"Harapan adalah tiang yang menyangga dunia"
•
•
•
•Han itu nama panggilanku, kalau Han Deyna itulah nama panjang ku, tapi orang di sekitar lebih suka memanggilku Han dan apabila disambungkan dengan kata "Tu" maka jadi "hantu", ya memang sih tapi aku masih dianggap keberadaanku waktu masih bersama keluarga kecilku, ya aku terlahir dari keluarga miskin yang tak punya, ibuku adalah seorang pembantu, dan ayahku seorang yang pengangguran. Tapi meski begitu kami masih bisa dan cukup saja membiayai kebutuhan keluarga dan kebutuhan pribadi. Bisa dibilang beruntung karena masih punya rumah dan beberapa ladang untung dikelola, tentu saja tidak sebesar ladang orang-orang pada umumnya, hanya sepanjang 50 meter dan cuma ditanami beberapa tanaman seperti cabai, dan sawi. Tidak dijual melainkan makan sendiri. Jika banyak maka akan dijual sebagiannya.
Aku anak kedua dari Kakak laki-laki namun, saudara laki-laki ku itu menghilang 4 tahun lalu waktu aku kelas 6 sd, pergi entah kemana dan saat kepergiannya dari rumah kedua orang tua ku sampai mogok makan selama beberapa hari, karena kakak ku membawa buku tabungan dan surat tanah rumah ku, untung dia belum menjualnya, atau mungkin bukunya hilang?, maka dari itu kedua orangtua ku sangat amat menyesal dan sungguh tidak menyangka bahwa anak lelaki mereka bisa berbuat seburuk itu padahal mereka kurang apa. Kalau Kakak ku menginginkan sesuatu pasti diberikan begitu saja oleh kedua orangtua ku, ya mereka sangat sayang pada kakak ku walaupun perilaku nya buruk seperti itu.
Lalu bagaimana perlakuan kedua orangtua ku padaku?
Aku terlahir sebagai anak yang baik kok, hanya saja aku tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, karena aku selalu dijauhi, entah karena apa tapi yang kutahu dulu kakak ku selalu mengatakan hal buruk padaku dan teman-teman ku ketika aku bermain dengan mereka.
Kakak ku selalu bilang bahwa aku adalah anak buangan yang tak diinginkan, seburuk itukah aku?, Tetapi ibuku selalu mengelak dan meyakinkan ku dengan mengatakan perkataan kakakku itu tidak benar. Ahh lupakan saja. Disamping itu aku memiliki ibu yang sangat menyayangi ku mungkin? Ibu ku adalah seorang pembantu atau ART di rumah mewah dan aku sering mengantarkan beliau ke tempat ia bekerja, tentu saja rumahnya mewah dan megah serta luasnya, luas banget seperti taman hiburan saja.
Ibuku bernama Neneng beliau sekarang tengah sibuk mengupas bawang di dapur dan ini masih jam 3 dini hari, memang sepagi itu beliau memasak untuk ku juga ayahku, dirumahku sekarang cuma ada 3 orang ya ibu, ayah, dan aku.
Aku keluar dari kamarku karena aku tidak terbiasa tidur terlalu lama, padahal aku terusik dengan suara pisau yang sedang digunakan memotong.
Dengan wajah dan rambut yang berantakan aku beranjak lalu menghampiri ibu yang tengah memasukkan potongan sayuran ke dalam panci yang diisi air mendidih, aku duduk di kursi makan, ya bagaimanapun rumah sekecil ini juga ada meja makannya namun tidak terlalu besar kek punya orang kaya.
"Udah bangun?" Tanya ibu padaku yang kini ia mulai meletakkan makanannya ke dalam mangkok dan piring lalu memberikannya padaku agar aku mencicipinya mungkin.
Aku hanya mengangguk kecil sebagai jawabannya, karena nyawa ku belum sepenuhnya terkumpul jadi aku tidak terlalu bertenaga sekarang.
Ibu menaruh mangkok berisi sup dan sepiring nasi ke hadapanku, aku menatapnya heran sedangkan aku belum cuci muka ataupun sikat gigi masa iya disuruh makan.
"Makan cepat, lalu mandi nanti ikut ibu" kata ibu lalu ia berbalik membereskan tempat ia masak tadi yang sedikit berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, For The Last Time • TREASURE [ON GOING]
Ficção Adolescente𝓝𝓸𝓽𝓮 : 𝓘𝓷𝓲 𝓜𝓾𝓻𝓷𝓲 𝓑𝓲𝓼𝓶𝓲𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓼𝓮𝓶𝓸𝓰𝓪 𝓴𝓪𝓵𝓲𝓪𝓷 𝓼𝓾𝓴𝓪 𝐀𝐤𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐩, 𝐚𝐤𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐬𝐚𝐣𝐚, 𝐚𝐤𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐚𝐛𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧...