Lima

21 7 1
                                    

"Apakah anda yakin nona ingin membeli budak liar ini?" Tanya seorang lelaki dengan perut buncit dan kepala botaknya untuk kesekian kali pada gadis berjaket coklat.

"Iya." Jawab Myesha, gadis itulah yang ingin membeli budak pada lelaki buncit. Lelaki itu melirik Myesha dari ujung kepala hingga ujung kaki, tatapannya terasa aneh dan tersenyum mesum.

"Hohoho saya tau, cinta anak muda." Tawanya sangat mengganggu pendengaran Myesha. Ia menatap tajam lelaki itu membuatnya langsung terdiam dengan keringat dingin yang membasahi pelipisnya. 

"Tapi budak ini sering dikembalikan karena ia sering membuat pemilik terluka parah, masih yakin?"

Myesha mengangguk, lelaki itupun menyuruh pesuruh membuka jeruji itu dan membawa pria budak keluar.

Pesuruh menarik kasar pria budak hingga terjatuh, namun budak itu tidak membalas hanya diam menatap mereka dengan tatapan kebencian.

"Ini dia, budak delapan enam. Yah saya beri harga spesial buat nona tiga ratus lima puluh juta, bagaimana?"

Tanpa menatap si lelaki buncit Myesha mengangguk dan menghampiri pria itu. Ia berjongkok dan menatap pria itu yang sama menatapnya. Myesha mendekat sangat dekat.

"Aku tidak akan menjadikanmu sebagai budak sex." Bisiknya pelan disamping pria itu. Ia tertegun mendengar perkataan Myesha, tidak ada pergerakan ataupun berontak yang dilakukannya. Pria itu hanya diam.

........
....
..
.

Myesha menjatuhkan dirinya di atas sofa selepas sampai di apartemennya. Di sampingnya terlihat seorang pria tinggi dengan penampilan acak acakan namun tidak menghilangkan aura ketampanannya.

"Apakah perkataanmu bisa dipegang?" Suara pria itu terdengar. Myesha meliriknya dan mengangguk.

"Iyahh." Pria itu tidak melepaskan tatapannya dari Myesha. Ia mengangkat kedua alisnya, bingung.

"Apa? Terpesona heh?" Pria itu mendengus. "Apa alasanmu membeliku?"

Myesha mengangguk. "Simpel, karena kamu terlihat mirip denganku." Pria itu menatapnya bingung.

"Tatapan kebencianmu pada semua orang atau dunia mungkin? Sekarang kau sudah bebas, kalo mau pergi dari sini silahkan." Ucapnya sambil tersenyum yang di buat-buat. Pria itu terdiam.

"Benci?"

"Kenapa diam?" Pria itu tersadar dari lamunannya dan menggeleng pelan.

"Aku akan tetap disini." Myesha mengangguk mengerti dan melirik dari ujung matanya.

"Baiklah, namamu?"

"Delapan enam." Myesha menatapnya jengah. "Nama aslimu?"

Pria itu sedikit tertegun. Untuk pertama kalinya seseorang menanyakan nama aslinya yang mungkin telah dilupakan. Semenjak Ia dijual oleh keluarganya dan dijadikan budak Ia telah melupakan namanya hanya kebencian yang berkobar dalam hatinya. Rasa ingin balas dendam terhadap semua orang bahkan dunia yang tidak adil ini. Rasa ingin menghancurkan, membinasakan semua orang di dunia ini. Namun saat ini, detik ini sebuah cahaya datang padanya. Seseorang menolongnya membekapnya dan menanyakan nama aslinya. Rasa hangat menjalar dari sudut hatinya.

"Hei?? Malah diem." Ucapnya sambil melambaikan tangan tepat di depan wajahnya. Pria itu tersadar dan tersenyum tipis.

"Bisa tersenyum juga, kupikir udah lupa caranya. Tapi keliatan tampan kalau tersenyum begitu." Ujarnya enteng tanpa mengetahui ujung telinga pria disampingnya memerah.

Pria itu berdehem menetralkan raut wajahnya. "Felix, Kenneth Felix." Myesha menoleh menatapnya. "Marga?" Felix diam tidak menanggapi pertanyaannya. Myesha mengangguk mengerti, Felix tidak ingin mengatakan mengenai keluarganya. Lagian Ia hanya seorang asing yang tidak sengaja menolongnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REBORN TO THE APOCALYPSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang