Langit begitu gelap dan suara gemuruh petir saling menyambut pula hujan begitu ganas memburu membasahi bumi.
Siswa-siswi sudah sedari tadi pulang termasuk Gio dan Mario yang baru saja lewat melambai dari dalam mobil. Namun tak sedikit juga yang terjebak hujan.
Jangan sebut mereka jahat karena meninggalkan dua gadis cantik ini ditengah derasnya hujan, sudah ditawari mereka saja yang tidak mau biasalah, wanita-wanita kuat tak ingin merepotkan orang lain.
"Huh, giliran gue mau numpang sama lo gini banget" ujar Samara mengacak rambutnya yang basah akibat menerobos hujan saat ingin ke halte bus.
"Sabar, bentar juga reda" balas Khansa sibuk memakai hoodie nya "lagian lo mau dijemput bokap lo kenapa gak mau?"
Samara mengambil posisi duduk di bangku halte menengadahkan wajahnya ke langit gelap itu, "Lo kan tau bokap gue gimana Sa, Gue takut kalau harus dibawa pulang lagi kerumah dia otomatis gue ketemu sama nyokap tiri gue"
"Tapi sejauh yang gue liat nyokap tiri lo gak jahat kali" kalimat itu membuat Samara menatapnya dingin
"Dengan dia ngerebut bokap gue dari nyokap gue itu gak jahat menurut lo? Sampai kapanpun gue gak sudi kalau harus serumah sama wanita jelek itu?"
Malang sepasang sahabat ini, nasib sama-sama ditinggal oleh ayah mereka namun bedanya ayah Samara rela meninggalkan ibu Samara demi orang ketiga, sebut saja pelakor.
Khansa iba mendengarnya, berusaha untuk tidak melanjutkan topik pembicaraan itu.
Masih saja petir tak hentinya mengusik telinga, Khansa sampai hilang fokus tidak menyadari ada seseorang duduk diantaranya, untung saja makhluk itu membuka suara
"Woi" suara serak berat, sedikit lantang
keduanya refleks menoleh ke sumber suara "Lo?, Sejak kapan lo ada disini" ia Samuel
"Sejak senja pergi dan berganti hujan"
Khansa dan Samara memiringkan bibir mereka kompak, geli gue."Lo nguping ya?" tuduh Samara menunjuk wajah tampan Samuel
"Ck, gue aja baru dateng"
"Terus lo ngapain disini?"
"Emang gak boleh? Kan ini halte" benar juga.
"Nih, gue lupa balikin" ujar si pemilik suara berat itu, menyodorkan buku absen berukuran persegi panjang, dengan cepat disambut oleh Khansa.
"lo berdua gak pulang?" mendekap tangannya
"Lo gak liat tuh hujan" ujar Khansa
"Calm nanya doang, yaudah gue duluan" pergi tak meninggalkan sepatah kata lagi menuju motor ninja miliknya
"Pergi atau gak nya lo juga gue gak peduli kali" melirik setiap gerakan Samuel hingga motor yang dikemudi itu benar-benar pergi bersama pemiliknya
Samara terkekeh geli dengan ucapan Khansa. "jangan gitu ntar lo naksir".
"Apaan sih lo"
"Yakan kayak di film-film gitu"
"Korban sinetron lo" satu jitakan kecil berhasil melesat di kepala Samara.
Akhirnya setelah asyik berdialog hujan yang ditunggu-tunggu pun reda membuat keduanya menghela nafas legah kemudian bergegas Khansa menyalakan motor matic berwarna hitam miliknya tak lupa helm ia pakai. Begitupun Samara.
"Sa, majuan dikit gue gak ada tempat bego" menepuk bahu Khansa
"Iya yaa"
"Nah gitu dong, buru!"
"Bacot bagong" motor pun melaju dibawah kemudi Khansa.
Di tengah perjalanan amat ramai itu mengundang ketakutan para pengemudi akan jalanan licin akibat hujan yang mengguyur beberapa saat lalu.
"Woi bisa gak sih gak ngebut gue masih mau hidup" ucap gadis yang berboncengan dengan nya
"ini juga pelan kali" padahal Khansa memang selalu membawa motor dengan kecepatan tinggi namun itu sudah biasa baginya.
"Ngomong-ngomong kok motor gue kayak ada yang aneh ya" cetus Khansa sedikit memiringkan wajahnya
"Apa yang aneh?"
"Kayaknya ban gue kempes deh Ra"
"Serius Lo?" Samara menunduk ingin melihat ban belakang motor tapi tak bisa, "Coba kita stop dulu aja". Khansa mengikuti instruksi Samara memarkirkan motornya di pinggir jalan lalu keduanya pun turun
Ia menunduk sambil memencet ban belakang motornya "Ah sialan!" , bukan kempes lagi melainkan bocor karena tertancap paku, Apes banget hari ini.
"Gimana dong sa" Samara merengek membuka helm di kepalanya.
"Gue juga bingung Ra" mengusar dahinya, membaur pandangan berharap menemukan bengkel terdekat mamun tak ada.
"Lo haus gak?" sambung Khansa saat melihat ada toko kecil di seberang jalan
"Menurut Lo?" menatap datar Khansa dengan wajah lesuh.
"Yaudah Lo tunggu disini" Khansa bergerak cepat menyebrang jalan.
Suasana jalan yang padat akan kendaraan menghambat sedikit langkah gadis itu."Bu minumnya dua"
"Siap sis" si Ibu gaul juga nih.
"Berapa bu?"
"Sepuluh ribu aja sis" menyodorkan kresek yang berisikan dua minuman botol dingin "Itu motornya kenapa sis?"
"Ban saya bocor nyari bengkel gak dapet, ibu tau gak bengkel terdekat dari sini?"
"Lah terus itu mas-mas disana ngapain?"
Ucapan ibu itu spontan membuat Khansa memutar tubuhnya ke arah seberang jalan, benar saja ada laki-laki sedang membenarkan ban motornya bersama dengan Samara.
Bibir remaja itu tersenyum ternyata ada juga orang berbaik hati menolong mereka. Tapi siapa orang itu?
"Yaudah bu makasih ya ini uangnya" setelah membayar belanjaannya dengan uang pas Khansa segera kembali kesana.
Perlahan tubuh itu semakin dekat dengan posisi motor
"Lah? Kok lo bi-""Udah selesai nih" ujar cowok itu memotong ucapan Khansa, ia menepuk bersih telapak tangannya setelah selesai mengganti ban motor milik gadis itu.
"Thanks ya, untung ada lo kalau gak" ucap Samara sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Cih bisa salting juga ni orang.
"Yoi, gue duluan ya" tersenyum tipis lalu pergi begitu saja.
Mobil hijau stabilo yang dikendarai cowok itu pun melaju diselingi klakson menyapa keduanya
"Makasih Sam" teriak Samara melambaikan tangan
Setelah benar-benar mobil itu jauh tak terlihat mata lagi, Khansa membuka suara
"Tuh orang kok bisa disini?""Si Samuel? ya bisa lah" Samara menghela nafas
"Lo telpon?"
"Buset, yakali sa gue aja gak punya nomer hp nya"
"Terus?"
"Ya tadi dia lewat , terus tiba-tiba turun nyamperin gue, yaudah gue minta tolong deh" memasang helm nya
"Nguntit kali" menaikkan bahu, acuh sambil memasang helm.
Rasa tak percaya mendengar ucapan Khansa,
"Nih orang udah dibantu masih aja berburuk sangka seharusnya lo itu terima kasih sa untung aja Samuel datang kalau gak-" melihat wajah Khansa yang menatapnya datar tanpa ekspresi apapun
"Kalau gak?" keduanya hening sejenak sampai akhirnya Khansa memutar tubuh secepat kilat lalu mengambil ancang-ancang pergi dengan motornya yang sudah pulih.
"Tunggu gue ajg" menghampiri Khansa.
Resiko punya temen batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanSamuel
Teen Fiction"lepasin tangan gue" matanya begitu merah. Derai air mata terus mengalir deras, melepaskan cekalan tangan dari laki-laki itu "Sa!" Ia terus mengejar Khansa yang memburu pergi "Udah! Cukup, cukup sampai disini El" "Asingkan aku El, anggap semuanya ga...