Part 2

278 2 0
                                    

Wajah manja Cindy seakan membuat my little-big brother meronta, “Sudah terima saja tawarannya! Ini masih pagi, aku masih fresh!”

“Yasudah, kamu ke sana dulu”
“Ihihihih siap, mas”

Cindy lalu berlari kecil menuju tempat rahasia kami. Tidak lama aku juga mengikutinya.
Untuk menghindari kecurigaan, kami tidak pernah masuk ke tangga darurat berbarengan. Cindy masuk dari lantai 4, dan aku masuk dari lantai 5

Di tempat kecil itu Cindy sudah bersiap dengan membuka resleting celananya. Serta kaitan bra yang sudah terlepas

Belum ada 5 detik kami bertemu, Cindy sudah melumat bibirku. Kami beradu lidah. Tanganku berpetualang di balik kemejanya. Memijat lembut dadanya dan bermain dengan kedua putingnya. Lalu tanpa komando, Cindy sudah meraba celanaku dan membuka resleting celanaku.

Aku duduk di tangga, membiarkan Cindy melumasi my lil-big bro. Celana yang sudah terbuka sedikit membuat tanganku mudah untuk meraba liang kewanitaannya.

Sudah sedikit basah

Jariku langsung menggesek vagina Cindy. Setelah cukup basah, kumasukkan 2 jariku dan membuat Cindy kehilangan arah ketika mengoral penisku
Begitupun dengan aku. Aku menggelinjang parah karena mulut Cindy. Campuran antara hangat, licin, dan kenikmatan. Kepalanya naik turun semakin tidak beraturan ketika aku mempercepat tempo jariku

Tidak ada 10 menit, Cindy sudah berhenti

“Udah nih, mas. Udah basah. Yuk” Cindy mengeluarkan tanganku sambil tetap mengocok lembut penisku

Cindy lalu menungging di tangga. Biasanya penisku akan kugesekkan dulu ketika sudah di posisi ini. Namun apa daya, ini di kantor, kami sedang quickie, dan sebentar lagi orang oran pasti akan segera datang. Tidak pikir panjang aku langsung membenamkan penisku ke dalam vaginanya.

“Arghh, mas!” Segera kututup mulut Cindy agar tidak mengerang semakin keras

Satu tangan menutup mulut, satu tangan lagi meremas payudara Cindy tanpa ampun. Payudaranya yang kenyal, indah, dan sangat imut, serta puting yang berwarna pink. Membuatku tidak bisa berhenti bermain main mereka.

“Cindy, Cindy. Aku ga pernah kepikiran main sama kamu pagi pagi gini, di kantor pula”

Plak! Tanganku mendarat sedikit kasar di pantat putihnya.

Kulirik jam tanganku. 07.52.

“Gila, ini 3 menit lagi biasanya rame yang dateng nih” Pikirku dalam hati
“Cin, aku keluarin ya. Udah jam segini. Sini cium dulu”
“Engghh, iya, mas. Aduh geli, mas. Cepetin” Tempo gerakan langsung aku cepatkan. Kepala Cindy mengarah ke belakang. Bibir kami bertemu, untuk beradu, serta untuk menutup mulut Cindy agar tidak terdengar erangannya.
“ENGHHH”

Kurasakan Cindy sudah keluar, erangannya tertahan oleh bibirku.

Segara kulepas penisku. Cindy sudah paham. Dia membalikkan badan dan menyambut penisku. Dikulum habis penisku dan membiarkan aku membuang calon anak anakku di dalam kerongkongannya.

“Ah, you are so good, Cin. Gini ya rasanya main pagi pagi”

Cindy hanya tersenyum manja

Kami segera berdiri dan merapikan pakaian kami. Sudah pasti aku selesai duluan, karena aku hanya butuh merapikan celana saja. Sedangkan Cindy masih harus merapikan celana dan bra nya.

“Now, who’s my bad girl, huh?” Godaku sambil meraba payudaranya
“Hihihihi apasih, mas. Bentar dong, orang lagi ngerapihin baju malah diberantakin lagi”

Bidadari MimpikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang