagi dan lagi secara paksa sudah kembali menarik tangan Renjun untuk mengikuti langkahnya.
Mungkin selama ini dia tidak akan berani bersikap kurang ajar pada Renjun yang memang hanya berjarak setahun darinya. Dia tetap menghormati Renjun sebagai hyung tertuanya, tapi jika untuk masalah serumit ini, mungkin hyungnya tidak akan keberatan jika ia harus menjadi adik pembangkang.
♡
♡
♡"Huang Renjun.." tubuh Yuqi terkesiap. Eratan pelukannya ditubuh Yoora sedikit melonggar seiring dengan tatapannya yang menjurus tepat keseorang pria yang sekarang juga turut menatapnya sendu.
"Chenle-ya, kajja kita pulang.."
"Renjun-ah" tubuh Renjun membeku. Posisinya yang saat ini tepatmemunggungi sosok Lee Yuqi, tak mampu berbalik. Ia hanya diam mematung. Astaga, kenapa ia harus menjadi serapuh ini?.
"Kenapa kau..."
"Jangan salah paham, aku hanya mengikuti Chenle yang membawaku kesini. Aku tidak akan mengganggumu" nada suara Renjun terdengar dingin. Kenapa iamenjadi sepwrti itu? Apakah ia marah dengan kepergian yeoja itu? Entahlah, justru ia merasa dirinyalah yang salah dalam hal ini. Kenapa ia harus secepat itu mencintai seorang gadis, padahal kenyataannya gadis itu justru akan pergi meninggalkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love First Sight [Ending]
Fanfiction"Cinta ku bermula saat pandangan pertama aku melihatnya" -Huang Renjun-