Dua Puluh Enam - Elok Lenggang Di Tempat Datar

9.4K 1.3K 62
                                    

"Selalu waspada! Karena hidup selalu penuh kejutan dan tidak semuanya menyenangkan." - Pembimbing Anak Magang yang kembali pusing.

Ini sungguh gawat! Pemerintah memberikan pengumuman kalau Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB akan berlangsung tiga hari lagi. Ketiga anak magang diminta manajemen untuk menyebar ke berbagai divisi agar dapat membantu sejak kemarin sore.

Ai sekarang nyaris tidak pernah berada di ruangan kami. Tim IT sudah mengirimkan surel mengenai standar penggunaan barang elektronik yang bisa digunakan saat bekerja dari rumah dan siapa saja yang belum memenuhi syarat harus melapor ke IT. Saat ini Ai sibuk berkeliling bersama dengan para IT helpdesk untuk mengecek laptop dan perlengkapan untuk bekerja dari rumah para karyawan yang belum memenuhi standar.

DJ membantu tim strategic untuk membuat rencana-rencana jangka panjang. Dia sampai harus membawa semua barang-barangnya karena bekerja nyaris empat belas jam sehari.

Mamet, yang tadinya menjadi peganganku untuk membantu tim operations, ternyata harus pindah sejenak ke marketing untuk membantu menyusun rencana-rencana cadangan selama PSBB.

Absennya ketiga anak magang dalam ruangan kecil ini otomatis membuatku agak kesepian. Aku bahkan tidak ingat lagi kapan terakhir mengeluh saat mereka berisik di ruangan ini. Untuk menghibur diri, aku memasang lagu-lagu dengan nada ceria.

"Cassie! Lo sendiri di ruangan ini? Pindah ke ruang besar saja, yuk!" Reno, temanku di bagian operations tiba-tiba muncul.

Aku tidak menunggu undangan dua kali. Bekerja di ruangan yang lebih ramai mungkin bisa membantu mengurangi rasa bosanku di tempat sepi ini. Langsung saja kuangkut barang-barang untuk pindah ke meja kosong di ruang operations yang besar. Ruangan yang berisi sekitar lima belas orang ini hanya separuh terisi.

"Kemana orang-orang?" tanyaku setelah menaruh tas dan laptop di meja kosong.

"Mereka nyebar ke cabang dan klinik buat sosialisasi dan memastikan penyimpanan barang-barang sesuai prosedur." Reno berkata sambil memperbaiki letak kacamatanya.

Rencana PSBB memang membuat klinik dan cabang harus menyimpan stok produk dengan baik sesuai prosedur. Mereka akan membagi produk menurut tanggal kadaluarsa lalu menyusunnya di gudang dengan baik sesuai dengan prinsip FIFO, first in first out. Ini akan memudahkan orang yang mengambil produk. Selain itu prosedur selanjutnya adalah masalah suhu ruangan yang harus diatur sedemikian rupa supaya kandungan dalam produk tidak berubah dan tetap aman digunakan oleh pelanggan.

Tugasku dan Reno adalah sosialisasi dan mengawasi gudang pusat juga melakukan FIFO. Kami juga harus memastikan prosedur suhu dan sirkulasi udara di gudang berjalan dengan baik. Namun jadwal kami harus menunggu sampai besok karena ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa kutinggalkan.

"Udah sejauh mana tugas lo, Cass?" Reno mendekat sampai aku bisa mencium parfumnya yang beraroma laut.

"Laporan dari tim di lapangan sebagian udah masuk. Ini gawat, Ren!" Wajahku pasti pias saat itu.

Laporan yang masuk sebagian saja sudah mengindikasikan bahwa kami akan mengalami surplus produk di minggu kedua bulan depan. Belum lagi beberapa jenis produk akan kadaluarsa di enam bulan ke depan.

"Berarti kita harus cuci gudang, dong."

Ucapan Reno itu membuatku berpikir keras. Di satu sisi, cuci gudang memang bisa membantu pengurangan stok di klinik, cabang dan gudang. Namun di sisi lain, ini merupakan kerugian besar bagi perusahaan karena harga produk saat cuci gudang adalah harga produksi bahkan ada beberapa yang lebih murah dari harga produksi. Jual rugi istilah yang digunakan oleh tim finance.

The Differences Between Us (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang