Depends
•
•
•"Selamat datang di rumah baru mu de"
"Semoga lo betah ya dirumah ini"
"Iya, semoga lo ga kepikiran buat lari dar---"
Ucapannya tergantung kala cowok yang lebih pendek dari nya menunjukkan pelototan mata yang tajam agar dia tidak lagi melanjutkan perkataan tidak berguna itu.
"Itu maksud gue bang, lari dari atas ke bawah karena kan tangganya tuh tinggi takutnya nanti ade kecil kita jatoh hehe"
Sambung cowok tinggi yang tampan(?) Paripurna itu. Seraya menampilkan tawa yang dibuat-buat oleh nya.
Seseorang yang tengah berdiri disamping cowok tinggi itu kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan kami (?) di ruang tengah saat ini, cowok itu berlalu seakan-akan tidak melihat keberadaan ku dan cowok-cowok lainnya yang menatap kepergiannya, ia memiliki wajah yang dingin dan sepertinya ia adalah seorang introvert dilihat dari ia yang tak banyak tingkah dan kata.
Sungguh aku heran kenapa aku ada disini? Dirumah yang sangat mewah dan luas ini, aku bahkan tidak tau yang mana dapur dan yang mana ruang keluarga karena disetiap sudut ruang itu ada beberapa layar menyala lalu menampilkan gambar yang sama, aku sangat bingung.
Aku melamun sambil mengedarkan pandangan ku ke berbagai objek di rumah ini, seperdetik kemudian suara berat seseorang menyadarkan lamunanku.
"Ahh gue cape, pengen istirahat, har kuy main game sambil rebahan dikamar"
Cowok yang tingginya hampir sama dengan cowok tinggi tampan tadi, berjalan gontai menuju kamarnya yang ada di atas (?) Lalu dibalas anggukan kecil saja dari cowok yang inisial nya har itu."Gue juga mau ke kamar mau ngerjain tugas"
"Iya ya gue juga ada tugas"
Dua cowok yang mengatakan bahwa mereka ada tugas langsung pergi meninggalkan ku dan cowok-cowok yang tersisa dibelakang dan disampingku jaraknya sekitar 1 m, mereka seperti sedang membicarakan sesuatu tapi entah kenapa aku enggan untuk menoleh ataupun berbalik kearah mereka.
Kini tinggal tujuh cowok tersisa di ruang tengah ini, tambah satu cewek yaitu aku.
Aku hanya diam menyimak pembicaraan mereka, tanpa ada niat berucap sesuatu atau sekedar menyunggingkan senyuman, bahkan untuk berdeham dan menghasilkan suara lain pun sangat susah, ada apa denganku?, biasanya aku tak sependiam ini, tapi tidak bersama mereka.
"Bang gue ke kamar dulu ya, mau belajar soalnya besok udah mau UH"
Cowok hair blonde itu berjalan dan sekilas aku melihat ia seperti menepuk pundak cowok yang tanpa ku sadari memperhatikan ku terus, tapi aku berusaha menetralkan wajah dan nafasku yang entah kenapa saat ada seseorang yang menganalisis keberadaan ku rasanya sangat aneh dan aku merasa kalau sekarang aku tengah ketakutan. Karena aku mulai merasakan tubuhku sedikit bergetar.
Cowok yang dipanggil Abang itu cuma ngangguk kecil aja lalu cowok yang minta ijin tadi mulai melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang mungkin juga ada di atas lantai dua rumah ini.
Aku bingung sungguh bingung harus berbuat dan berkata apa, aku dari tadi terus saja berdiri tanpa ada seorang pun yang menawarkan duduk atau mengajakku melihat seisi rumah ini, ahh apa aku saja yang terlalu berharap akan hal itu? Huh miris sekali.
Sisa enam cowok dan sekarang tiga cowok itu juga pergi ke kamarnya masing-masing yang ada di lantai 2 dengan alasan yang sama pula yaitu tugas dan belajar, dan tersisa tiga cowok mereka memilih meninggalkan ku sendirian di ruang tengah itu, mereka menuju dapur rumah itu lalu mulai melakukan kegiatan, ada yang membuka kulkas lalu mengambil beberapa bahan untuk dimasak sepertinya, dan ada juga yang telah memotong beberapa sayuran, lalu ada yang hanya memerhatikan dan sesekali membantu mengambilkan bahan lainnya, aku yang melihat semua itu hanya dibuat heran dan tidak dapat kupercaya mereka benar-benar melupakan ku?
Aku diam mematung di tempat yang sama pada awal tadi, dan tak ada satu pun yang menyapa atau menyuruhku masuk ke kamar, bukannya tadi mereka bilang kalau ini adalah rumah baruku, lalu apa tadi setelah mengatakan itu mereka pergi dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, tanpa mempersilahkan aku untuk beristirahat atau apapun itu.
Ada hal yang benar-benar tak dapat ku mengerti saat ini, nangis? Mungkin, teriak? Bisa jadi, diam? Sudah pasti. Aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali diam dan menundukkan kepalaku sesekali aku memainkan jari-jariku karena mulai bosan akan semua hal ini, kakiku juga rasanya sangat lelah untuk berpijak di lantai dingin ini walau sudah menggunakan alas kaki tapi dinginnya masih saja tembus ke telapak kaki pucatku ini.
Aku sungguh dilupakan!
"Loh de??"
Seketika lamunan ku buyar dan pandangan ku terhenti pada sosok baju putih kemudian celana nya hitam,serta tas yang dia Lampirkan di pundak, wajahnya sayup agaknya dia kelelahan, karena ku lihat ini sudah jam 6 sore pasti dia habis pulang kerja, ia mendekati ku kemudian melihat ku dengan sedikit menunduk dan mulai mengusap rambut ku lembut.
"Kamu kan baru nyampe, iya kan terus ngapain berdiri disini aja, Abang kamu yang lain mana?"
Ia bertanya padaku secara bertubi-tubi seperti itu membuat ku sedikit sesak pada bagian dadaku mengingat aku yang diabaikan beberapa menit lalu oleh mereka yang dia bilang Abang ku tadi.
Aku ingin mengatakan sesuatu tapi entah kenapa tenggorokan ku terasa tercekat dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, refleks aku cuma manggut-manggut sebagai balasan pertanyaan nya itu.Dia mengernyitkan alisnya
"Ko cuman manggut-manggut?, yaudah kalo gitu sini abang uncuk anterin ke kamar kamu ya"
Katanya sambil tersenyum manis padaku kemudian tanpa kusadari aku hanya mengangguk saja lalu ia menggenggam tanganku dan berjalan ke atas lantai dua tepatnya ke arah kamar Abang (?) Ku yang lainnya tadi.
Tak sengaja aku mendengar suara dari arah dapur ternyata ada 3 orang tengah bergosip ria atau membicarakan sesuatu yang kudengar itu sangat menyakiti perasaan siapapun termasuk aku.
"Bukannya dia babu baru kita ya, kok bang uncuk sok perhatian banget si sama anak buangan kek tu bocah"
Sambil memotong timun dengan bunyi tak tak tak dari pisaunya ia sela-sela kan juga dengan gosipnya bersama 2 cowok lainnya yang menyimak juga meiyakan omongannya barusan. Perasaan itu perkataan mengapa seperti menunjukkan dan memojokkan ku.
Mungkin aku terlalu nethink sebaiknya aku mengabaikan saja perkataan mereka itu, kemudian aku fokus pada langkahku menuju kamar(?) Tapi mengapa kamar ku tidak layak disebut sebagai kamar terlebih ini dirumah mewah kenapa kamarnya seperti rumah yang terbengkalai ratusan tahun, dan kemana Abang yg dia bilang namanya uncuk tadi?, Bahkan tautan tangan kami juga sudah terlepas tanpa kusadari.
"HA! LO PIKIR LO BAKALAN HIDUP ENAK MEWAH KEK YANG ADA DIBAYANGAN LUAR LO TENTANG RUMAH INI HAH? GA SEMUDAH ITU FERGUSO, LO GABAKALAN NGERASAIN KEMEWAHAN DAN KEMEGAHAN YANG ADA DI RUMAH INI, DAN LO HARUSNYA SADAR DIRI DULU DONG, ck!" ucapnya diiringi smirk, terlihat santai namun terdengar lantang dan tegas ditelinga ku.
Aku terkesiap dan langsung berbalik ke belakang rupanya Abang uncuk ada di belakang dan apa itu dia baru saja membentakku?, Dengan nada yang ketus juga sedikit lantang?
Aku membelalakkan mataku sekitar 5 cm panjang×lebar, tak percaya sungguh tak percaya ku kira Abang yang mengelus dan berbicara lembut padaku beberapa menit lalu dia mungkin akan bersifat baik padaku namun takdir berkata lain.
"Lo bakalan tinggal disini, dan lo juga harus pakai barang bekas itu, ngerti ga jangan pernah lo sentuh barang-barang yang terbungkus plastik itu, awas aja kalo lo sampe nyentuh lo bakalan abis di tangan panji!"
"Dan inget satu hal ini baik-baik, mereka ga bakalan nganggap keberadaan lo disini, kecuali lo menderita dan dinistakan di tangan mereka termasuk gue sendiri!"
"Dan jika Lo bertanya-tanya dan mencari-cari kenapa gue dan anak-anak lainnya ngelakuin itu, jawabannya cuma satu *GABUT*!"
Hi apa kabar,apa kalian udh vaksin gess? Kalo aku si udah, jngn lupa vaksin ye ges biar terhindar dri kopid hehe
See you in the next chapter~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, For The Last Time • TREASURE [ON GOING]
Teen Fiction𝓝𝓸𝓽𝓮 : 𝓘𝓷𝓲 𝓜𝓾𝓻𝓷𝓲 𝓑𝓲𝓼𝓶𝓲𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓼𝓮𝓶𝓸𝓰𝓪 𝓴𝓪𝓵𝓲𝓪𝓷 𝓼𝓾𝓴𝓪 𝐀𝐤𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐩, 𝐚𝐤𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐬𝐚𝐣𝐚, 𝐚𝐤𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐚𝐛𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧...