(1)

21 1 0
                                    

Satu-persatu manusia datang bergandengan duduk di meja bersama pasangan mereka. Tak hanya pasangan bahkan sekumpulan teman, kerabat, juga keluarga menikmati suasana malam minggu ditemani secangkir kopi dan beberapa makanan ringan.

Tring~

Ponsel Khansa berbunyi "Bentar yah mas" ujarnya kepada salah satu pelanggan cafe.

"Halo, sa?" suara paruh baya itu langsung menyambut.
"Iya mah, halo"

"Pulang jam berapa nak?"

"Mungkin pulang agak malem mah soalnya cafe rame banget nih, biasalah mah malam minggu"

Jeda beberapa detik, suara itu lirih terdengar "Jangan pulang kemaleman yah sayang dan sesibuknya kamu kerja jangan lupa makan ya nak"

"Mama lagi ada masalah?" Ia perlahan mengatur volume suaranya

"Gak ada nak, mama cuma nanya kan biasanya kamu pulang jam segini" Khansa melihat arloji di tangan kirinya, 23.00. Biasanya jam segitu Khansa sudah ada dirumah.

Ia menjeda sedikit pembicaraan sebelum membalas "Mama gak usah khawatir ya yaudah Khansa lanjut kerja dulu mama jangan lupa makan juga ya byee"
"Iya nak, hati-hati jalan pulang nanti yah"
"Iya mah"

Sembari menutup telpon ia memijit tengkuk lehernya. Perasaan khawatir dan tak enak hati kini berkecamuk di pikirannya jika itu menyangkut ibunya.

"Mbak?"suara itu menghentikan kegiatan Khansa.

"Eh iya mas maaf tadi pesan apa?"

"Iya mbak saya pesen mocha 1 sama americano 1 ya"
"Baik mas, normal atau less sugar dan ukuran nya small, medium, atau large?"
"Normal, dua-duanya medium ya"
"Baik, silahkan ditunggu yah mas"

Beberapa menit kemudian kopi pun siap diberikan kepada pelanggan sesuai request
"Permisi, sesuai pesanan yah mas. Terima kasih"

Kembali ia memetik jari-jarinya lelah, tapi mau bagaimana lagi beginilah tugas barista yang harus stay di depan alat racik kopi untuk menyajikan kopi beraroma wangi dan enak kepada para pengunjung cafe.

"Sa! Mochalatte less sugar medium size 4, di Bhungkhus!" ujar Samara pelayan di cafe yang sama tempat Khansa bekerja, samara ialah sahabat sekaligus teman sekelasnya.

"Di apain Ra?" tanya Khansa nakal pada Samara di seberang sana.

"Di Bhungkhus sa!"

"Siap, sesuai request"

keduanya pun tertawa geli bergantian. sudah kebiasaan mereka seperti itu sedikit gurauan akan bisa meringankan dan menutupi lelahnya pekerjaan mereka sementara Khansa mulai meracik kopi yang dipesan.

"Pesanan selanjutnya udah belum?" Samara berdiri di depan meja barista tak tahu kapan datangnya memperhatikan Khansa sambil mengetuk nampan dengan jemarinya

"Bentar lagi... Yup! Selesai" kopi pun siap dihidangkan.

"Lama banget gitu doang" cetus Samara memancing tanduk Khansa,
"Gue tonjok juga dada lo ya" Samara tertawa nakal lalu beranjak dari tempat.

Pesanan terus berjalan dan bergantian memenuhi list. Tak lama, "Setan Lo!"
suara teriakan itu berhasil mengundang seluruh Indra pendengaran pengunjung tak terkecuali Khansa.

Tepat sasaran ia melihat Samara bertengkar dengan sepasang pelanggan diujung cafe meja nomor 4. Tanpa basa-basi Khansa yang melihat adu cekcok itu dengan segera menghampiri.

KhanSamuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang