Langkah kaki cowok itu terdengar di telinga Yami, ia berusaha mengulas senyum tipis karena sejak kemaren Reolve tidak lagi menyapa nya. Cewek itu melambai kan tangan di udara.
"Hai!" sapanya pelan.
Reolve balas mengangkat tangan dengan memasang wajah datar, ia berlalu begitu saja tanpa basa basi. Cece yang berada di sebelah Yami mengerutkan kening tak paham.
"Kalian ada masalah? Tumben aura nya beda," tanya Cece.
Yami hanya diam sambil tertunduk, belum ada yang tau tentang masalah nya saat ini. Cece menyangga kepala menatap Yami penuh tanya. "Ada apa? Cerita sini," ujar Cece lagi berusaha membujuk Yami untuk menceritakan masalah nya.
Yami beralih menatap Cece, ia menarik nafas gusar. "Nggak tau harus ngomong apa Ce," balas Yami membuat Cece memutar bola mata dengan malas. "Ngomong ajalah Mi, langsung ke inti coba!"
Yami diam, menarik nafas panjang. "Reolve suka sama gue."
Cece sontak membulat kan mata dengan sempurna, cewek itu tercenung beberapa saat. Yami menghela, menepuk lengan Cece pelan. Cece menggeleng beberapa kali.
"Sejak kapan, Mi?"
Yami menggeleng, mengalih kan tatapan nya. "Gue nggak tau kapan."
Cece membulat kan mulut, menepuk pundak Yami pelan. "Jadi ceritanya gimana sampai Reolve bersikap seperti itu?" tanya Cece merangkul pundak Yami."Gue nolak dia, Ce. Karena emang gue anggap dia itu sahabat, nggak lebih seperti yang dia kira," jelas Yami dengan suara pelan.
Reolve yang duduk di sudut belakang, menoleh ke arah Yami. Cowok itu mengulum bibirnya sesaat. Cece mengangguk mengerti. "Lo coba minta maaf dan jelasin ke Reolve tentang perasaan lo dari hati ke hati atau lo berusaha lebih mengenal sosok Reolve seperti apa, barangkali ini bisa menyelesaikan masalah ini," saran Cece.
Yami mendongak, menoleh sekilas ke arah Reolve yang tengah menatap keluar jendela. Cece juga ikut memandang Reolve sekilas.
"Eh, Ayam!" sahut Deno yang baru saja tiba di kelas. Cece melepaskan rangkulan nya segera. Yami hanya tersenyum tipis.
"Kenapa nih? Curhat apaan kalian?" tanya Deno begitu melihat raut wajah kedua perempuan di depannya. Yami berdiri dan beranjak pergi keluar kelas menyisakan tatapan bingung dari Deno.
Sedangkan Cece kembali ke tempat duduknya. Deno menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu ia beralih melihat keluar kelas.
Yami terduduk di bawah pohon mangga di samping perpustakaan yang cukup sepi. Ia menenggelamkan kepala di antara kedua tangan.
Deno menyusul Yami sampai kesini, ia duduk di di samping Yami dalam diam hingga cewek itu tak menyadari seseorang di sampingnya. Deno menghela menjatuhkan kepala di atas meja.
"Ayo dong bercanda, ngapain sih?" tanya Deno sembari terkekeh. Yami tetap tak menggubris, masih dengan posisi yang sama. Deno mendengus, meraih beberapa helai rambut Yami lalu memainkan nya.
"Deno ...," lirih cewek itu. Deno mengangkat kepala, menatap Yami dengan ragu. "Kenapa yam? Lo ngomong sama gue, kan ya?"
Kepala Yami bergerak-gerak namun masih tetap dengan posisi yang sama. Deno memberanikan diri menggoyangkan bahu Yami pelan.
"Yami? Lo kenapa?"
Suara nafas putus-putus terdengar di pendengaran, Deno segera membangkit kan tubuh Yami yang membuat nya spontan menganga.
"To ... tolong g ... ue Den," sahut Yami dengan wajah yang memerah. "Da ... dada gue ... ambil ... ambil obat ... tas gue... tolong!"
Deno bangkit dari tempat nya, dengan perasaan kalut ia berlari sangat cepat pergi menuju kelas mereka meninggal Yami sendirian. Decitan sepatu membuat Cece yang berada di dalam kelas menoleh spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Messy Puzzles(Proses Revisi)
Teen FictionIni kisah Hurayami, tapi juga kisah Radeno. Mereka itu ceria penuh bercanda, ada Yami maka ada Deno. Gamian, Cece, dan Reolve. mereka berlima punya circle yang sama. Namun suatu pagi, kabar itu datang dari ketua kelas yang membuat Deno awalnya penu...