Dua

23 3 0
                                    

"Mengerti? Cepat kembali Vlora!!" Suara yang terdengar keras dari balik telpon. Vlora hanya berdehem tanpa ada niatan menjawab.
"Hemm sepertinya sekarang waktunya pengambil alihan warisan nenek ya?" Ucapnya dengan senyuman tipis.

Seseorang yang benar-benar tulus menyayangi Vlora hanya neneknya. Nenek sangat mencintai nya dan mirisnya beliau sudah meninggal. Dan menurut ingatan dari Vlora dahulu, Ia mendapatkan hampir 80 persen dari warisan. Hanya saja karena ketidak terima keluarganya dan selalu menganggap Vlora sebagai benalu, mereka memanipulasi dengan menyuruh menandatangani surat wasiat itu yang isinya semua kekayaan yang akan di kelola oleh keluarganya.

"Aii apakah aku orang yang mudah ditindas sekarang? Baiklah liat siapa yang ditindas pada akhirnya." Vlora tersenyum miring dan pergi meninggalkan apartemennya.

****
"Bagaimana ayah? Apakah kakak akan datang?" Tanya seorang gadis cantik pada pria paruh baya dengan penuh harap.

"Iya princess, si anak haram itu akan datang kamu tenang saja okey." Ucap paruh baya itu dengan lembut.  Gadis itu memanyunkan bibirnya, cemberut.

"Jangan panggil kak Vlora dengan panggilan anak haram ayah, dia kakakku!"

"Sayang, kamu terlalu baik. Jangan terlalu baik padanya ibu takut dia akan menusuk mu dari belakang." Ucap seorang wanita paruh baya sambil mengusap lembut rambut kepala si gadis seraya memandang anaknya dengan raut khawatir.

Gadis itu mendongak menatap ibunya yang cantik dan anggun. Senyuman merekah di bibirnya, "bunda, aku yakin kak Vlora tidak bakal mencelakai ku."

"Sudahlah Bun, kayak engga tau aja sikap Meera, dia kan sayang banget sama anak haram itu." Celetuk lelaki muda tampan dari belakang Meera.

Meera menoleh menatap kakaknya dengan tatapan tajam," KAKAK IHH! Udah dibilang jangan panggil kak Vlora anak haram."

"Iya iyaa dah tuan putri." Ejek Theo kakak dari Meera sambil tertawa melihat Ekspresi adiknya yang cemberut. Sang bunda, Laura dan ayahnya, Rangga tersenyum melihat tingkah kedua anaknya. Sungguh keluarga yang harmonis namun tidak berselang waktu mereka langsung berekspresi datar mendengar suara dari anak yang dianggap haram. Berbeda dengan keluarganya Meera tersenyum senang dan menghampirinya.

"KAK VLORA!! Aaaa aku kangen kakak~~" pekik Meera semangat seraya merentangkan tangannya memeluk Vlora.

Vlora menatap datar Meera dan tanpa perasaan menghindar dari pelukannya. Meera membeku dan menatap Vlora bingung.

"Kakak? Enggak mau peluk aku?" Tanyanya. Vlora menggeleng membuat ekspresi Meera membeku. Ia menunduk lesu. Theo yang melihat ekspresi sedih dari adik kesayangannya emosinya tersulut.

"APA YANG KAMU LAKUKAN?!" Bentak Theo ke arah Vlora. Meera terkejut dan semakin menundukkan kepalanya. Berbeda dengan Vlora yang menatap tenang Theo, kakak tiri dari tubuhnya ini.

Rangga menghampiri Vlora dan mengayunkan tangan nya dengan keras ke arah pipinya.

Plakkk

Vlora tidak menghindar, tamparan itu sukses menyentuh pipinya yang putih. Warna merah tercetak jelas di pipinya. Tidak ada sorot takut dalam netra mata hitamnya. Sejenak Rangga merasa takut akan tatapan yang diberikan anak haramnya.

Tarikan kuat dari rambut membuat Vlora menengadah menatap Laura datar, tidak ada ringisan sakit ataupun permohonan yang keluar dari bibirnya.

"Berani sekali kamu membuat Meera sedih! DASAR ENGGA TAU DIUNTUNG!!" Bentak Mama Laura dengan menekan ucapan terakhirnya.

Vlora tersenyum miring, mengulurkan tangannya dan memegang tangan Laura dengan kuat. Laura meringis dan melepaskan Jambakan dari rambut Vlora.

Vlora kembali merapikan rambutnya dan menatap datar ke arah keluarga sialannya.

REBORN TO THE APOCALYPSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang