❀ 17 ❀

3K 339 54
                                    

Dᴏɴ' ʟᴏᴠᴇ ᴍᴇ





Mendengar ucapan Taehyung, sosok manis itu sedikit menunduk ke arah Taehyung. Taehyung yang tengah terbaring pun bisa melihat dengan jelas wajah Jungkook yang berada di atasnya. Gurat sedih belum juga luntur dari wajah manisnya, sepasang manik hitamnya pun masih terlihat sembab.

"Jangan khawatir, aku bukanlah orang yang mencintaimu. Aku hanya seseoang yang kebetulan datang karena aku pernah mengenalmu, dan aku hanya ingin menemani ibu. Seperti halnya aku yang tidak pernah ada di dalam pikiranmu, aku pun akan mulai belajar menghilangkanmu dari pikiranku. Uhm, dan jika kau menginginkan gadis itu datang menemuimu, kau bisa meneleponnya. Dan mungkin, setelah ia datang, aku tidak akan berada di sini." Jungkook berusaha menyunggingkan senyumannya, menatap lamat Taehyung yang menatapnya sayu.

"B-baiklah, aku akan meneleponnya besok. Terima kasih," balas Taehyung pelan.

"Pasti kau sangat mencintai wanita itu...Bahkan seharusnya seseorang yang harus kau ingat, kau melupakannya..." Jungkook tidak melanjutkan ucapannya, kala ia merasakan airmatanya mulai menggenang di sepasang matanya.

Tes tes tes

Airmata itu jatuh tepat di atas punggung tangan Taehyung. Taehyung sadar, sosok manis itu tengah menangis. Hingga tangannya pun bergerak, berusaha meraih pipi Jungkook namun gagal. Pasalnya, kembali selang infus itu membatas setiap gerakannya.

"Mengapa kau sering menangis? Kalau kau bukan orang yang mencintaiku, janganlah menangis untukku. Jangan menangisi orang yang mungkin telah menyakitimu. Kau tahu, saat hati tidak bisa menahan apa arti rasa sakit, maka tangislah yang bisa mengatakan semuanya... Aku bukanlah orang yang kau cintai, tapi aku adalah orang yang menyakitimu, benar?"

"A-aku... aku..."

"Boleh aku tahu, apakah kita sebelumnya mempunyai hubungan? Dan...apa hubunganku denganmu?" tanya Taehyung. Jika saja leher Taehyung tak tertutup cervical collar  tentu Jungkook akan bisa melihat bagaimana sosok tampan pemilik suara husky itu menelan salivanya kasar dengan manik hazelnya menerawang, memikirkan sesuatu.

"Kita...Kita..."

"Aakhh!! Sakit! Kepalaku sakit sekali!" Taehyung menyentuh kepalanya, meremat pelan bagian kepalanya dimana ia merasakan rasa nyeri yang tiba-tiba menyerangnya. Matanya tampak terpejam berusaha menahan sakitnya. Jungkook yang melihatnya pun menjadi panik, ia meraih tangan Taehyung lalu menggenggamnya.

"Tae...kau kenapa, hm? Apa yang kau rasakan? Katakan padaku! Tae!" racau Jungkook panik, suaranya sedikit meninggi.

"Aku ingin tahu siapa kau! Akhh!" Pekiknya lagi."

"Tidak apa-apa jika kau melupakanku, Tae. Tak masalah kau melupakanku... jangan berpikir lebih keras lagi, aku tidak ingin kau kesakitan," pinta Jungkook.

"Maaf, maafkan aku... Maafkan aku..." ucap Taehyung dan hanya mendapat anggukan pelan dari Jungkook.

Hingga akhirnya malam itu berlalu, makin larut dengan Jungkook yang masih sama menemani Taehyung di samping ranjangnya. Dan seperti biasanya ia akan tertidur dengan kepala bersandar di atas ranjang Taehyung. Sebuah tangan terulur hendak menyentuh pucuk kepala seseorang namun gerakannya terhenti di udara, kala sosok itu tengah berbicara dalam tidurnya.

DANDELIONS S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang