(4)

241 31 0
                                    

Déesse de L'eau

Setelah satu jam lamanya heeseung belanja, ia akhirnya kembali lagi ke rumah minimalisnya. Ia melihat sunghoon yg tertidur di sofa dengan posisi meringkuk, kecil dan manis.

Batin heeseung sudah berteriak dan meronta melihat pemandangan ini. Tapi heeseung masih menyisakan kerasionalannya untuk tidak menyubit atau malah mencium permukaan wajah sunghoon dengan bringas.

Sunghoon itu cantik, tapi juga tampan. Heeseung sendiri heran, bagaimana seseorang memiliki kecantikan juga ketampanan secara bersamaan. Sangat tidak adil sebenarnya, tapi ini sangat sayang jika terlewatkan oleh mata tajam heeseung. Lebih disayangkan lagi apabila ia tak bisa memilikinya.

Terlebih sunghoon itu spesial, ia makhluk mitologi yg diyakini suci oleh bangsa-bangsa kuno terdahulu. Bahkan heeseung masih tidak percaya dengan keadaan saat ini. Apa kata teman-temannya jika tau ia menyimpan makhluk mitos semacam itu di rumahnya?

'Apakah mereka akan menganggapku gila?'

Akhirnya heeseung pun hanya terdiam, memandang pahatan Tuhan di depannya dengan berpangku tangan dan senyuman yang tak pernah luntur. Jujur saja, heeseung menyukai sunghoon sejak ia bertemu dengan makhluk itu di pantai, yang sebelumnya ia kira seorang nona cantik.

Setelah beberapa lama terdiam memandangi sunghoon, heeseung pun lelah juga. Ia melirik jam dinding di sebelah kanannya. Pukul 18.25 masih cukup sore untuk menyiapkan makan malam.

Akhirnya heeseung pun memilih merebahkan tubuhnya disamping sunghoon, untungnya sofa yg ia miliki cukup luas untuk menampung dua tubuh orang dewasa. Berbaring menghadap sunghoon dengan tangan yang bertengger di pinggang ramping si manis, kurang ajar memang, karena heeseung baru mengenal sunghoon beberapa jam. Tapi heeseung tak bisa mengelak jika ia sudah jatuh hati pada sang mermaid.

Heeseung terbangun karena merasakan cengkraman kuat di kerah lehernya, seperti ada seseorang yang akan mencekiknya. Membuka mata dengan panik, takut-takut ia dicekik oleh perampok atau sebagainya. Tapi nihil, yang ia dapati malah sunghoon yang tengah terduduk dengan nafas yang tidak beraturan, tangannya mencengkram kerah baju heeseung dengan sangat kuat. Bahkan buku jarinya sampai memutih.

Irisnya sudah berlinang air mata. Bibirnya yang pucat terbuka, berusaha merangkai kata yang bisa ia ucapkan untuk heeseung. Tapi tidak ada suara yang terdengar, hanya deru nafasnya yang kian semakin tak teratur. Bahkan iris sapphirenya terkadang berubah-ubah menjadi warna coklat.

Heeseung panik, sangat!

"Heii, sunghoon dengar! tarik nafasmu secara perlahan! tak usahh berbicara! heyy... jangan menangis.."

Heeseung berseru, tangannya menggenggam tangan dingin sunghoon yang masih mencengkram kerah pakaiannya. Sedang otaknya berusaha memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan.

Kemudian terbesit dikepala heeseung untuk membawa sunghoon berendam di bathup. Mungkin sunghoon butuh air.

Heeseung menggendong sunghoon ke kamar mandi dan meletakkannya di dalam bathup yang masih kosong, mengisi bathup itu dengan air dingin lalu menunggu.

'Lalu selanjutnya apa?!'

Belum selesai heeseung melamun, cahaya biru bersinar. Seperti yang sudah diduga heeseung, sunghoon kembali ke dalam wujud aslinya. Perlahan-lahan sunghoon menenggelamkan tubuhnya dalam bathup, berusaha kembalikan kesadarannya yg hampir hilang. Matanya pun tak lagi berubah-ubah, kembali ke warna sapphire yang cantik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] Déesse de L'eau || HeehoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang