"Aw, sakit!" Ringis gadis kecil itu terjatuh dari sepeda
"Kenapa sayang?" Kaki gadis itu luka memar akibat batu yang menghantam.
"Aduh kaki mungil anak papah luka. Yaudah gapapa jangan nangis ya biar papa obatin, dijamin sembuh. Sini papa gendong"
"Pah Sasa mau permen itu"
"Pah balonnya cantik hihi"
•••
Kenangan yang terus berputar menghantui Khansa. ingin rasanya ia kembali ke masa-masa itu, masa dimana ia belum mengerti akan kerasnya kehidupan, masa dimana ia bisa melepas senyum dan tawa tanpa beban, tapi mustahil.
"Kerja oi kerja jangan ngelamun" hentakan meja dengan suara cempreng, siapa lagi kalau bukan Samara.
"Rese lo" kembali Khansa melanjutkan kerjanya menyuguhkan kopi sesuai list yang ada.
Tak seperti malam Minggu kemarin terlihat cafe penuh sesak, kini begitu sepi hanya ada beberapa orang saja, bisa dihitung.
"Sa, si Gio sama Mario mau kesini"
"Kapan?"
"Besok"
"Oh" singkat.
"Ya sekarang lah!" desis samara tajam.
"Yaudah silahkan yang penting mereka bawa duit aja kesini" Samara dengan segera membalas pesan mereka.
"Nih lo anter dulu pesanan ke meja no 2"
"Siap!" mengambil nampan handalan nya lalu meletakkan dua cangkir kopi disana, aroma kopi menelusuk ke hidung Samara begitu lezat membuat senyum terukir di wajah cantiknya.
Para pengunjung memunculkan batang hidung secara bergantian.
sampai pada satu waktu dari pintu cafe muncul kedua cowok remaja bertubuh tinggi, putih dengan tas selempang dengan kaos hitam oversize.
"Mba, saya pesen Americano satu" ucap laki-laki itu seraya menyugar rambut tebal hitam miliknya "Gulanya dikurangin dikit ya mba soalnya saya kan udah manis takutnya diabetes"
Melihat tingkah tengil temannya itu ia melesatkan tamparan kecil di pipi Gio agar cowok itu sedikit sadar
"Gak usah lebay""Cakep bat lo berdua darimana btw?" tegur Khansa lagi-lagi menyebabkan rasa percaya diri Gio meningkat dewa.
"Cakep apaan? ngaco lo" cengir Mario.
"Coba lo berdua noleh ke belakang" ujar Khansa sementara mengelap cangkir-cangkir kopi.
Dua laki-laki itu dengan sigap mengubah arah tubuh mereka ke belakang, sepasang mata para hawa masih saja menatap mereka, terpesona.
Mario terkekeh geli mendapati hal itu sementara Gio tak memberi jeda menebar pesonanya kepada kaum hawa disana.
"Lo pesen apa Rio?"
"Sama aja sa kek Gio" Khansa kembali meracik kopi dengan ketelitian yang benar-benar matang.
Disamping menunggu, Gio dan Mario memilih duduk di meja kosong berisikan 4 kursi, ya katanya agar Samara dan Khansa bisa join.
Khansa menerawang Samara masih sibuk mengantar berbagai pesanan kepada pelanggan lainnya.
Akhirnya ia memutuskan membawa sendiri dua cangkir kopi itu kepada pemiliknya, Gio dan Mario.
"Pesanan datang" menaruh dua cangkir kopi itu disana
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanSamuel
Teen Fiction"lepasin tangan gue" matanya begitu merah. Derai air mata terus mengalir deras, melepaskan cekalan tangan dari laki-laki itu "Sa!" Ia terus mengejar Khansa yang memburu pergi "Udah! Cukup, cukup sampai disini El" "Asingkan aku El, anggap semuanya ga...